BerandaAdventurial
Minggu, 17 Mar 2018 15:00

Watu Tekek, dari Berburu Tokek Beralih ke Berburu Foto

Watu Tekek (Kompas.com)

Menyajikan panorama indah Perbukitan Menoreh yang hijau, Watu Tekek bisa menjadi pilihan menarik menghabiskan libur akhir pekan di Kulonprogo. Selain berfoto-foto dan menikmati keasrian alam, kamu juga bisa mendengarkan suara tokek yang bersembunyi di antara bebatuan.

Inibaru.id – Apa yang ada di dalam benak Sobat Millens ketika mendengar Watu Tekek? Watu Tekek adalah destinasi wisata dengan batu menonjol di sebuah hutan di Dusun Madigondo, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, Daerah istimewa Yogyakarta (DIY). Menawarkan keindahan panorama pegunungan, Watu Tekek menjadi pilihan menarik buat kamu menghabiskan libur di akhir pekan.

Kenapa dinamakan Watu Tekek? Perlu kamu tahu, mengutip kompas.com (12/3/2018) penamaan Watu Tekek berasal dari bahasa Jawa: “watu” berarti batu dan “tekek” berarti tokek. Dinamakan demikian karena di tempat tersebut banyak tokek di antara batu-batu. Sudah lama akrab di antara warga, sebutan tersebut berasal dari orang tua zaman dahulu. Ini lantaran dahulu kala tempat tersebut menjadi tempat berburu hewan tokek yang konon mujarab sebagai obat sakit kulit.

Kini, batu tersebut kembali mengundang orang untuk datang. Namun bukan untuk berburu tokek, melainkan piknik. Yap, berada di Pegunungan Menoreh di Kulon Progo, bisa dibilang Watu Tekek adalah kembaran dari Kalibiru karena di tempat ini kamu juga bisa menikmati keindahan pemandangan hijau bukit Menoreh dari atas pohon. Selain menyajikan panorama yang indah, lokasi Watu Tekek juga hening dan berhawa sejuk. Duduk menikmati keindahan alam perbukitan seperti di Watu Tekek ini, tentu akan membuat pikiran menjadi fresh dan rileks. Cocok juga buat kamu yang sedang mencari inspirasi nih.

Baca juga:
Menyapa Bali dari Rumah Pohon di Bukit Lamped
Memandang Lombok dari Atas Menara Masjid Hubbul Wathan

Lantas, ada apa sajakah di Watu Tekek?

Well, seperti umumnya objek wisata di ketinggian, di Watu Tekek dilengkapi setidaknya beberapa jembatan dan gardu pandang untuk melihat keindahan alamnya. Ada gardu dan jembatan berdiri pada tonggak-tonggak bekas kayu pohon cengkeh. Lantai jembatan dan gardu ini kebanyakan dari kayu mahoni. Beberapa gardu pandang lain juga berdiri pada pohon-pohon jati yang berada di sekeliling tempat itu. Jika kamu jeli menentukan sudut pandang foto, kamu juga bisa menemukan spot untuk berswafoto yang instagramabel dengan latar Menoreh.

Eits, tapi kalau ingin berswafoto di gardu pandang, jembatan, atau merasakan sensasi di jembatan gantung atau di gardu pohon, maka kamu harus bersabar mengantre. Pasalnya setiap gardu spot gardu pohon atau gardu pandang hanya bisa menampung maksimal empat orang. Apalagi lokasi Watu Tekek ini agak sempit, jadi kalau banyak orang yang datang tentunya akan semakin sempit.

Memiliki luas sekitar ukuran lapangan sepak bola dengan kontur membukit, di puncaknya terdapat objek utama Watu Tekek yaitu berupa batu sebesar badan truk yang menyembul keluar. Nah, untuk sampai ke lokasi, kamu terlebih dahulu harus menaiki dua tangga yang curam. Namun kalau nggak berani, kamu bisa melewati jalan yang lebih aman yang mengelilingi batu.

Awalnya hanya anak muda sekitar kampung saja yang sering datang ke Watu Tekek dan memamerkan keindahan panorama di sana. Akhirnya, warga menangkap peluang wisata dan membangun lokasi melewati lahan milik lima warga.

Supaya terus bisa menarik wisatawan, Watu Tekek juga mempercantik diri dan terus berkembang. Kini di sana juga ditanami bunga warna-warni, lo. Meski nggak ada bunga yang unik, tetapi warna-warninya enak dipandang dan nggak membosankan. Wajar saja jika pengunjung yang datang selalu mengatakan jika Watu Tekek masih asri.

Selain itu, meski objek ini berada di hutan rakyat yang berisi pohon jati, pohon cengkeh, mahoni, hingga akasia, kamu nggak perlu takut kelaparan. Di sana kamu akan menemukan banyak warga yang berjualan makanan dan minuman. Tapi kalau takut nggak kebagian, kamu juga bisa memesan makanan terlebih dulu sebelum datang kok. Warga nantinya akan menyiapkan sajian khas desa, yakni nasi jagung, ingkung sayur, dan lauknya bisa ikan, ayam, ataulah tahu dan tempe.

Harganya juga sesuai kantong. Disajikan semacam nasi bakulan atau nasi tumpeng, kamu cukup membayar Rp 200 ribu untuk porsi 5 orang dengan lauk ikan atau ayam. Sedangkan Rp 100 ribu untuk porsi 5 orang dengan lauk tahu dan tempe saja.

Biaya untuk menikmati keindahan di Watu Tekek juga tergolong aman untuk dompet. Berada di balik rumah-rumah warga, kamu cukup membayar retribusi parkir Rp 2 ribu perkendaraan dan tiket masuk Rp 4 ribu per orang. Murah, bukan?

Baca juga:
Surga Tersembunyi di Balik Perbukitan Karst Itu Pantai Menganti Kebumen
Ke Borobudur? Jangan Lewatkan Berkunjung Ke Objek Wisata Alternatif di Sekitarnya

Nah, kika kamu ingin berkunjung ke Watu Tekek, kamu bisa dari mana saja. Madigondo berada di Perbukitan Menoreh dan dekat dengan jalur alternatif kota Magelang, Yogyakarta, dan Wates. Untuk tiba di sana, paling mudah adalah mengikuti petunjuk objek wisata Puncak Suroloyo yang sudah sangat terkenal. Sepanjang perjalanan itu tentu akan menemukan petunjuk banyak sekali objek wisata, termasuk curug dan gua. Oleh karena itu, perhatikan baik-baik dan ikuti petunjuk di tiap persimpangan ketika melintas Dusun Madigondo.

Oya, menjadi pilihan menarik untuk berburu foto yang instagramabel, jangan lupa untuk berhati-hati ketika mengambil foto. Pastikan kamu nggak mengambil foto di tempat yang riskan ya. (ALE/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024