BerandaTradisinesia
Selasa, 10 Jul 2023 15:00

Tradisi Manganan dan Komitmen Mengurangi Pemakaian Plastik

Tradisi Manganan dengan memakai kereneng bambu di Jepara. (Tribunjateng/Yunan Setiawan)

Warga Dukuh Kebuk Kidul, Desa Banjaran, Jepara punya komitmen tinggi untuk mengurangi plastik. Mereka sampai menggelar Tradisi Manganan, lo. Seperti apa ya jalannya tradisi yang ramah lingkungan ini?

Inibaru.id – Terkadang, kita harus kembali menerapkan kearifan lokal demi memberikan manfaat terbaik bagi manusia atau lingkungan sekitar. Hal itulah yang dilakukan masyarakat Dukuh Kebuk Kidul, Desa Banjaran, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Sadar bahwa lingkungan di tempat tinggal mereka harus dijaga, mereka pun kembali menggunakan kereneng bambu sebagai wadah makanan alih-alih memakai wadah plastik.

Meski praktis dan multifungsi, nyatanya plastik memang bisa memberikan dampak buruk bagi lingkungan jika terlalu sering digunakan. Apalagi jika hanya berakhir menjadi sampah. Jika dibakar, bikin polusi. Jika dibiarkan di tempat sampah, nggak bakal terurai dan merusak tanah.

Hal ini disadari betul oleh warga Desa Banjaran. Demi menggencarkan kampanye mengurangi penggunaan plastik, mereka sampai menggelar tradisi Manganan yang rutin digelar setiap malam Senin Pahing di bulan Dzulhijjah.

Menurut laporan Suaramerdeka (9/7/2023), sekitar 2 ribu warga sudah memadati kompleks Makam Mbah Surojoyo sejak pagi. Mereka kemudian mengarak dua kereneng bambu berukuran besar yang ditempatkan di mobil bak terbuka keliling desa.

Sebagian warga, khususnya para ibu-ibu, tetap bertahan di kompleks makam untuk memasak nasi dan lauk-pauknya. Penganan yang melimpah dan beraneka ragam ini disuguhkan kepada siapa saja yang datang untuk menyemarakkan Tradisi Manganan, termasuk warga dari luar desa atau luar kota.

Yang luar biasa, nggak satu pun terlihat wadah plastik yang dipakai jadi wadah penganan tersebut. Semuanya ditempatkan di kereneng yang diberi alas daun jati. Seluruh masyarakat sepertinya benar-benar sudah berkomitmen untuk nggak memakainya.

Sudah Sejak Empat Tahun Belakangan

Kereneng bambu raksasa yang diarak saat Tradisi Manganan. (SM/Septina Nafiyanti)

Menurut keterangan Juru Kunci Makam Mbah Surojoyo Ngateno, Tradisi Manganan ini sudah digelar waga Desa Banjaran dalam empat tahun belakangan. Alasannya demi mengurangi pemakaian plastik sekaligus mengajari generasi muda tradisi leluhur yang selalu memakai kereneng bambu sebagai wadah makanan.

“Kami sepakat mengurangi penggunaan plastik dengan menerapkan apa yang sudah jadi tradisi leluhur. Masyarakat juga bisa membuat sendiri kereneng kok, tinggal memanfaatkan bambu dan dedaunan yang melimpah di sini,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Tribun Jateng, Minggu (9/7).

Berkat komitmen yang dipegang teguh warga, kini generasi muda di Desa Banjaran sudah mahir membuat kereneng sendiri. Mereka pun diharapkan terus melakukan tradisi ramah lingkungan ini di masa depan.

O ya, dalam Tradisi Manganan tahun ini, panitia menyiapkan sekitar 2.500 kereneng bambu. Selain nasi, kereneng itu juga diisi lauk-pauk berupa ikan, daging kambing, serta tahu dan tempe.

Selain arak-arakan kereneng raksasa, tradisi ini juga dimeriahkan dengan pementasan rebana, ziarah bersama, hingga khataman Alquran.

“Semoga saja tradisi kereneng ini bisa membawa berkah bagi masyarakat dan lingkungan tempat kami tinggal,” pungkas Ngateno.

Tradisi Manganan ini keren banget ya, Millens. Semoga saja semakin banyak tempat yang juga mengurangi pemakaian plastik dan mengedepankan kearifan lokal yang ramah lingkungan. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024