BerandaTradisinesia
Minggu, 1 Okt 2022 11:45

Nyawer Biduan Dangdut, Seperti Apa ya Sejarahnya?

Budaya nyawer biduan dangdut, cukup marak terjadi di Indonesia. (Kompas/Abdullah Fikri Ashri)

Setiap kali ada pertunjukan musik dangdut, pasti ada penonton yang nyawer sang biduan. Sebenarnya, sejak kapan ya tradisi saweran ini muncul?

Inibaru.id – Di Indonesia, masih banyak orang yang menggelar pertunjukan musik dangdut untuk hajatan. Nah, kalau kamu cermati, setiap kali ada gelaran dangdut, pasti ada penonton yang nyawer biduannya. Penasaran nggak sebenarnya sejak kapan budaya nyawer biduan ini muncul?

Biasanya, penonton yang memberikan saweran akan mendekati biduan yang sedang menyanyi. Ada yang bahkan sampai naik ke atas panggung. Nah, sembari mendendangkan lagu, biduan tersebut menerima saweran yang seringkali berupa uang tunai dengan jumlah bervariasi. Seringkali, uang saweran yang didapat biduan dangdut dalam sekali pementasan bisa mencapai jutaan rupiah, lo!

Omong-omong, terkait dengan tradisi nyawer biduan dangdut, pengamat musik senior Bens Leo punya cerita sejarahnya, Millens. Dilansir dari Detik, Kamis (19/9/2019), dia menyebut tradisi ini sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak sebelum mengenal musik dangdut modern.

“Sudah jadi tradisi lama. Misalnya di Tari Tayup, Tledek, Ronggeng, dan lain-lain, penarinya menerima saweran juga,” ucap Bens Leo.

Hal yang sama juga diungkap Dr Ahmad Zainul Hamdi, dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam artikel yang diunggah Sindonews, Rabu (23/9/2022), Ahmad menyebut praktik saweran lazim ditemui saat masyarakat Indonesia menonton seni Tayub, Lengger, dan Jaipong pada zaman dahulu.

Terkadang, dalam sekali pementasan, para biduan dangdut bisa mendapatkan uang jutaan rupiah. (VIVA.co.id/Zahrul Darmawan)

Baik dalam pertunjukan tayub maupun lengger, laki-laki yang ingin bertandak dengan sang penari harus nyawer sang penari, baik dari tangan ke tangan maupun memasukkan uang ke dalam kemben sang penari,” tulisnya dalam artikel berjudul Dangdut, Sawer, dan Kejantanan Laki-Laki tersebut.

Ahmad juga mengungkap makna sawer. Menurutnya, sawer seperti honor ekstra atau tip bagi para biduan atau penari yang sudah menghibur.

Menariknya, Ahmad juga mengungkap jika banyak laki-laki yang nyawer biduan sebenarnya bukan berasal dari kalangan ekonomi menengah atau atas. Bahkan, bisa jadi pendapatan mingguannya nggak sampai honor sekali tampil para biduan tersebut.

Menurut penelitiannya, Ahmad juga menyebut nyawer belum populer di pertunjukan musik dangdut pada dekade 1990-an. Tapi, semua berubah sejak popularitas dangdut koplo meningkat tajam pada awal 2000-an. Sejak saat itu, bukan hal aneh melihat penonton menyawer biduan dangdut di atas panggung.

Kalau di tempat tinggalmu, apakah masih ada tradisi nyawer biduan dangdut, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024