BerandaTradisinesia
Rabu, 30 Jul 2024 12:40

Mengenang Telaga Sarangan saat Dihuni Banyak Orang Jerman

Dulu banyak orang Jerman di Telaga Sarangan. (sewamobil-surabaya.net)

Ternyata, dulu banyak orang Jerman tinggal di Telaga Sarangan, Magetan, lo. Ngapain ya mereka di sana?

Inibaru.id – Jika dibandingkan dengan Belanda, informasi tentang tautan sejarah antara Indonesia dan Jerman sangatlah sedikit. Padahal, per 2019 lalu saja, lebih dari 19 ribu orang Jerman atau keturunan Jerman tinggal di Indonesia. Selain itu, ada sebuah kisah unik tentang Telaga Sarangan yang pernah banyak dihuni orang Jerman.

Kisah tentang orang-orang Jerman di Indonesia tentu saja terkait dengan zaman penjajahan Belanda. Dulu, saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda, banyak orang Jerman datang ke sini untuk berbagai kepentingan, terutama bisnis.

“Dari dekade 1900-an sampai 1930-an, banyak orang Jerman datang ke Hindia Belanda untuk berdagang, bisnis, dan keperluan lainnya. Ada juga yang sengaja dibawa pemerintah Hindia Belanda sebagai staf ahli, insinyur, dan lain-lain,” terang pegiat sejarah Nur Setiawan dari Surabaya Historical Community sebagaimana dikutip dari Detik, Senin (1/7/2024).

Layaknya orang Indonesia zaman sekarang yang butuh healing, orang Jerman pada zaman dahulu juga sama. Setelah disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan di kota besar, mereka juga pengin bersantai di akhir pekan atau saat liburan di tempat yang tenang dan punya iklim sejuk layaknya di negara asal mereka. Nah, Telaga Sarangan pun jadi pilihan.

Asal kamu tahu saja, Telaga Sarangan berlokasi di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), tepatnya di Kecamatan Plaosan, Magetan, Jawa Timur. Nggak hanya danaunya yang cukup luas karena mencapai 30 hektare, wilayah di sekitar danau masih asri dan memiliki suhu udara yang sejuk, yaitu antara 15-25 derajat Celsius setiap hari. Mirip-mirip dengan suhu di Eropa, Millens.

Orang Jerman di Telaga Sarangan. (Historia/Koleksi Herwig Zahorka)

Sayangnya, ketenangan orang Jerman di Telaga Sarangan berakhir gara-gara Perang Dunia II. Kala itu, pemerintah Hindia Belanda mengisolasi orang-orang Jerman di sana sehingga nggak bisa lagi pergi ke wilayah lain. Alasannya, pada Perang Dunia II, Jerman ada di kubu lawan Belanda.

“Waktu Perang Dunia II kan Belanda ada di kubu Inggris, Amerika, dan Australia. Sementara Jerman ada di sisi Jepang,” lanjut Wawan.

Saat Jepang menguasai Tanah Air pada 1942, barulah warga Jerman di Telaga Sarangan bisa pergi ke luar wilayah. Bahkan, ada sejarah yang menyebut sejumlah tentara Nazi sampai datang ke sana, lo. Nah, setelah Indonesia merdeka, mereka pun tetap memilih untuk tinggal di Telaga Sarangan karena jika memilih untuk pulang kampung, bisa diburu tentara Sekutu.

Karena sudah kadung menganggap Indonesia jadi negara kedua, saat Agresi Militer Belanda dilakukan di Indonesia, orang-orang Jerman sampai ikutan memberikan pelatihan militer ke tentara Indonesia.

Nah, pas agresi militer berakhir, saat Indonesia benar-benar nggak lagi diusik kedaulatannya, dan sisa kekacauan Perang Dunia II sudah benar-benar mereda, orang-orang Jerman di Telaga Sarangan barulah bisa pulang kampung.

“Mereka pulang dalam jumlah besar lewat jalur laut pada 1950-an sampai 1960-an,” pungkas Wawan.

Hm, andai orang Jerman di Telaga Sarangan tetap berada di sana, mungkin kita bakal melihat banyak keturunan Jerman yang bisa berbahasa Jawa selain keluarga Scheunemann, ya, Millens? Haha! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ganti Karangan Bunga dengan Tanaman Hidup, Imbauan Bupati Temanggung Terpilih

19 Feb 2025

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Cuaca Ekstrem Sepekan Terakhir, Banjir di Demak Meluas hingga Tiga Kecamatan

8 Feb 2025

Mi Ayam Pak Teguh; Kuliner Legendaris di Semarang yang Hanya Buka Tiga Hari Sepekan

8 Feb 2025

Tiada Lagi Hallyu Wave di Penghargan Grammy, BTS Belum Terganti?

8 Feb 2025

Tiga Bulan Terendam Banjir, Warga Sayung Mulai Harapkan Bantuan

8 Feb 2025

Jeda Empat Tahun, Komik 'Yotsuba' Seri ke-16 akan Dirilis pada 26 Februari 2025

8 Feb 2025

Berkat Gas Rawa, Warga Grobogan Tetap Tenang saat Elpiji Langka

8 Feb 2025