Inibaru.id - Menilik kisah sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara, kita tahu setiap tokoh memiliki cara unik dan efektif dalam berdakwah. Kali ini kita bakal menengok cerita penyebaran agama Islam di daerah dataran tinggi Temanggung, Jawa Tengah.
Di Kabupaten Temanggung, ada satu tokoh bernama Ki Ageng Makukuhan. Dia merupakan seorang keturunan Tionghoa dan murid Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.
Ki Ageng Makukuhan adalah salah seorang dari sembilan santri Sunan Kudus yang berilmu tinggi. Dia mahir dalam ilmu kanuragan dan ilmu bercocok tanam. Oleh Sunan Kalijaga, Ki Ageng Makukuhan diminta untuk menyebarkan ajaran Islam ke daerah Kedu, Temanggung.
Menyebarkan Islam dengan Bertani
Penyebaran agama Islam yang dilakukan Ki Ageng Makukuhan sebenarnya cukup unik karena nggak langsung terang-terangan berdakwah. Dia nggak segan untuk melakukan salat di tengah sawah ketika sedang menggarap lahan pertanian.
Saat musim panen tiba, sawah yang digarap Ki Ageng Makukuhan lebih berkualitas dan bagus dibanding hasil warga setempat. Hal itu yang membuat masyarakat penasaran dan meniru apa yang dilakukan Ki Agung Makukuhan.
Tembakau hasil tanam Ki Ageng Makukuhan juga dikenal sangat berkualitas dan menghasilkan rasa istimewa bagi para penikmatnya. Tembakau ini dikenal dengan nama tembakau srintil.
Santri yang mendapat julukan Ki Ageng Kedu ini akhirnya memiliki banyak pengikut dan semakin disegani sebagai pemimpin agama yang mengajarkan pertanian.
Makam Ki Ageng Makukuhan
Nama Ki Ageng Makukuhan bukanlah nama sebenarnya. Nama aslinya adalah Ma Ku Kwan. Namun karena pribumi kala itu susah melafalkannya, nama Ki Ageng Makukuhan lantas lebih dikenal.
Tempat yang konon menjadi sejarah penyebaran agama Islam oleh Ki Ageng Makukuhan adalah Bumi Makukuhan. Ini adalah sebuah kawasan yang kini berfungsi sebagai gardu pandang di lereng Gunung Sumbing.
Sebagian orang mengatakan, makam Ki Ageng Makukuhan juga berada di kawasan ini. Versi lain menyatakan makam sebenarnya ada di puncak Gunung Sumbing.
Nah, kamu yang suka naik gunung, coba sesekali datang ke puncak Gunung Sumbing. Jika menjumpai makam di sana, itulah yang dipercaya sebagai makam seorang santri penyebar agama Islam di wilayah itu. (Kharisma Ghana Tawakal/E10)