BerandaTradisinesia
Jumat, 18 Mar 2021 11:56

Bukan Mistis, Ini Penjelasan Medis Kesurupan Massal di Temanggung Usai Tebang Beringin Ratusan Tahun

Secara medis, 'kesurupan' memang bisa terjadi, tapi nggak ada kaitannya dengan kerasukan makhluk halus. (Regulardream)

Kesurupan massal terjadi di Temanggung belum lama ini. Diduga, kesurupan terjadi lantaran warga tebang beringin ratusan tahun. Namun, selain alasan klenik, gimana sih penjelasan medis fenomena kesurupan massal itu?

Inibaru.id – Lagi-lagi fenomena kesurupan massal terjadi di Indonesia. Kali ini terjadi di Temanggung, Jawa Tengah. Belum lama ini, sejumlah warga tampak kerasukan makhuk halus lantaran sebelumnya ada pohon beringin berusia ratusan tahun yang ditebang.

“Info awal terjadi penebangan pohon beringin di Desa Pringapus Kecamatan Ngadirejo, yang menyebabkan beberapa warga kesurupan,” tulis akun Instagram @temanggungzone di keterangan video yang memperlihatkan kesurupan, Sabtu (13/2/2021).

Seorang warga yang mengalami kesurupan sempat berteriak dan menunjuk-nunjuk orang lain.

“Tapi ini rumahkui woi, ini rumahku, woi,” ucapnya, yang tentu saja membuat siapa pun yang melihatnya menganggap kesurupan massal ini berkaitan dengan unsur mistis, yakni karena penunggu pohon ini marah dan merasuki tubuh warga sekitar.

Dengan beberapa bukti yang bisa kita lihat, sangat sulit untuk nggak percaya bahwa manusia memang bisa kesurupan atau, bahasa kerennya, trance. Penjelasan paling mudah adalah mengaitkannya dengan klenik atau hal-hal mistis, misalnya kerasukan jin atau roh halus.

Penjelasan Ahli Jiwa

Penyebab kesurupan massal bisa dijelaskan dari sisi medis. (CurupEkspress/Ike)

Jika kamu sudah meyakini bahwa kesurupan adalah peristiwa ketika tubuh manusia kerasukan makhluk halus, ya sudah. Namun, untuk kamu yang masih pengin mencari tahu, ternyata peristiwa kesurupan bisa dijelaskan secara medis, lo!

Perlu kamu tahu, kasus kesurupan massal telah terjadi beberapa kali di Indonesia. Korbannya mulai dari anak-anak sekolah, pekerja pabrik, hingga warga yang sedang berkerumun. Kebanyakan orang akan menganggapnya dengan kejadian mistis, maka didatangkanlah dukun atau pemuka agama.

Dari segi medis, terkait kesurupan, mendiang Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor dr Dadang Hawari SpKJ pernah mengungkapkan bahwa peristiwa itu terjadi sebagai reaksi dari kejiwaan seseorang yang selama ini tertekan atau mengalami stres.

Psikiater kelahiran Pekalongan itu mengungkapkan, reaksi tersebut bisa dilakukan dengan berteriak, menangis, bernapas dengan cepat, hingga mengalami kejang-kejang atau mati rasa. Gejala terakhir disebabkan oleh napas yang cepat sehingga jumlah oksigen yang masuk ke dalam tubuh berkurang.

Histeria Dalam Keramaian

Fenomena kesurupan massal di Temanggung. (Instagram/temanggungzone)

Sementara, untuk kesurupan massal, Prof Dadang mengungkapkan, besar kemungkinan ini terjadi lantaran adanya histeria di dalam keramaian. Orang-orang yang ada di sekitar sosok yang mengalami kesurupan biasanya memang akan ikut kesurupan karena panik.

Bahkan, saat mengalami kepanikan itu, nggak jarang mereka mengalami halusinasi. Hal tersebut, lanjutnya, nggak ubahnya seperti fenomena latah.

Hal serupa juga diungkapkan praktisi hipnoterapi Soegiono. Menurutnya, beberapa orang yang kesurupan kadang memang mengalami halusinasi. Ini terjadi sebagai akibat dari terkumpulnya memori sejak masa kecil.

Sebagai contoh, dulu dia sering mendengar cerita horor dari orang tua, cerita rakyat, atau film horor. Nah, hal ini membuat mereka percaya ada hal-hal tersebut. Dan, saat terjadi histeria massal, orang itu jadi memunculkan halusinasi tersebut.

Soegiono menyebut orang dengan usia anak dan remaja paling rentan mengalami kesurupan karena pada usia tersebut mereka mudah mengadopsi sejumlah memori serta tersugesti.

Jadi, sudah tahu kan penjelasan medis kesurupan massal di Temanggung? Ehm, kamu boleh percaya, boleh tidak. Kalau pun masih menganggap kesurupan terjadi karena ada yang tebang beringin ratusan tahun, ya sudah, lha wong cuma beda sudut pandang saja, kok. Ha-ha. (Kum/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024