Inibaru.id - 17 Agustus merupakan tanggal istimewa bagi rakyat Indonesia. Masyarakat menyebut tanggal 17 Agustus ini sebagai hari proklamasi kemerdekaan, karena pada tanggal tersebut Republik Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya.
Perlu diketahui bersama ternyata kemeriahan dan kemegahan peringatan Hari Kemerdekaan saat ini berbanding terbalik dengan pelaksanaan proklamasi kala itu.
Selain itu, masih ada beberapa fakta menarik yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas perihal kemerdekaan ini. Bagi Anda yang belum tahu tentang sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, berikut ulasan selengkapnya.
Pertama, jika ada yang beranggapan demi agenda besar seperti kemerdekaan segala sesuatunya dipersiapkan dengan wah dan mewah, maka berbeda halnya yang dilakukan para pejuang kemerdekaan kala itu. Sebut saja bendera pusaka. Bendera pusaka yang dijahit oleh ibu Negara Fatmawati bukan terbuat dari kain mahal dan bagus. Bendera yang dibuat ketika itu hanya dibuat dari sprei dan juga kain tukang soto yang dijahit oleh ibu Fatmawati menjadi merah putih. Dan hingga hari ini merah putih menjadi bendera resmi bangsa Indonesia.
Baca juga: Serba-Serbi Perayaan HUT Re-72 RI di Istana Merdeka
Kedua, kepercayaan mistis Soekarno dalam menetapkan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai Hari Proklamasi Indonesia. Dipercayai atau tidak, Bapak Proklamator Kemerdekaan kita, Soekarno adalah seseorang yang sangat percaya dengan hitungan kejawen dan hal-hal mistis. Hal tersebut terekam dari sejarah percakapan Soekarno dengan Sukarni yang menanyakan terkait penentuan tanggal kemerdekaan yang dipilih Soekarno yakni pada 17 Agustus.
Menanggapi pertayaan tersebut, Soekarno mengaku tak bisa mempertimbangkan dan menerangkan berdasarkan akal. Ia hanya mempercayai bahwa angka 17 merupakan angka suci. Kemudian Soekarno juga mengaitkan tanggal 17 ini dengan tanggal diturunkannya wahyu Allah, Al-Quran. Selain itu, Soekarno sebagai seorang muslim juga mengaitkan tanggal 17 ini dengan jumlah rakaat shalat lima waktu umat islam, yakni 17 rakaat. Sehingga dengan demikian Soekarno menganggap tanggal 17 Agustus ini akan membawa harapan besar terhadap Republik Indonesia.
Ketiga, dalam peringatan hari kemerdekaan, kehadiran presiden tentu sangat dinanti. Hal ini yang nyaris terlewat saat proklamasi kemerdekaan di kumandangkan pertama kali. Pasalnya kondisi Bung Karno sendiri kala itu tengah sakit, dan nyaris tak bisa hadir dalam agenda proklamasi tersebut.
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 WIB, tepatnya 2 jam sebelum pembacaan teks Proklamasi, Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala Malaria Tertiana mengakibatkan suhu badannya tinggi.
Baca juga: Fenomena Baju Adat Hingga Lima Pemenang Busana Pilihan Presiden Jokowi di HUT RI 72
Saat dibangunkan oleh dokter pribadinya, Soekarno mengeluh dengan ucapan 'Pating greges'. Namun, setelah mendapat sedikit perawatan, pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Dan tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. Meskipun setelahnya, Soekarno harus tergopoh-gopoh kembali ke kamar tidur untuk kembali beristirahat.
Keempat, berbeda dengan saat ini, upacara peringatan kemerdekaan yang digelar dengan sangat mewah. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pertama ternyata justru berlangsung tanpa Protokol, tak ada Korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada Pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari Batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara.
Kelima, jelang kemerdekaan, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru di India. Karena hal ini sangat privasi, Ia meminta Hatta untuk tak memberitahukan kepada siapapun perihal kepergiannya tersebut.
Akhirnya, Bung Hatta kala itu harus berbohong dengan memakai passpor milik orang lain dengan nama 'Abdullah - co-pilot'. Hatta kemudian berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi.
Sebagai informasi, Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an, dan Gandhi pun banyak mengetahui perjuangan Hatta.
Keenam, negatif film foto kemerdekaan disimpan di bawah pohon. Jika waktu itu para pejuang kemerdekaan tidak dapat mempertahankan dokumentasi prosesi kemerdekaan, mungkin hingga kini kita tidak dapat menikmati foto-foto sejarah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Baca juga: Promo Unik Dibulan Kemerdekaan Yang Sayang di Lewatkan
Saat itu, tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Ia mengatakan bahwa Dia tak memiliki negatif film itu karena sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan.
Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar, padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di Halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang saat itu?
ketujuh, naskah asli Proklamasi ditemukan di tempat sampah oleh seorang wartawan bernama BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di dalam keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Baru pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun, 9 bulan, 19 hari. Dan kini arsip tersebut menjadi koleksi sejarah yang tersimpan rapi di Istana Merdeka.
Demikian tersebut merupakan sejarah yang memuat beberapa fakta yang berkaitan dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang tidak banyak diketahui oleh banyak orang. Semoga dapat menjadi informasi dan menambah wawasan. (NA/IB)