BerandaPasar Kreatif
Jumat, 24 Jul 2025 13:06

Upaya Redmiller Experience Jadikan Galeri Seni sebagai 'Gravitasi' untuk Gen-Z

Banyak anak muda yang sekarang ini tertarik mengunjungi pameran seni. (Inibaru.id/ Rizki Arganigsih)

Jika masih berpikir bahwa seni rupa nggak akan menarik bagi anak muda, cobalah bertandang ke galeri seni Redmiller Experience yang berhasil menjadi 'gravitasi' untuk Gen-Z di Kota Semarang dan sekitarnya. Pameran ini masih akan berlangsung hingga September 2025, lo.

Inibaru.id - Saya selalu memilih tersenyum simpul saja tiap kali ada orang yang bilang bahwa generasi muda nggak ada yang mengerti seni; jadi nggak mungkin memilih menyambangi pameran kesenian ketimbang nongkrong santai ke kafe lucu atau hengot bareng teman untuk nonton film terbaru di bioskop.

Di satu sisi saya enggan menyangkal karena sebagian orang memang begitu. Namun, sebagai Gen-Z, ada bagian dalam diri saya yang menolak pelabelan itu, karena saya sangat suka "berkeliaran" di antara lukisan-lukisan yang dipampang di galeri saat pameran.

Nggak hanya saya, beberapa kawan sejawat bahkan mengaku menjadikan galeri seni sebagai destinasi wajib mereka saat menghabiskan akhir pekan. Saya pikir, tren menjadikan kafe atau bioskop sebagai tempat favorit anak muda untuk nongkrong telah bergeser.

Suasana yang unik, karya yang estetik, dan ambience yang jarang ditemukan di tempat lain justru menjadikan ruang pameran sebagai daya tarik yang pantang dilewatkan. Jadi, kalau ada galeri seni yang sepi pengunjung, terlebih para Gen-Z, besar kemungkinan karena konsepnya yang nggak asyik.

Nggak percaya? Datanglah ke pameran seni neon Redmiller Experience yang saat ini digelar di Awanncosta, Kota Semarang. Para pemuda kalcer yang wangi dengan outfit kasual kiwari berkumpul di sini. Mereka bahkan nggak keberatan membeli tiket masuknya yang hampir setara menonton film di bioskop.

Sarah, salah seorang pengunjung pameran seni yang bakal digelar hingga September mendatang ini mengatakan, dia bersama teman-teman kuliahnya sengaja menempuh perjalanan jauh ke "bawah" (istilah untuk kawasan kota hingga bagian utara Semarang) untuk menyambangi Redmiller Experience.

Konsep Pameran yang Tepat

Tersedia banyak kursi lucu di area <i>clay making</i> untuk berkreasi bersama teman. (Inibaru.id/ Rizki Arganigsih)

Apa yang dikatakan Sarah menunjukkan bahwa pameran seni juga dilirik para Gen-Z; bukan cuma untuk mengapresiasi hasil karya para seniman yang menjadi "menu utama"-nya, tapi juga menjadikannya sebagai ruang multifungsi.

"Pameran seni adalah tempat berekspresi, untuk ngisi waktu luang, sekaligus destinasi healing yang lebih personal, tapi nggak kehilangan keseruan," tutur Sarah yang mengaku mengetahui keberadaan pameran ini dari media sosial.

Bagi generasi muda, nggak bisa dimungkiri bahwa medsos memegang peranan penting. Faktor fomo atau takut kehilangan momentum mendorong kami untuk datang ke tempat-tempat yang tengah dibicarakan di Instagram atau Tiktok. Apakah ini salah?

Menurut saya, alasan apa pun nggak masalah. Namun, justru karena ada fenomena ini, pameran seni harus mengusung konsep yang tepat jika menyasar Gen-Z sebagai pengunjung utamanya. Sulit bagi anak muda untuk datang ke pameran tanpa mengabadikan momen menarik dan membagikannya ke medsos.

“Di pameran ini ada banyak banget spot kece buat foto, Mbak! Karya-karyanya keren dan ada kaca besar untuk mirror selfie yang hasilnya cocok banget buat diunggah ke medsos,” komentar Sarah terkait alasannya menjadikan Redmiller Experience sebagai destinasi akhir pekan mereka.

Mengakomodasi Keinginan Anak Muda

Di Pameran Redmiller Experience ini, ada juga banyak souvenir menggemaskan yang bisa dibawa pulang. (Inibaru.id/ Rizki Arganigsih)

Menurut Sarah, penyelenggara pameran kini semakin memahami apa yang dibutuhkan anak muda. Mereka menciptakan suasana yang santai, ruang yang nyaman, serta penataan karya yang membuat pengunjung betah berlama-lama.

“Di pameran ini kami bahkan bisa ikut bikin karya, lo. Tadi aku masuk clay area dan coba bikin karakter sendiri dari clay warna-warni. Terus, ada spot kreasi gambar digital sendiri atau duduk santai di kursi dan meja kecil yang tersedia di berbagai sudut. Seru!" jelasnya dengan muka berbinar.

Nggak seperti pameran seni konvensional yang hanya berupa deretan lukisan untuk dilihat, menurut saya Redmiller Experience cukup mengakomodasi keinginan anak muda dengan konsep interaktif dan berbagai spot swafotonya yang unik dan kekinian.

Liana, pengunjung lain yang mendaku sebagai mahasiswa DKV di kampus terkenal di Semarang pun mengaku menikmati konsep pameran interaktif ini. Menurutnya, pameran sudah semestinya jadi tempat aman untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan atau penilaian.

“Aku ke sini bukan cuma untuk lihat karya, tapi juga cari ketenangan. Bisa jalan pelan-pelan sembari lihat karya seni bikin pikiran mendadak lebih ringan,” ujar perempuan yang mengaku sedang jenuh dengan tugas akhir kuliahnya dan butuh ruang untuk "bernapas" ini.

Dia mengaku mengapresiasi orang-orang yang berhasil mengubah galeri seni yang semula identik dengan tempat yang dingin, kaku, dan acap susah dimengerti, menjadi ruang interaktif yang menampilkan karya refreshing dan lebih relate untuk anak muda.

“Yang aku suka, di sini banyak karya yang sebetulnya bikin mikir, tapi nggak bikin pusing; kayak kita diajak diskusi pelan-pelan, bukan disuruh buru-buru ngerti teori,” pungkasnya.

Jadi, menurut saya, alih-alih memberi label sebagai orang-orang yang nggak mengerti atau peduli dengan kesenian, lebih baik buatlah pameran yang "ramah" untuk disambangi generasi muda.

Dengan konsep yang tepat seperti Redmiller Experience, kami akan menikmatinya juga, kok! Gimana menurutmu, Gez? (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: