BerandaPasar Kreatif
Jumat, 1 Mar 2018 11:16

Kayu yang Diukir Alam Itu Jadi Kreasi Unik Kakak-Beradik dari Desa Wisata Kandri

Salah satu kerajinan kayu erosi di Desa Wisata Kandri. (Tribunnews.com)

Kayu ukir banyak dibuat oleh pengrajin dari berbagai daerah. Nah, bagaimana kalau ukiran kayu tersebut ternyata nggak dibuat oleh manusia, melainkan ukiran asli dari perubahan alam? Ukiran kayu seperti itu ada di Desa Wisata Kandri.

Inibaru.id – Desa wisata apa yang kamu kenal, Millens? Dari sekian banyak desa wisata yang ada di Indonesia, kamu juga perlu tahu tentang Desa Wisata Kandri. Di desa ini, warganya menciptakan kerajinan kayu erosi yang unik, lo.

Desa Wisata Kandri berada di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah. Ada kakak-beradik bernama Wakhid dan Muhammad Nur Khusaini merintis usaha kerajinan kayu erosi Kandri Ethnic.

Ternyata, kerajinan kayu tersebut berawal dari keisengan belaka, lo. Wakhid hanya berkeinginan memanfaatkan limbah dan kulit kayu yang menyebar tak terpakai di sungai dan hutan. Uniknya, saking lamanya tergeletak begitu saja, ukiran asli dari alam pun terbentuk pada kayu-kayu itu.

"Ukiran kayu tidak saya ukir. Ini asli ukiran alam dari yang sudah lama tenggelam lalu diukir aliran sungai sampai yang dimakan rayap. Kayu lalu saya semprot biar bersih lalu saya pernis biar lebih mengilap," kata Wakhid, seperti dikutip dari Tribunnews.com.

Baca juga:
Sarung Goyor Khas Tegal Menyarungi Warga Dunia
Cokelat Tempe, Kreasi Unik dari Boyolali

Wakhid dan Saddam, panggilan akrab Muhammad Nur Khusaini pun menjajal kreasi yang lain seiring perkembangan pesat Desa Wisata Kandri. Keduanya menambah karakter orang-orangan yang dibuat dari kulit batang pisang atau kulit kayu. Aktivitas menumbuk padi, mencangkul, dan mencari kayu bakar pun merepresentasikan kearifan lokal dengan baik.

Mau membuat pesanan khusus terkait karakternya? Bisa juga, kok! Dalam sehari, 3 sampai 5 karakter bisa dibuat. Waktu pembuatan bisa lebih lama jika rangkaian yang dipesan rumit.

Semakin lama suvenir khas Desa Wisata Kandri tersebut menjadi semakin dikenal, bahkan hingga ke mancanegara. Pembeli berdatangan termasuk dari Yogyakarta, Bali, Jepang, dan Rusia. Penjualan daring juga dilaksanakan demi meningkatkan penjualan.

Suvenir yang dibuat langsung oleh pengrajin ini memiliki kisaran harga Rp 50.000 hingga Rp 2 juta, sesuai dengan kerumitan dan ukuran.

Baca juga:
Hoki Pengrajin Barongsai jelang Imlek
Perpaduan Corak Jawa-Tiongkok dalam Lembaran Batik Tulis Lasem

“Kalau hanya karakter satu orang petani cuma Rp 50 ribu. Kalau desain pertunjukan jathilan lengkap dengan peralatan musik dan penarinya bisa sampai Rp 2 juta. Pembeli kebanyakan orang-orang yang suka seni," kata Wakhid.

Nah, Desa Wisata Kandri nggak hanya punya Kandri Ethnic, lo. Gubug Rembuh di RT 3 RW 1 juga merupakan bangunan yang dikembangkan Wakhid bersama pegiat seni sekitar untuk melestarikan budaya. Di situ, kamu bisa belajar membuat kerajinan tangan, seni lukis, dan kerajinan tangan, Millens.

Wah, seru banget, ya? Kapan-kapan perlu ke sana untuk belajar seni juga, nih. (AYU/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024