Inibaru.id – Para lelaki, pasti nggak asing lagi dengan yang namanya kain sarung. Jenis kain ini memang sudah begitu akrab bagi orang kita. Berupa kain panjang yang dijahit sisi-sisinya sehingga membentuk tabung ini digunakan sebagai penutup bagian perut sampai mata kaki dengan cara dililitkan. Bisa digunakan lelaki maupun perempuan, sarung biasa digunakan untuk kepentingan adat maupun keseharian.
Nah, dari sekian banyak jenis sarung yang ada di Indonesia, sarung goyor merupakan salah jenis sarung yang cukup banyak diminati. Kamu yang dari Kota Tegal, Jawa Tengah, pasti nggak asing lagi dengan sarung itu. Ya, dibuat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), sarung goyor ini memang menjadi produk tekstil khas Tegal.
Diproduksi secara turun-temurun oleh warga Kota Tegal khususnya kelompok etnis Arab, kain sarung goyor berukuran 125 x 120 meter. Eits, tentunya ini bukan ukuran asli saat di tenun ya. Karena sarung ini perlu sambungan untuk menghasilkan satu kain sarung. Lebar hasil penenunan adalah 60 cm.
Kenapa di sebut sarung goyor? Mengutip choerun.blogspot.co.id, dalam bahasa Jawa, goyor artinya “lembek”. Dan memang jika dipakai, kainnya jatuh, lembek, nggak kaku. Karena itu, disebutlah sarung goyor. Ada juga yang menyebut kain pyur yang artinya juga sama.
Baca juga:
Cokelat Tempe, Kreasi Unik dari Boyolali
Hoki Pengrajin Barongsai jelang Imlek
Nah, menjadi salah satu daerah yang masih memproduksi kain ini, pemasaran sarung khas Tegal ini sudah mencapai ke berbagai daerah di Tanah Air. Bahkan, sudah di ekspor ke berbagai negara juga, lo. Mulai dari Jepang, Timur Tengah, hingga negara-negara Afrika. Wih, luar biasa bukan? Produk asli buatan Indonesia yang menembus dunia.
Banyak diminati, sarung goyor khas Tegal ini sudah sejak dikenal sejak 1986. Memiliki corak ekslusif karena dibuat secara manual (handmade), ini menjadikan hasil produksinya menjadi terbatas. Produk sarung goyor yang berkualitas juga memiliki harga jual yang bervariasi. Dari Rp 300 ribu hingga Rp 800 ribu per sarung. Terbilang mahal memang, karena memang memiliki proses yang nggak gampang. Proses pembuatannya rumit, membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran untuk sampai menjadi selebar kain sarung yang layak jual.
Bayangkan saja, untuk membuat kain sarung ini sampai ke konsumen ada sekitar 18 langkah yang harus dilalui dan membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Tapi, karena proses pembuatan yang panjang itulah, kain ini juga telah membuka luas lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Seenggak-enggaknya ada 18 orang yang terlibat dalam 18 proses pembuatannya.
Memiliki ciri khas yang nggak dibuat di negara mana pun itu, meski terbilang mahal sarung goyor ini memiliki banyak peminat, lo. Pasalnya sarung jenis ini tergolong sarung yang berkualitas dan memiliki nilai seni tinggi. Nggak heran jika sarung goyor memiliki penggemar tersendiri, terutama kalangan menengah ke atas.
Perlu kamu tahu nih, sarung goyor ini memiliki keistimewaan tersendiri. Apa itu? Bisa menyesuaikan dengan kondisi. Kain ini dirasakan sejuk dan nyaman bila dipakai di negara berhawa agak panas. Juga hangat bila kondisi cuaca agak dingin. Jadi, jika saat panas, kain sarung ini akan merasa sejuk dibadan. Sebaliknya, jika musim hujan, pemakai sarung ini akan merasa hangat. Nggak hanya itu saja, motif-motif yang dimilikinya juga menjadi keunikan tersendiri.
Baca juga:
Ong Eng Hwat, Generasi Ketiga Pembuat Kue Keranjang
Perpaduan Corak Jawa-Tiongkok dalam Lembaran Batik Tulis Lasem
Yap, dilihat dari jenis motifnya, sarung goyor ini terbagi menjadi dua motif yaitu motif botolan atau timuran dan motif balian atau tegalan. Pada motif botolan, jenis motifnya kecil-kecil dan relatif lebih rumit dibandingkan motif balian. Proses pembuatannya juga lebih lama. Jadi, wajar saja jika harganya juga lebih mahal.
Adapun untuk motif balian, motifnya lebih besar. Pengerjaannya juga lebih mudah, begitu juga proses pembuatannya, sehingga harganya juga lebih murah.
Well, di antara Sobat Millens adakah yang jadi penggemar dan pemakai sarung goyor? Kalau belum, yuk mulai mencintai produk dalam negeri! (ALE/SA)