BerandaPasar Kreatif
Kamis, 11 Jul 2018 12:00

Konsep Kedai Sushi Modern di Sumo Sushi Bar Semarang

Sumo Sushi Bar. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Pernah datang ke restoran yang memiliki conveyor belt sushi? Kalau belum, kamu bisa coba datang ke Sumo Sushi Bar di Semarang, Jawa Tengah. Saking panjangnya, conveyor belt di sana bisa memuat 500 piring, lo!

Inibaru.id – Kedai sushi kekinian atau yang biasa disebut modern sushi bar umumnya menggunakan conveyor belt dalam "memutar" sajian mereka agar bisa langsung dipilih pembeli. Pun demikian dengan Sumo Sushi Bar Semarang, Jawa Tengah. Dengan cara ini, kedai di lantai satu Mall Ciputra itu menjadi tampak lebih elegan dan menggugah selera.

Oya, sushi adalah salah satu fast food khas Jepang yang terdiri atas nasi dan lauk berupa sayuran, daging, atau makanan laut. Nggak hanya di Negeri Sakura, bite-sized appetizers ini juga cukup digemari masyarakat dunia, termasuk di negeri ini.

Seiring berjalannya waktu, kedai sushi yang awalnya sangat tradisional mulai dimodernisasi, termasuk di antaranya dengan menggunakan conveyor belt yang akan berputar di meja bar tepat di hadapan pembeli. Konsep ini juga diterapkan di Sumo Sushi Bar.

Di restoran bergaya modern japanese fast food tersebut, potongan sushi dalam piring-piring di conveyor belt selalu berputar pelan di hadapanmu. Ini sangat menggoda mata, Millens. Konon, jika terisi penuh, conveyor belt Sumo Sushi Bar bisa memuat 500 piring. Wah, panjangnya!

Desain ruang Sumo Sushi Bar beserta conveyor belt sushi di dalamnya. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Stephanie Chintya, General Manajer Sumo Sushi Bar, mengatakan, pihaknya memang sengaja pengin menghadirkan konsep kedai sushi kekinian semacam itu yang lagi hit di Jepang ke Indonesia, khususnya ke Yogyakarta dan Jateng. Dengan begitu, lanjutnya, dia pengin sushi bisa menjadi makanan "umum" yang diminati masyarakat kita.

“Kami pengin sushi bisa diterima siapa pun di sini," ungkap Stephanie.

Kemudian, untuk memudahkan pembeli, Stephanie menerangkan, Sumo Sushi Bar sengaja menerapkan satu harga untuk semua sushi yang disajikan.

"Ya, semua dihargai Rp 15 ribu," tuturnya.

Dengan konsep satu harga ini, kamu nggak perlu bingung atau bertanya berapa harga sushi yang kamu makan. Kamu tinggal mengambil makanan yang kamu mau, lalu menghitung total piring yang kamu ambil. Dengan begini, kamu jadi bisa mencicipi beragam jenis sushi dengan harga "pukul rata", termasuk menu yang dikenal mahal, yakni salmon sushi.

Beragam sajian di Sumo Sushi Bar. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Salmon sushi adalah sushi berupa kepalan nasi dengan potongan ikan salmon segar berwarna oranye. Kamu bisa membumbuinya dengan cabai bubuk, lalu dicelupkan ke dalam shoyu. Rasanya kenyal, asam, sekaligus gurih. Hmm!

Disesuaikan

Karena lidah orang Indonesia lebih suka makanan yang testy, Sumo Sushi Bar banyak menyajikan menu yang sudah diolah dengan mayones atau saus-saus lain yang nggak asing dengan lidah kita. Kendati demikian, cita rasa khas sushi nggak berubah, kok. Kamu tetap dapat mencicipi rasa asam yang lembut dari vinegar.

Sushi dalam kemasan yang bisa kamu bawa pulang. (Inibaru.id/Ayu S Irawati)

Restoran yang baru beroperasi pada 10 Juni lalu ini buka setiap hari pukul 09.30 hingga 21.30 WIB. Restoran ini merupakan cabang ketiga di Indonesia. Dua restoran lainnya berada di Yogyakarta, yaitu di Lippo Plaza dan Hartono Mall.

Jadi, buat kamu yang ingin mencicipi lezatnya sushi di restoran ini, kamu bisa datang ke restoran di Semarang atau pun Yogyakarta, Millens. Nah, selamat berburu sushi, ya! (Ayu S Irawati/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024

Bagaimana Sebaiknya Dunia Pariwisata Menghadapi Kebijakan PPN 12 Persen?

23 Nov 2024

Asal Mula Penamaan Cepogo di Boyolali, Terkait Peralatan Dapur

23 Nov 2024

Mengapa Warna Bangunan di Santorini Dominan Putih dan Biru?

23 Nov 2024

Kekerasan pada Perempuan; Siapa yang Salah?

23 Nov 2024

Wejangan Raden Alas: Warga Blangu, Sragen Dilarang Beristri Dua

23 Nov 2024

Alokasi Ditambah, Serapan Pupuk Bersubsidi di Jawa Tengah Capai 60,23 Persen

23 Nov 2024

Menguak Sejarah dan Alasan Penamaan Tulungagung

24 Nov 2024