BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 11 Mar 2022 20:13

Sangqu, Sepeda Tenaga Matahari Buatan Indonesia

Sepeda Matahari Sangqu. (Radioidola/Dok Kasmin Riyadi)

Inovasi anak negeri dari Semarang ini sangat menarik, Millens. Jadi, ada Sepeda Matahari Sangqu yang memakai energi tenaga surya. Bebas BBM, deh.

Inibaru.id – Kendaraan tenaga surya memang belum populer di berbagai belahan dunia manapun. Namun, bukan berarti perkembangannya berhenti di level itu-itu saja. Semakin banyak inovasi dibuat agar di masa depan, manusia bisa berkendara tanpa perlu bergantung dengan bahan bakar yang bakal habis, yakni minyak.

Omong-omong, di Indonesia, ada Sepeda Matahari Sangqu yang memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energinya, Millens.

Sepeda ini diproduksi oleh Sentra IKM Logam Semarang. Sebenarnya sih, alih-alih disebut sebagai sepeda biasa, Sangqu ini lebih cocok dianggap sebagai sepeda motor. Meski, tentu saja energinya bukan berasal dari bahan bakar minyak (BBM), melainkan tenaga surya yang dikonversi menjadi listrik.

Bentuk sepeda ini cukup menarik karena adanya panel surya yang berbentuk seperti atap kecil. Jadi, selain nggak bikin pengendaranya kepanasan, keberadaan panel ini menyerap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi listrik yang bisa menggerakkan sepeda motor.

Yang membuat Sepeda Matahari Sangqu ini adalah Kasmin Riyadi. Ide ini muncul gara-gara keprihatinannya melihat ketergantungan manusia terhadap BBM yang sebenarnya sudah semakin menipis jumlahnya. Nah, dia memulai riset untuk sepeda ini sejak 2021 lalu.

Nggak lama, tepatnya pada pertengahan 2021, riset yang dilakukan laki-laki lulusan Politeknik Negeri Semarang (Polines) ini sudah jadi nominasi Startup Inovasi Masyarakat yang diselenggarakan Badan Riset Indonesia.

Sepeda matahari Sangqu menggunakan tenaga matahari dan listrik. (Radioidola/Dok Kasmin Riyadi)

Laki-laki berusia 42 tahun ini mengklaim sepeda buatannya nggak sekadar bebas BBM, melainkan juga anti-polusi. Inovasinya juga hemat penggunaan energi. Jadi ya, kalau di malam hari dan nggak ada matahari sebagai sumber energi, sepeda masih bisa jalan sejauh 48 km. Selain itu, kalau baterainya habis, juga bisa mengisi ulang daya di aliran listrik di manapun, lo.

Lantas, berapa sih harga sepeda ini? Nggak mahal-mahal banget ternyata.

“Dijual Rp 12,5 juta,” ujar Kasmin.

Oya, soal kemampuan untuk dikendarai, sepeda ini bisa melaju dengan kecepatan maksimal 25 km/jam. Itu berlaku kalau beban maksimalnya 130 kg. Soal kelengkapan, sudah ada lampu depan dan belakang, klakson, lampu sein, serta indikator yang menunjukkan daya baterai.

Meski begitu, ada kemungkinan desainnya bakal diperbaiki. Maklum, adanya panel surya besar yang mirip atap ini membuatnya bisa oleng jika diterpa angin cukup besar. Selain itu, Kasmin juga masih menunggu legalitas dari pemerintah atau dinas terkait.

Yang terakhir, soal namanya yang nggak biasa. Ternyata, Sangqu ini berasal dari kata ‘sangku’ yang artinya adalah tempat nasi. Alasannya, karena filosofi dari sangku sendiri bisa dianggap sebagai tempat rezeki. Selain itu, Sangku ternyata dulu adalah nama kecil dari ayah Kasmin yang sudah tiada.

Tertarik memiliki Sepeda Matahari Sangqu, Millens? (Rad/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024