Inibaru.id - Profesi sebagai pelukis kerap dipandang sebelah mata karena dianggap nggak bisa untuk menopang hidup, apalagi menjamin perekonomian keluarga. Namun, hal ini dimentahkan Ge Haryanto. Pelukis asal Kota Semarang itu dengan tegas mengatakan sebaliknya.
Mengenal dunia melukis sedari kecil, lelaki yang akrab disapa Ge itu mengaku menjadikan lukisan sebagai sumber penghasilan utamanya. Menurutnya, pendapatan itu cukup untuk menopang kehidupan keluarga kecilnya.
Dunia seni rupa agaknya memang nggak bisa dipisahkan dari hidupnya sedari balita. Bahkan, Ge yang mengaku sudah menyadari bakat itu sedari kecil pun segera memutuskan untuk belajar seni rupa ke dua sanggar lukis pada 1992.
"Saya belajar di dua sanggar lukis sekaligus, yakni di Seni Bianglala dan Imam Bonjol Kota Semarang pada 1992," tutur Ge kepada Inibaru.id belum lama ini.
Setelah merasa cukup mumpuni dalam melukis, Ge memutuskan untuk merantau ke Bali. Di Pulau Dewata, kesehariannya dihabiskan untuk melukis. Namun, di sana dia nggak menganggap melukis sebagai sebuah pekerjaan, melainkan hobi yang dihargai.
Pelukis beraliran realisme itu bersyukur karena karya-karyanya cukup diminati orang lain. Hanya dengan mengandalkan menjual lukisan, dia mampu menghidupi istri dan ketiga anaknya.
"Alhamdulillah. Bersyukur, banyak orang yang membeli karya saya. Ada yang dari Jakarta, Yogyakarta, Sumatra, bahkan Malaysia," ungkap Ge.
Menurut pengakuan Ge, rahasia kesuksesannya meraih keuntungan dari dunia melukis adalah karena dia gencar promosi di sosial media. Sementara, dari segi teknis, agar lukisan awet, kuncinya adalah penggunaan cat minyak impor dari Belanda.
"Udah terbukti. Lihat salah satu lukisan saya di atas itu; saya buat pada 1997. Warnanya masih bagus," kata Ge sembari menunjukkan lukisan lawasnya. "Kalau cat warna buatan lokal, menurut saya semakin lama warnanya bakal pudar."
Alat yang Berkualitas
Apa yang diungkapkan Ge merupakan ilmu yang dia dapatkan dari dua sanggar tempatnya belajar. Dia mengatakan, gurunya waktu itu selalu mewanti-wanti agar dirinya selalu menggunakan kuas maupun minyak cat yang memiliki kualitas tinggi saat melukis.
"Modal" alat dan bahan berkualitas rupanya sejalan dengan pendapatan yang diterima Ge. Nggak hanya diminati kolektor dari dalam negeri, lukisan Ge juga diburu orang-orang dari luar negeri. Dia mengatakan, sebagian peminat saya tolak lantaran memesan lukisan dalam bentuk Non-Fungible Token (NFT).
"Saya nggak paham NFT itu seperti apa. Karena saya nggak ngerti ya saya tolak," ucapnya santai.
Ge mengaku, dirinya memang memilih mengerjakan apa yang paling dia mengerti saja. Untuk pembuatan lukisan, dia membatasi untuk sekitar 10 pesanan saja. Untuk satu lukisan, dia biasanya membutuhkan waktu minimal seminggu.
"Karena kaitannya dengan kepercayaan, saya setiap bulan membatasi 10 pesanan saja. Alasannya, saya nggak mau dikejar-kejar orang," kelakarnya. "Saat melukis saya juga nggak pernah nunggu mood bagus atau ilham. Pokoknya setiap waktu saya bisa melukis."
Untuk satu lukisan berukuran 40x50 sentimeter, Ge mematok sebesar Rp1.5 juta, sedangkan ukuran 60×80 sebesar Rp2,5 juta. Sementara, lukisan ukuran 70×90 dibanderol Rp4,5 juta. Adapun ukuran 80×100 dipatok Rp5,5 juta. Terakhir, untuk ukuran 100×120, harganya mencapai Rp6,5 juta.
Kalau sepuluh lukisan buatan Ge terjual dalam sebulan, bisa dibayangkan berapa pendapatannya dalam sebulan, kan? (Fitroh Nurikhsan/E03)