BerandaPasar Kreatif
Senin, 22 Apr 2018 18:25

Pesona Payung Lukis dari Ngudi Rahayu Klaten

Payung lukis Ngudi Rahayu (Klatenhitz.com)

Di Klaten, Jawa Tengah, ada sentra pembuatan payung lukis yang layak dikunjungi. Payung-payung nan cantik kreasi para pengrajin ini bahkan dikenal sampai ke mancanegara, lo.

Inibaru.id –  Pada perayaan tertentu, kamu barangkali bisa melihat payung-payung lukis tradisional nan cantik yang turut menghidupkan suasana. Lukisan dan warna-warna yang indah akan mudah menjadi sorotan.

Nah, kalau main ke Klaten, Jawa Tengah, kamu bisa melihat sentra pembuatan payung lukis tradisional, lo. Berada di Dusun Gumantar, Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, paguyuban yang bernama Payung Lukis Ngudi Rahayu ini telah menghidupkan eksistensinya kembali.

Paguyuban ini dibentuk pada tahun 2013 oleh Ngadiyakur, seorang pengrajin yang telah memulai usahanya sejak 1998. Pada 2006, dia berfokus untuk membuat payung. Semakin berkembang usaha produksi payung, Ngadiyakur lantas membentuk paguyuban.

Baca juga:
Keranjang Bambu Batik Unik di Cilacap Menembus Pasar Internasional
Menyulap Cangkang Kerang Jadi Hiasan Eksotis

Mengutip wonderfulsolo.com (13/04/2017), upaya Ngadiyakur ini juga didorong oleh fakta bahwa produksi payung lukis di Juwiring sempat mengalami masa keemasannya.

Dulu, sekitar 1960-an, ada pabrik Payung Pinda Aneka yang menampung payung-payung buatan para pengrajin. Penjualannya bahkan sampai ke luar negeri, lo. Sayang sekali, kepopuleran payung ini terkikis oleh payung plastik modern dari Tiongkok sehingga pabrik itu tutup pada 1984.

Berbekal keinginan untuk menghidupkan kembali produksi payung lukis, Ngadiyakur pun berusaha untuk menginisiasi industri kreatif ini. Hasilnya pun memuaskan. Ngadiyakur sempat memamerkan karyanya ke Dubai, Thailand, dan Berlin dengan dukungan Kementerian Pariwisata.

Ada dua kelompok pengrajin di Juwiring. Kelompok pembuat kerangka mengawali pembuatan payung tradisional dengan memotong kayu mahoni, kayu kenanga, atau bambu wulung. Untuk membuat 200—500 kerangka, pengrajin membutuhkan waktu seminggu. Proses ini merupakan proses paling rumit karena membutuhkan kemampuan khusus.

Setelah itu, kain ditempelkan pada kerangka dan dirapikan oleh kelompok pengrajin payung. Lalu, aksesori tambahan disematkan pada payung. Pengrajin juga memasang tangkai dan menur pada payung. Terakhir, pengrajin melukis payung secara manual dan mewarnainya dengan cat.

Baca juga:
Harapan Keuntungan dari Ikan Sidat di Kampung Sidat
Dari Mendong ke Kerajinan Tangan Eksotis

Mengutip lagilibur.com (30/12/2017), selain kerumitan proses pembuatan, keterbatasan bahan baku juga menjadi kendala produksi payung lukis. Kebanyakan bahan baku bukan berasal dari Juwiring, melainkan dari lereng Gunung Merapi.

Apakah yang dibuat hanya payung tradisional yang terbatas untuk perayaan tertentu? Nggak kok, Millens! Para pengrajin ini memproduksi segala jenis payung, termasuk payung agung untuk acara keraton, payung untuk pemakaman, payung untuk kirab, payung tari, dan payung fungsional lainnya.

Harganya pun terjangkau. Kamu bisa membawa pulang sebuah payung lukis dengan harga Rp 25 ribu. Untuk payung yang lebih rumit, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Yang lebih asyik, paguyuban ini membuka workshop yang bisa menjadi tempat belajar untuk membuat payung lukis. Keren, ya, Millens! Jadi tertarik untuk ke sana, nih. (IB08/E02)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024