BerandaPasar Kreatif
Selasa, 31 Mei 2021 16:30

Logat Padang yang Begitu Kentara di Depot-Depot Jamu Seduh Pinggir Jalan

Andri, pemilik usaha depot jamu 'Warung Jamu Sambiroto' di Semarang. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Berbeda dengan jamu gendong yang didominasi orang Jawa, logat Padang justru begitu kentara di kalangan penjual depot jamu 'seduh' yang banyak didirikan di pinggir jalan di Indonesia. Kenapa bisa begitu?

Inibaru.id – Penjual jamu gendong tradisional hampir selalu diidentikkan dengan perempuan Jawa, karenanya kerap disebut mbok jamu. Terkait hal ini, masyarakat Jawa memang punya sejarah panjang. Namun, agaknya nggak demikian dengan para pemilik depot jamu seduh.

Cobalah perhatikan lebih saksama, maka kamu akan menemukan logat Padang yang begitu kentara di antara para penjual jamu yang bertebaran di pinggir jalan tersebut. Yap, laiknya orang Sunda dengan burjo atau orang Madura dengan satainya, orang Padang memang cukup identik dengan depot jamu.

Andri, salah seorang pemilik depot jamu di Kota Semarang, mengiyakannya. Depot-depot jamu yang ada di berbagai sudut di Indonesia itu diyakininya memang didirikan oleh orang Padang, nggak terkecuali dirinya.

“Rata-rata penjual depot jamu seduh itu dari Sumatera, sekitaran Saniangbaka (Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat),” ungkap Andri, yang ditemui Inibaru.id di depot jamunya yang berada di wilayah Sambiroto, Kecamatan Tembalang.

Namun, yang menarik, kendati depot jamu tersebar di seluruh Nusantara, hampir nggak ada yang membuka usaha di tanah kelahiran mereka sendiri. Menurutnya, ini terjadi karena orang Padang nggak memiliki tradisi atau kebiasaan minum jamu seperti orang Jawa.

"Kami tahu orang Jawa suka minum jamu, jadi melihat peluang untuk mendirikan usaha itu," ungkap Andri, lalu mengetuk-ketuk meja di hadapannya seraya berbisik, "Ciri khas depot jamu milik orang Padang itu punya etalase dan pakai meja kecil selebar sekitar 20 sentimeter seperti ini."

Belajar Otodidak

Bentuk etalase dan meja ciri khas depot jamu milik orang Padang. (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Andri berasal dari Tanah Minang, tapi rezekinya kini tertambat di Semarang. Memutuskan merantau ke Kota Lunpia pada 1995, Andri nggak langsung mendirikan bisnis depot jamu sendiri. Dia mengawalinya dengan ikut orang yang sudah lebih dulu mendirikan usaha jamu seduh.

"Untuk tahap awal ikut dulu, belajar sendiri sambil jalan," ungkap Andri, yang mengaku lebih banyak mempelajari perjamuan secara otodidak.

Selama ikut orang, dia mengaku banyak belajar gimana menjalankan depot jamu. Menurutnya, bisnis tersebut bisa dipelajari asalkan mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk maju. Beberapa waktu berselang, Andri pun memutuskan untuk Warung Jamu Sambiroto, depot kepunyaannya sendiri.

Kendati melakukan segalanya sendiri, bukan berarti Andri sendirian. Perlu kamu tahu, di Kota Semarang, Andri mengatakan, terdapat lebih dari 120 depot jamu yang didirikan orang Padang. Mereka memiliki komunitas yang lumayan aktif dan sebelum pandemi kerap mengadakan pertemuan.

Murah dan Bisa Dinikmati Siapa Saja

Berbagai macam jenis jamu yang dijual di Warung Jamu Sambiroto milik Andri. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Jamu seduh yang diracik Andri diperuntukkan bagi semua usia, mulai dari anak kecil hingga lansia. Inilah yang membuat depotnya nggak pernah sepi pengunjung. Terkadang, ada pelanggan yang datang sekeluarga lalu sama-sama memesan jamu.

Berbeda dengan jamu gendong yang, kecuali jamu beras kencur, memiliki rasa yang kurang nyaman di lidah, rasa jamu seduh memang lebih berterima bagi anak kecil. Menurut Andri, jamu dengan rasa yang pahit sudah nggak relevan lagi untuk saat ini.

Dalam sehari, Andri bisa melayani antara 50 hingga 100 orang, yang sebagian di antara mereka adalah para pelanggan setia. Segelas jamu di tempatnya dipatok antara Rp 8.000 hingga Rp 13 ribu. Namun, ada juga jamu khusus, yakni untuk stamina lelaki, yang dibanderol sebesar Rp 35 ribu.

Bisnis yang menggiurkan juga ya, Millens! Eits, tapi jangan sembarangan bikin depot jamu, lo. Kalau pengin bikin juga, magang dulu gih ke Warung Jamu Sambiroto! Ha-ha. (Kharisma Ghana Tawakal)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024