BerandaKulinary
Kamis, 21 Agu 2024 11:53

Rendang, Masih Makanan Primadona karena Filosofi dan Rasanya

Rendang menjadi hidangan nasional Indonesia yang menjadi warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. (Humas Shopeefood)

Rendang merupakan makanan yang diakui kelezatannya oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Sementara itu, bagi masyarakat Minangkabau, rendang memiliki filosofi yang mendalam.

Inibaru.id - Pada tanggal 21 Agustus 2021, ada acara memasak rendang secara daring terbesar sepanjang masa. Acara yang digelar oleh Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi itu masuk dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai acara memasak rendang terbesar.

Kegiatan tersebut melibatkan 2.814 peserta dari berbagai negara di Asia, Amerika, Afrika, Australia, dan Eropa. Acara itu juga diikuti oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo.

Memperingati momentum tersebut, hari ini Google Doodle memajang gambar rendang di halaman utamanya. Nah, mumpung sedang "merayakan rendang", yuk kita sedikit membahas hidangan nasional Indonesia yang menjadi warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ini!

Seperti yang sudah banyak orang tahu, rendang memiliki rasa dan bumbu yang sangat khas, dibuat dari kekayaan rempah-rempah asli Indonesia. Metode memasak yang tergolong rumit dan cukup lama menjadikan rendang makanan yang nggak mudah basi. Padahal, pada proses pembuatannya nggak membutuhkan bahan pengawet.

Sudah banyak yang membuktikan bahwa rendang merupakan hidangan dengan cita rasa lezat. Pada tahun 2011 hingga 2017, masakan tradisional yang berasal dari Minangkabau ini terpilih sebagai makanan terlezat nomor satu di dunia berdasarkan pilihan pembaca dalam survei yang dilakukan oleh Cable News Network (CNN).

Sementara itu, dalam sebuah acara pameran kuliner Village International de la Gastronomie (VIG) yang diadakan oleh pemerintah Prancis pada tahun 2017, rendang menjadi primadona para pengunjung yang datang.

Rendang bagi Masyarakat Minangkabau

Masakan rendang menggunakan bahan utama berupa daging, kelapa, cabai, dan rempah-rempah. (Wikipedia)

Bagi masyarakat Sumatra Barat, rendang sudah menjadi bagian dari kehidupan kuliner mereka sejak zaman nenek moyang. Sayangnya, nggak diketahui kapan tepatnya rendang kali pertama dibuat karena kurangnya penemuan bukti tertulis.

Salah satu literatur yang membahas tentang rendang sebagai masakan tradisional dari Minangkabau ditemukan pada awal abad ke-19. Namun, menurut Gusti Anan, seorang sejarawan dari Universitas Andalas, rendang sudah muncul sejak abad ke-16.

Gusti Anan menduga bahwa pembukaan kampung baru pada abad ke-16 di wilayah pantai timur Sumatra hingga Singapura, Malaka, dan Malaysia jadi masa di mana rendang sudah eksis. Pasalnya, masyarakat Minang pada waktu itu memanfaatkan rendang sebagai bekal makanan. Rendang cocok dijadikan bekal karena bisa terus dikonsumsi untuk mencapai tempat-tempat yang membutuhkan waktu perjalanan lama.

Melansir Wikipedia, rendang bagi masyarakat Minangkabau memiliki makna Musyawarah dan Mufakat. Filosofi ini disinyalir merujuk pada empat bahan utama yang digunakan untuk membuat rendang, yaitu “dagiang” (daging) melambangkan “niniak mamak” (pemimpin suku adat); “karambia” (kelapa) melambangkan “cadiak pandai” (kaum intelektual); “lado” (cabai) melambangkan “alim ulama”; serta “pemasak” (bumbu) melambangkan masyarakat Minang.

Karena memiliki folisofi yang mendalam, nggak heran rendang biasa disajikan ketika perayaan adat seperti kenduri, menyambut tamu kehormatan, berbagai acara adat Minang, dan lain sebagainya.

Seiring waktu, Rendang pun sering disajikan ketika perayaan keagamaan seperti Idulfitri dan Iduladha. Bahkan, sekarang sudah banyak rumah makan Padang yang menjualnya dengan ciri khas masing-masing.

Itulah sekilas tentang makanan "terenak" se-Indonesia, rendang. Siapa sangka makanan tradisional memiliki kelezatan yang diakui oleh masyarakat seluruh dunia ya, Millens? Kamu juga penggemar rendang nggak? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: