BerandaKulinary
Rabu, 11 Jun 2024 15:21

Menjajal Pecel Pakis, Kuliner Legendaris dari Lereng Muria

Dengan kondimen utama sayur pakis, pecel khas Lereng Muria ini pantang kamu lewatkan. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Berada di Lereng Muria, ada satu menu kuliner legendaris yang pantang dilupakan, yakni menjajal pecel pakis.

Inibaru.id - Lereng Muria dikenal dengan hasil buminya yang melimpah, mulai dari parijoto dan kopi hingga gembili dan ganyong. Selain itu, wilayah yang mencakup wilayah Kudus, Jepara, dan Pati itu juga punya pelbagai makanan khas seperti getuk nyimut dan pecel pakis.

Khusus untuk nama terakhir, belum lengkap rasanya berkunjung ke Muria tanpa mampir di salah satu warung legendarisnya, yakni Pecel Pakis Mbok Yanah yang berlokasi di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Saat ini, warung yang berdiri sejak 1974 itu dikelola oleh generasi ketiganya.

Sesuai namanya, pecel khas pegunungan Muria ini menggunakan pakis atau paku sayur (Diplazium esculentum) sebagai kondimen utamanya. Di wilayah pegunungan, tumbuhan pakis memang mudah ditemukan, terutama di sekitar tebing dan pinggiran sungai yang lembap.

"Yang dipakai sebagai sayuran untuk pecel adalah ental (sejenis daun yang khas pada paku-pakuan) yang muda," terang Rohmah, sosok yang kini mewarisi kepemilikan Pecel Pakis Mbok Yanah, saat dihubungi Inibaru.id belum lama ini.

Tumbuh secara Liar

Warung Mbok Yanah yang merupakan salah satu penjual pecel terkenal di Kudus. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Rohmah mengungkapkan, paku-pakuan adalah tanaman yang tumbuh secara liar di sekitar Muria. Masyarakat setempat terbiasa mencarinya di hutan, lalu memasak tumbuhan tersebut menjadi berbagai olahan, mulai sayur bening, bakwan, hingga pecel.

"Nah, yang paling terkenal itu pecel pakis. Mereka yang datang ke sini, yang datang dari berbagai kota dan nginep di vila, biasanya memang mencari pecel," akunya.

Sedikit informasi, kendati paku-pakuan terbilang mudah ditemukan di wilayah pegunungan, nggak semua jenis tumbuhan ini bisa dikonsumsi. Rohmah mengaku biasanya mendapatkan pakis dari pengepul. Seikat pakis dihargai sekitar Rp5.000.

"Dulu kami cari sendiri di hutan, tapi sekarang sudah ada yang budi daya. Pembudi daya jual ke pengepul pakis. Nah, saya mendapatkannya dari situ," terangnya. "Pakis yang bisa dikonsumsi daunnya halus, sedangkan yang beracun biasanya lebih kasar."

Nggak Ada Penanganan Khusus

Warna sayur paku yang masih tetap hijau segar saat diracik bersama kondimen pecel lainnya menjadi ciri khas Pecel Pakis Mbok Yanah. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Menurut Rohmah, mengolah pakis sejatinya tidaklah sulit. Setelah dicuci bersih, pakis langsung direbus, tapi harus dicek secara berkala jangan sampai warnanya menghitam, lalu ditiriskan. Setelah itu, pakis disimpan di kulkas agar warnanya tetap hijau dan renyah saat dimakan.

"Pakis yang menghitam terlihat jelek dan baunya jadi seperti rumput, maka perlu dicek secara berkala saat merebus. Setelah masuk kulkas, pakis bisa bertahan tiga hari. Pakis baru dikeluarkan dari kulkas saat mau diadoni (disajikan dengan bumbu kacang)," kata dia.

Selain warna sayurannya yang tetap cantik, Rohmah menambahkan, ciri khas yang membuat Pecel Pakis Mbok Yanah jadi rujukan orang adalah karena bumbu kacangnya yang khas. Dia mengaku, bumbu tersebut merupakan resep turun-temurun yang terus dijaga kualitasnya.

"Kacang kami tumbuk sendiri. Untuk bumbunya, kami pakai lombok campur, bawang putih dan merah, serta daun jeruk," jelasnya. "Pelanggan biasanya minta diracikkan sekalian (bumbu kacangnya), karena meski tinggal nambahin air dan kecap, mereka bilang rasanya beda kalau ngeracik sendiri."

Gimana, gimana, penasaran dengan rasa Pecel Pakis Mbok Yanah, kan? Kalau berminat, silakan mampir sendiri ke warung yang beralamat di Jalan Pesanggrahan No 193 Desa Colo ini ya. Dijamin bakal ketagihan, sih! (Alfia Ainun Nikmah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Tanda Diabetes pada Kulit yang Jarang Disadari

8 Des 2024

Berapa Luas Kamar Tidur yang Ideal?

8 Des 2024

Piknik Santai di Rowo Gembongan Temanggung

8 Des 2024

Ombudsman: Terkait Penanganan Kasus Penembakan Siswa SMK, Polrestabes Semarang Nggak Profesional

8 Des 2024

Dekat dengan Candi Prambanan, Begini Keindahan Candi Sojiwan

8 Des 2024

Pemprov Jateng: Pagu 10 Ribu, Makan Bergizi Gratis Nggak Bisa Sediakan Susu

8 Des 2024

Hadirkan Stefan William di Acara Pembukaan, Miniso Penuhi Gaya Hidup Modern dan Kekinian Warga Kota Semarang

8 Des 2024

Ada Tiga Bibit Siklon Tropis Kepung Indonesia, Apa Dampaknya?

9 Des 2024

Menilik Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada 2024 di Lima Daerah

9 Des 2024

Produksi Genting di Desa Papringan, Tetap Autentik dengan Cara Tradisional

9 Des 2024

Rekor 1.000 Poin Megawati Hangestri di Liga Voli Korea

9 Des 2024

Peringati Perang Diponegoro, Warga Yogyakarta Gelar Kirab Tongkat Kiai Cokro

9 Des 2024

Tanpa Transit! Uji Coba Direct Train Gambir-Semarang Tawang, KAI Tawarkan Diskon 50 Persen

9 Des 2024

Sidang Kode Etik Kasus Penembakan di Semarang, Hadirkan Saksi dan Keluarga Korban

9 Des 2024

Apa yang Bikin Generasi Z Sering Dideskripsikan sebagai Generasi Paling Kesepian?

9 Des 2024

Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Robig Dipecat Tidak Dengan Hormat!

10 Des 2024

Penembak Siswa SMK 4 Semarang Dipecat; Ayah Korban: Tersangka Nggak Minta Maaf

10 Des 2024

50 Persen Hidup Lansia Indonesia Bergantung pada Anaknya; Yuk Siapkan Dana Pensiun!

10 Des 2024

Asap Indah Desa Wonosari, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Jawa Tengah

10 Des 2024

Hanya Membawa Kerugian, Jangan Tergoda Janji Manis Judi Online!

10 Des 2024