Semua serba kebetulan. Kebetulan hari libur telah selesai. Kebetulan dia menyukai perjalanan malam agar bisa tidur di kereta sampai tiba di Ibu Kota. Dan, kebetulan ada konser bertajuk Journey Experience Symphoni: Beyond Sound, Beyond
Experience, Beyond the Journey&nbsp;tersebut.

"Pas tiba di stasiun, aku kok seperti mendengar suara
pementasan orkestra. Pas ngintip di sisi timur, ternyata memang ada konser live.
Kebetulan masih ada 20 menitan sebelum jadwal kereta berangkat. Jadi, bisa
nonton sebentar. Bagus banget!” ceritanya pada Rabu (9/4) malam.

Sebagai "anker" alias anak kereta
yang menyukai berbagai hal berkaitan dengan si ular besi ini,
suara-suara di stasiun bisa sangat membuatnya girang, apalagi ada penampilan Yogyakarta
Royal Orchestra yang membuatnya merasakan pengalaman baru yang sangat menarik.

“Aku suka dengan suara sirine kereta, pengumuman dari petugas, atau
notifikasi-notifikasi khas stasiun kereta. Pas dengerin orkestra juga
sempat ada suara kereta datang. Cantik banget,” ucapnya sebelum mengaku sedikit
menyesal lantaran nggak datang jauh lebih awal malam itu agar bisa menonton konser lebih lama.

Nah, buat yang melewatkan kesempatan langka ini, kamu bisa menjumpai Yogyakarta Royal Orchestra dalam sebuah konser di Atrium Utama Plaza Ambarukmo Yogyakarta pada Senin (14/4) sore mulai pukul 16.00 hingga 20.00 WIB.&nbsp;

Konser yang digelar tanpa pungutan biaya ini adalah bagian dari rangkaian pementasan untuk persiapan konser besar mereka di Jakarta dalam waktu dekat. Jadi, itu hitung-hitung pemanasanlah. Ha-ha.

Gimana, tertarik untuk menonton Yogyakarta Royal Orchestra, Millens?
Simpan deh jadwalnya agar nggak sampai kelewatan.(Arie Widodo)

Inibaru.id – Libur lebaran yang baru diambil mulai&nbsp;H-1 Idulfitri alias 30 Maret 2025 membuat Rahayu Mutmainah bisa berlama-lama di
kampung halamannya yang ada di Cebongan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, dia nggak menyangka keputusan itu membawa nasib baik untuknya.

Kembali ke perantauan di Jakarta dengan berkereta pada Rabu (9/4/2025) malam, dia menjumpai pemandangan langka saat tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta, yakni bertepatan dengan penampilan dari Yogyakarta Royal Orchestra.

Perempuan yang akrab disapa Ayu itu mengaku baru kali ini menjumpai sebuah "konser" di stasiun. Dia juga sama sekali nggak tahu tentang
rencana pementasan Yogyakarta Royal Orchestra di pemberhentian kereta bernama resmi Stasiun
Yogyakarta yang diperkirakan telah melayani penumpang sejak 1887 tersebut. 

Banyak penumpang yang akan naik atau baru turun dari kereta di Stasiun Tugu Yogyakarta terhibur dengan alunan musik istimewa yang disajikan Yogyakarta Royal Orchestra pada Rabu (9/4/2025) malam.

Alunan Musik Yogyakarta Royal Orchestra yang Menyatu dengan Suara Laju Kereta di Stasiun Tugu Jogja

Karena itulah, saat Babak Final V-League musim 2024-2025
digelar antara Red Sparks melawan Incheon Heungkuk Life Pink Spiders pada akhir
Maret sampai awal April 2025 lalu, Ah-reum menontonnya, meski nggak secara langsung, hanya lewat televisi.

“Karena banyak tenaga kerja dari Indonesia, kami terbiasa melihat orang Indonesia di sini, khususnya di kota-kota
industri seperti tempat tinggalku, Suwon. Daejeon juga. Tapi, barangkali
Megawati-lah yang paling dikenal dari semua orang Indonesia yang ada di sini. Dia bermain luar biasa,"&nbsp;tulisnya.

Dalam laga pemungkas itu, Megawati dengan Red Sparks-nya pulang dengan tertunduk setelah dibekuk Pink
Spiders yang dibela ratu voli Korsel, Kim Yeon-koung. Namun, Red Sparks
kalah terhormat karena bermain habis-habisan dan memaksa seri final berlanjut
sampai laga kelima setelah sempat tertinggal 2-0.

Dalam lima laga tersebut, Megawati termasuk salah seorang pemain yang mendapatkan spotlight dari media lokal dan penggemar voli Korsel karena tampil begitu gemilang dan luar biasa. Ah-reum mengatakan, berdasarkan cerita dari sepupunya, perempuan berjilbab itu memang ramah banget terhadap penggemar.

"Kata sepupuku di&nbsp;Daejeon, dia sangat ramah. Banyak anak kecil yang terinspirasi untuk menjadi pevoli hebat seperti Megawati di sana," kata dia.

Ah-reum mengaku terkesan dengan atlet voli Indonesia kelahiran 20 September 1999 tersebut. Sebagai pemain asing kuota Asia, dia menuturkan, kemungkinan gajinya nggak sebesar pemain asing kuota non-Asia. Namun, menurutnya, kemampuan Megawati jauh melebihi para pemain asing kuota non-Asia kebanyakan.

Sayang sekali, cerita manis Megawati dan Red Sparks berakhir
tanpa catatan gelar juara. Namun, sebetulnya itu wajar karena Red Sparks bukan tim papan atas di Liga Voli Korea. Sebagai tim semenjana, meraih posisi ketiga dan kedua dalam dua tahun terakhir justru patut diapresiasi karena telah melebihi ekspektasi.

Akhirnya, pihak klub secara resmi menyebut Mega nggak memperpanjang
kontrak. Yang bersangkutan memutuskan pulang ke Indonesia untuk merawat ibunya yang sedang sakit. Pihak klub mengatakan, Mega bahagia di Red
Sparks dan sejatinya sangat ingin memperpanjang kontrak.

"Namun, kesehatan ibu Mega sedang
menurun dan dia ingin merawatnya. Maka, dia memutuskan untuk menyudahi kontrak di
V-League terlebih dulu,” ungkap mereka dalam keterangan tertulisnya, dinukil
dari Naver.

Menurut cerita Ah-reum, sepupunya dan juga rekan-rekan lain penggemar Red Sparks di Daejeon kecewa dengan hal ini, tapi bisa memahami situasi tersebut. Mereka pun berharap Mega bisa kembali beraksi di V-League pada masa depan.

Apa pun itu, cukup salut ya dengan kegemilangan Megawati di
Liga Voli Korea Selatan dalam dua tahun belakangan. Semoga semakin banyak
pevoli dan olahragawan Tanah Air lain yang mengikuti jejak luar biasa dari perempuan asal Jember tersebut. (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Meski nggak benar-benar mengikuti Liga
Voli Korea Selatan alias V-League, Ah-reum rupanya cukup familiar dengan sepak terjang pevoli Indonesia yang membela Daejeon Red
Sparks Jung Kwan Jang, Megawati Hangestri Pratiwi. Kebetulan, beberapa anggota keluarganya tinggal di Daejeon.

"Keluarga kami yang&nbsp;tinggal di Daejeon sering menceritakan kehebatannya saat
bertanding di lapangan," terang Ah-reum via pesan pribadi Instagram pada Rabu (9/4/2025) malam.

Setelah 2 tahun membela Red Sparks di Liga Voli Korea Selatan, Megawati Hangestri Pratiwi dikabarkan memilih untuk nggak memperpanjang kontraknya. Banyak fans voli Korea yang mengaku bakal merindukan kegemilangannya di lapangan.

Sudahi Kontrak di Red Sparks, Megawati akan Dirindukan Penggemar Voli di Korea

Menanggapi hal ini, Hasto yang mengaku telah melakukan pengecekan langsung di lapangan pun menyimpulkan bahwa penyebab utama bau kurang sedap tersebut berasal dari kencing dan kotoran kuda penarik andong.

"(Kencing dan kotoran kuda) masih terlihat berceceran di beberapa titik," simpulnya, belum lama ini.

Adiba Hasana, seorang warga Semarang yang pasca-lebaran lalu sempat berkunjung ke kawasan Malioboro tersebut mengakui, andong memang masih banyak di sana. Maka, wajar jika kotoran dan kencing kuda berceceran di mana-mana.

Namun, setahu dia, para pemilik andong juga telah menyediakan semacam kantong pada bagian belakang kuda sebagai penampung kotoran. Kebetulan dia sempat mengajak saudaranya untuk naik andong, meski pada akhirnya nggak jadi karena hujan mendadak turun.

Alih-alih kotoran kuda, perempuan yang sehari-hari bekerja di sebuah perusahaan konsultan lingkungan itu menduga, penyebab utama bau pesing di kawasan Malioboro kemunginan justru karena ulah orang-orang kurang bertanggung jawab yang buang air kecil sembarangan.

"Saya kebetulan ngiyup&nbsp;(berteduh) nggak jauh dari halte. Nah, di situlah tercium bau pesing yang menyengat. Jaran (kuda)&nbsp;ndak mungkin pipis di situ, kan? Itu (bau) semakin kuat karena terguyur hujan," terang perempuan 29 tahun tersebut.

Merespons wacana pemberian popok untuk menampung kotoran kuda di kawasan wisata Malioboro, Paguyuban Kusir Andong mengatakan bahwa ide popok kuda sebetulnya sudah sempat dilontarkan sejak pemerintahan Heri Zudianto, Wali Kota Yogyakarta terdahulu.

"Waktu itu, idenya diterapkan dengan membuat kantong kotoran kuda di setiap andong, tapi belum tahu dengan (wali kota) yang sekarang ini mau gimana. Saya belum ketemu," terang ketua paguyuban Purwanto dikutip dari Kompas, Kamis (10/4/2025).

Namun begitu, dia melanjutkan, bau pesing yang&nbsp;tercium di Malioboro bukan hanya berasal dari kuda. Seperti penuturan Adiba, bau pesing juga tercium di beberapa titik di belakang halte yang besar kemungkinan berasal dari kencing manusia,&nbsp;bisa berasal dari warga setempat atau turis yang berkunjung ke tempat wisata tersebut.

"Paguyuban kami sudah ada aturan bahwa andong wajib membawa pewangi (cucian) dan air. Kalau kuda buang kotoran, langsung disiram pakai pewangi dan air itu,” jelasnya. "Kami nggak bermaksud lempar tanggung jawab, tapi silakan dicek sendiri."

Perkara bau pesing di kawasan Malioboro ini, memberikan popok untuk kuda mungkin bisa jadi solusi. Namun, alih-alih cuma menyalahkan kuda, manusia yang kencing sembarangan pun perlu ditindak. Jika perlu, kasih popok sekalian kalau mereka malas ke kamar kecil! Ha-ha. (Siti Khatijah/E07)&nbsp;

Inibaru.id - Wacana memberikan popok pada kuda yang beroperasi di kawasan wisata Malioboro yang dilontarkan Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo ditanggapi beragam oleh berbagai pihak. Nggak hanya dari pihak-pihak terkait, respons juga datang dari masyarakat setempat, bahkan wisatawan.

Sedikit informasi, wacana pemberian popok mencuat seiring dengan orang-orang yang mengeluhkan bau pesing menyengat yang tercium di sejumlah titik di kawasan wisata kenamaan di Kota Yogyakarta tersebut.

Bau pesing di kawasan Malioboro Jogja disikapi Pemkot Yogyakarta dengan wacana memberikan popok untuk kuda penarik andong di sana. Apakah hanya kuda yang harus bertanggung jawab?

Kuda yang Jadi 'Kambing Hitam' atas Bau Pesing di Kawasan Malioboro Jogja

Antara Harapan Ilmiah dan Realitas Ekologis

Dari sisi ilmiah, proyek seperti ini menawarkan banyak potensi. Dia bisa membantu memperbaiki ekosistem yang rusak akibat kepunahan, memperluas pemahaman kita tentang evolusi, hingga menjadi alat konservasi masa depan. Tapi realitasnya nggak sesederhana itu.

Hewan yang hidup kembali lewat teknologi ini bukan salinan persis dari nenek moyangnya. Yap, mereka adalah hasil hibrida yang belum tentu memiliki peran ekologi yang sama. 

Mereka dilahirkan di dunia yang sudah sangat berbeda dari habitat asalnya. Akankah mereka mampu bertahan? Apakah keberadaan mereka justru mengganggu keseimbangan yang sudah ada?

Aspek etika paling mendalam menyentuh pada hakikat kehidupan itu sendiri. Apakah manusia berhak “memanggil kembali” makhluk yang telah punah, hanya karena kita bisa? Apakah makhluk hidup hasil rekayasa ini memiliki hak yang sama dengan hewan lainnya? Dan jika mereka menderita akibat kelainan genetik atau ketidakmampuan beradaptasi, siapa yang bertanggung jawab?

Selain itu, sumber daya yang digunakan untuk proyek ambisius ini sering kali sangat besar. Sebagian ahli berpendapat, akan lebih masuk akal secara moral untuk mengalokasikan dana dan tenaga ke program konservasi spesies yang kini terancam punah, daripada berusaha menghidupkan kembali yang sudah tiada.

Perkembangan bioteknologi yang pesat menuntut kerangka etika baru yang mampu mengikuti laju inovasi. Nggak cukup hanya bertanya “apakah ini mungkin dilakukan?” tetapi juga “apakah ini seharusnya dilakukan?” Keterlibatan lintas disiplin dari ilmuwan, bioetikus, hingga masyarakat luas diperlukan untuk merumuskan arah yang tepat.

Karena pada akhirnya, teknologi hanyalah alat. Bagaimana kita menggunakannya akan menentukan apakah ia menjadi berkah atau justru ancaman bagi kehidupan di Bumi. Bagaimana menurutmu, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia ke titik di mana menghidupkan kembali spesies hewan yang telah punah bukan lagi hal yang mustahil. Lewat teknologi rekayasa genetika seperti CRISPR, ilmuwan kini mampu menyusun ulang DNA dari fosil ribuan tahun lalu, kemudian “menghidupkannya” lewat sel inang spesies modern. Contohnya adalah kelahiran anak dire wolf hasil rekayasa genetika yang baru-baru ini mengejutkan dunia.

Namun di balik kekaguman terhadap terobosan ini, muncul pertanyaan penting: apakah upaya menghidupkan kembali hewan punah benar-benar etis?

Menghidupkan kembali hewan punah lewat rekayasa genetika kini bukan sekadar fiksi ilmiah. Namun di balik kemajuan ini, muncul pertanyaan etis mendalam: apakah kita benar-benar berhak “menghidupkan” makhluk yang telah lama hilang dari Bumi?

Menghidupkan Kembali Hewan Punah: Mungkinkah Etis?

Dia menegaskan bahwa DPRD Jawa Tengah siap bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk menciptakan pembangunan yang selaras dengan arah kebijakan nasional. Menurutnya, forum ini adalah ruang strategis untuk membangun kolaborasi antara pemerintah, legislatif, dan masyarakat demi pembangunan yang berkelanjutan.

“Prioritas pembangunan Jateng pada 2025-2029 fokus pada beberapa area kunci yang berkaitan. Sinkronisasi dengan RPJMD jadi landasan utama untuk memastikan keselarasan program dan kegiatan di tingkat daerah dengan kebijakan nasional,” imbuh Sumanto.&nbsp;

Infrastruktur dan Kesejahteraan Jadi Prioritas

Sumanto menyampaikan, strategi pembangunan yang terintegrasi sangat dibutuhkan, terutama dalam peningkatan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat sebagai dua pilar utama.

Dia menjelaskan pembangunan jalan serta sarana pendukung lainnya akan terus ditingkatkan untuk mempermudah mobilitas warga.

“Lalu pengembangan pariwisata berkelanjutan dan ekonomi syariah sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi, peningkatan dan pemerataan ekonomi berbasis potensi desa dan industri maju, hingga menumbuhkan daya saing daerah,” pungkas Sumanto.

Bambang Pacul: SDM Adalah Tantangan Utama

Wakil Ketua MPR RI, Bambang Wuryanto atau yang akrab disapa Bambang Pacul, turut hadir dan menyampaikan pandangannya. Legislator asal Dapil 4 Jawa Tengah itu mengapresiasi terselenggaranya Forum Senayan Peduli Jateng.

Namun, dia mengingatkan bahwa pembangunan fisik saja nggak cukup. Menurutnya, tantangan terbesar Jawa Tengah justru terletak pada investasi sumber daya manusia (SDM).

“Forum ini saya kasih jempol. Jadi nanti mesti kita bicarakan. Pak Gub pengin infrastruktur semua halus, tapi lebih bagus kita membangun karakter bangsa. Karakter bangsa harus seperti apa, tantangan ke depan sebenarnya investasi SDM,“ ungkap Pacul.&nbsp;

Bambang Pacul percaya, Jawa Tengah memiliki potensi besar sebagai ruang untuk membentuk karakter bangsa yang kuat dan berdaya saing.

Semoga banyak kebijakan strategis pro-rakyat yang bermunculan dari Forum Senayan Peduli Jateng ini ya, Millens. (Siti Zumrokhatun/E05)&nbsp;

Inibaru.id -&nbsp; Forum Senayan Peduli Jateng resmi digelar untuk pertama kalinya di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Rabu (9/4/2025). Kegiatan yang juga dirangkaikan dengan Halal bi Halal itu dihadiri oleh para anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Tengah.

Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Sumanto, menyampaikan apresiasinya terhadap forum ini. Dia menilai, semangat persaudaraan yang dibangun menjadi pondasi penting dalam mendorong kemajuan daerah.

“Tanpa persatuan dan kesatuan, sulit bagi kita untuk mencapai tujuan pembangunan yang kita cita-citakan. Kita jadikan Halal Bi Halal ini sebagai ajang memperkuat tali silaturahmi, bertukar pikiran, dan mencari solusi untuk permasalahan yang Jawa Tengah hadapi,” ungkap Sumanto dalam sambutannya.

Forum Senayan Peduli Jateng resmi digelar perdana di Semarang, menjadi ajang silaturahmi sekaligus kolaborasi antara DPR RI dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mendorong pembangunan daerah yang lebih sinergis dan berkelanjutan.

Forum Senayan Peduli Jateng Perdana Digelar, Ketua DPRD Sumanto: Sinergi Kunci Kemajuan Daerah

Sesuai namanya, pecel khas pegunungan Muria ini menggunakan pakis atau paku sayur (Diplazium esculentum) sebagai kondimen utamanya. Di wilayah pegunungan, tumbuhan pakis memang mudah ditemukan, terutama di sekitar tebing dan pinggiran sungai yang lembap.

"Yang dipakai sebagai sayuran untuk pecel adalah ental (sejenis daun yang khas pada paku-pakuan) yang muda," terang Rohmah, sosok yang kini mewarisi kepemilikan Pecel Pakis Mbok Yanah, saat dihubungi Inibaru.id belum lama ini.

Rohmah mengungkapkan, paku-pakuan adalah tanaman yang tumbuh secara liar di sekitar Muria. Masyarakat setempat terbiasa mencarinya di hutan, lalu memasak tumbuhan tersebut menjadi berbagai olahan, mulai sayur bening, bakwan, hingga pecel.

"Nah, yang paling terkenal itu pecel pakis. Mereka yang datang ke sini, yang datang dari berbagai kota dan nginep di vila, biasanya memang mencari pecel," akunya.

Sedikit informasi, kendati paku-pakuan terbilang mudah ditemukan di wilayah pegunungan, nggak semua jenis tumbuhan ini bisa dikonsumsi. Rohmah mengaku biasanya mendapatkan pakis dari pengepul.&nbsp;Seikat pakis dihargai sekitar Rp5.000.&nbsp;

"Dulu kami cari sendiri di hutan, tapi sekarang sudah ada yang budi daya. Pembudi daya jual ke pengepul pakis. Nah, saya mendapatkannya dari situ," terangnya. "Pakis yang bisa dikonsumsi daunnya halus, sedangkan yang beracun biasanya lebih kasar."

Menurut Rohmah, mengolah pakis sejatinya tidaklah sulit. Setelah dicuci bersih, pakis langsung direbus, tapi harus dicek secara berkala jangan sampai warnanya menghitam, lalu ditiriskan. Setelah itu, pakis disimpan di kulkas agar warnanya tetap hijau dan renyah saat dimakan.

"Pakis yang menghitam terlihat jelek dan baunya jadi seperti rumput, maka perlu dicek secara berkala saat merebus. Setelah masuk kulkas, pakis bisa bertahan tiga hari. Pakis baru dikeluarkan dari kulkas saat mau diadoni (disajikan dengan bumbu kacang)," kata dia.

Selain warna sayurannya yang tetap cantik, Rohmah menambahkan, ciri khas yang membuat Pecel Pakis Mbok Yanah jadi rujukan orang adalah karena bumbu kacangnya yang khas. Dia mengaku, bumbu tersebut merupakan resep turun-temurun yang terus dijaga kualitasnya.

"Kacang kami tumbuk sendiri. Untuk bumbunya, kami pakai lombok campur,&nbsp;bawang putih dan merah, serta daun jeruk," jelasnya. "Pelanggan biasanya minta diracikkan sekalian (bumbu kacangnya), karena meski tinggal nambahin air dan kecap, mereka bilang rasanya beda kalau ngeracik sendiri."

Gimana, gimana, penasaran dengan rasa Pecel Pakis Mbok Yanah, kan? Kalau berminat, silakan mampir sendiri ke warung yang beralamat di&nbsp;Jalan Pesanggrahan No 193 Desa Colo ini ya. Dijamin bakal ketagihan, sih! (Alfia Ainun Nikmah/E03)

Inibaru.id - Lereng Muria dikenal dengan hasil buminya yang melimpah, mulai dari parijoto dan kopi hingga gembili dan ganyong. Selain itu, wilayah yang mencakup wilayah Kudus, Jepara, dan Pati itu juga punya pelbagai makanan khas seperti getuk nyimut dan pecel pakis.

Khusus untuk nama terakhir, belum lengkap rasanya berkunjung ke Muria tanpa mampir di salah satu warung legendarisnya, yakni&nbsp;Pecel Pakis Mbok Yanah yang berlokasi di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Saat ini, warung yang berdiri sejak 1974 itu dikelola oleh generasi ketiganya.

Berada di Lereng Muria, ada satu menu kuliner legendaris yang pantang dilupakan, yakni menjajal pecel pakis.

Menjajal Pecel Pakis, Kuliner Legendaris dari Lereng Muria

Inibaru.id &ndash; Selera kulinermu dengan sahabatmu&nbsp;bisa saja berbeda. Namun, salah kalau&nbsp;kamu nggak bisa makan bareng mereka. Kamu tetap bisa menikmati kuliner di tempat yang sama dengan menu yang mungkin jauh berbeda. Yap, datanglah ke Ohana Cafe Semarang! Di sana, ada&nbsp;beragam menu yang bisa kamu coba bersama sahabat, teman, atau pasanganmu yang&nbsp;punya beragam selera.
Ohana memang menawarkan pelbagai pilihan, mulai dari western food hingga asian food. Semuanya enak dan layak kamu coba. Namun, kalau kamu masih bingung, berikut ini ada menu-menu nikmat di Ohana Cafe yang bisa jadi panduanmu. Cekidot!
<ol>
<li>Iga Bakar Nasi Hijau</li>
</ol>
<img src="/nuploads/60/1/11.jpg" alt="" width="1253" height="819" />
<code>Iga Bakar Nasi Hijau di Ohana Cafe Semarang. (Inibaru.id/ Hayyina Hilal)</code>
Yap, Iga Bakar Nasi Hijau adalah menu wajib yang patut kamu coba. Nah, di Ohana Cafe, asian food khas Indonesia itu telah dimodifikasi rasa dan tampilannya.
Jika pada umumnya iga bakar hanya dilumuri dengan kecap, di Ohana Cafe kamu bisa menikmati iga bakar dengan nasi hijau, plus sambal hijau dan acar sebagai bumbu pelengkapnya. Oya, ada juga telur mata sapi dan taburan daun seledri yang dijamin bakal semakin menggungah selerah. Hmm!
<ol start="2">
<li>Ohana K-Town Bowl</li>
</ol>
<img src="/nuploads/60/1/menu%20ohana.JPG" alt="" width="1033" height="687" />
<code>Ohana K-Town Bowl, salah satu menu asian food di Ohana Cafe Semarang yang bernuansa merah khas Korea. (Inibaru.id/ Hayyin Hilal)</code>
Masih masuk kategori asian food, menu yang satu ini juga terinspirasi dari Korea. Lewat&nbsp;tampilannya yang merah banget saja kamu sudah bisa tahu seberapa betapa mirip K-Town Bowl dengan masakan&nbsp;Korea.
Perpaduan nasi goreng Korea, kimci, ayam saus Korea, dan telur rebus setengah matang, serta taburan wijen dan nori diatasnya bisa kamu nikmati dalam semangkuk K-Town Bowl. Oya, menu ini kerap dipesan oleh pengunjung kafe lantaran pedas gurihnya terasa cetar di lidah.
<ol start="3">
<li>Shinjuku</li>
</ol>
<img src="/nuploads/60/1/12.jpg" alt="" width="1026" height="671" />
<code>Shinjuku, makanan di Ohana Cafe Semarang yang terinsipirasi dari Jepang. (Inibaru.id/Hayyina Hilal)</code>
Dari namanya, makanan ini terinspirasi dari salah satu kawasan yang ada di Jepang. Yap, ini memang masakan Jepang. Namun, untuk menyesuaikan lidah dan selera orang Indonesia, Shinjuku dibuat dengan bumbu khusus serta tambahan nasi sebagai pengganti muffin. 
Tumpukan chicken patty dan pouch egg&nbsp;yang diberi&nbsp;taburan wijen&nbsp;serta&nbsp;nori di atasnya membuat tampilan makanan ini juga menarik. Nggak lupa, ada juga tambahan sayur yang disajikan dalam satu loyang Shinjuku. Rasa gurih chicken patty dan pouch egg&nbsp;dijamin bakal lumer di lidahmu.
<ol start="4">
<li>Pesto Spaghetti</li>
</ol>
<img src="/nuploads/60/1/14.jpg" alt="" width="1044" height="682" />
Menu baru di Ohana Cafe, Pesto Spaghetti. (Inibaru.id/Hayyina Hilal)
Santapan lezat satu ini adalah Pesto Spaghetti. Menu yang terhitung baru tersebut masuk kategori western food di Ohana Cafe. Menu itu dioleh dengan olive oil&nbsp;yang diracik dengan potongan daun basil yang segar. Ini membuat warna Pesto Spaghetti agak kehijauan khas pesto. Sungguh cantik!
Kemudian, yang unik dari pesto di Ohana adalah tambahan grill stream-nya, yang sekaligus menjadikan Pesto Spaghetti sebagai&nbsp;sea food pertama yang disajikan di kafe ini.
Nah, itu tadi rekomendasi menu western dan asian food di Ohana Cafe.&nbsp;Jadi, nggak perlu berdebat lagi selera makanmu yang berbeda dengan orang di sekitarmu di sana! Ha-ha.&nbsp;(Hayyina Hilal/E03)
&nbsp;
Ohana Cafe
Kategori&nbsp; &nbsp;:&nbsp;Kafe
Alamat&nbsp; &nbsp; &nbsp;: Jalan Sisingamangaraja No 36 Kaliwiru, Candisari, Kota Semarang
Jam Buka : 08.00-22.00 WIB

Di Ohana Cafe, masakan ala Asia hingga barat berikut ini bisa bikin lidahmu ketagihan, lo. Penasaran? Yuk Cobain!

Ragam Menu di Ohana Cafe Bikin Kamu Tetap Bisa Makan Bareng-Bareng Tanpa Risau Beda Selera Kuliner

Inibaru.id &ndash;&nbsp;Karl Otto Lagerfeld, sutradara kenamaan asal Jerman, pernah mengatakan, hal pertama yang dilakukannya begitu bangun tidur adalah sarapan. Baginya, sarapan penting untuk menunjang kesehariannya, terutama sarapan yang enak dan jenak.
Yap, sarapan memang penting untuk menunjang aktivitas kita seharian, Millens. Nah, berbicara tentang makan pagi, Ohana Cafe mungkin bisa menjadi alternatif sarapanmu, nih, Millens. Nggak hanya tempatnya yang unik, makanan&nbsp;di sana juga bisa cukup memanjakan lidahmu, lo.
Bertempat di Jalan Sisimangaraja No 36 Semarang, kafe yang buka sejak&nbsp;20 Mei 2018 lalu itu memang menawarkan kenyamanan untuk menarik pengunjung. Kafe ini buka dari pukul 08.00-22.00 WIB. Jadi, ini cocok buat kamu yang pengin menikmati sarapan sebelum memulai hari.
Belum lama ini saya menyempatkan sarapan di sana. Tempatnya memang nyaman dengan bangunan berarsitektur modern nan minimalis. Dinding-dinding kaca dan meja-kursi yang tertata rapi membuat suasana Ohana Cafe terasa hangat dan bersih.
<img src="/nuploads/60/1/32.jpg" alt="" width="2268" height="1482" />
<code>Menikmati sarapan dengan suasana kafe yang tenang. (Inibaru.id/Hayyina Hilal)</code>
Oya, kafe ini menyajikan pelbagai menu asian food hingga western food. Sementara, menu sarapan andalan mereka adalah Chicken Waffle, Hot Classic Milk Chocolate Korte, dan Chicken Pie. Tanpa pikir panjang, saya pun memilih menu-menu tersebut.
Nggak lama, ketiga menu itu tersaji di hadapan saya. Nggak perlu waktu lama juga hingga makanan tersebut tandas nggak tersisa. Ha-ha. Rasanya? Mm, enak! Saya gambarkan satu per satu.
Hot Classic Milk Chocolate Korte
<img src="/nuploads/60/1/18.jpg" alt="" width="2605" height="1707" />
<code>Secangkir Hot Classic Milk Chocolate Korte di Ohana Cafe. (Inibaru.id/Hayyina Hilal)</code>
&nbsp;
Pagi yang agak dingin memang pas kalau minum yang hangat-hangat, misalnya cokelat. Rasa Hot Classic Milk Chocolate Korte cukup unik lantaran mereka memadukan cokelat dengan brown sugar. Minuman cokelat hangat itu cukup ringan dan halus di tenggorokan. Rasa manisnya juga&nbsp;berbeda.
Fonda Satria, barista Ohana Cafe menuturkan, cokelat di Ohana nggak&nbsp;memakai bubuk cokelat, melainkan sirup cokelat asli&nbsp;Inilah yang membuat&nbsp;minuman panas ini cukup digemari pengunjung.
Chicken Waffle
<img src="/nuploads/60/1/15.jpg" alt="" width="2267" height="1482" />
<code>Seloyang Chicken Waffle yang gurih dan lezat. (Inibaru.id/Hayyina Hilal)</code>
Belum selesai menikmati Hot Classic Milk Chocolate Korte, perhatian saya beralih ke seloyang Chicken Waffle yang memang menggoda banget. Perpaduan ayanm yang diselimuti dengan adonan tepung, telur, dan susu, membuat makanan ini gurih dan renyah sejak gigitan pertama.
Sementara, dua potong&nbsp;wafel&nbsp;&nbsp;yang cukup manis memberikan rasa manis dan gurih secara bersamaan. Ini menarik banget di lidah. Ditambah saus spesial dari tulang ayam rebus, sarapan saya terasa jauh lebih gurih.
Chicken Pie
<img src="/nuploads/60/1/16.jpg" alt="" width="2267" height="1482" />
<code>Sajian penutup kue tradisional, Chicken Pie ala Ohana Cafe. (Inibaru.id/Hayyina Hilal)</code>
Sebagai penutup&nbsp;petualangan kuliner saya di Ohana, saya&nbsp;memesan&nbsp;Chicken Pie. Salah satu pemilik kafe, Hira Flanagan menjelaskan, Chicken Pie adalah resep andalan keluarga yang disajikan di Ohana Cafe.
&ldquo;Di dalam Chicken Pie ada jamur, kacang polong, dan ayam yang diracik seperti cream sup,&rdquo; jelas perempuan asal Semarang itu.
Yap, Chicken Pie ini memang lembut dan lumer di mulut. Rasa yang tiada duanya! Hm, sarapan yang sempurna, Millens!
Hm, memang nggak ada yang lebih menyenangkan dari sarapan enak dan jenak di tempat yang istimewa. Kamu pengin juga?&nbsp;(Hayyina Hilal/E03)

Jika sarapan adalah cara terbaik untuk memperbaiki mood, sarapan enak di tempat yang nyaman bisa jadi akan membuatmu nyaman sepanjang hari. Nah, untuk mendapatkan itu semua, sarapan Ohana Cafe mungkin bisa menjadi pilihan tepat.