BerandaKulinary
Senin, 21 Agu 2022 14:00

Mengenal Natto, Kedelai Fermentasi yang Miliki Rasa dan Tekstur Unik

Di media sosial ada sebuah tren yaitu challenge makan natto. Sebagian ada yang berhasil menikmati. Sebagian lagi menganggap natto makanan yang nggak pas di lidah. (Workinjapan)

Belakangan makanan bernama natto berseliweran di sosial media. Rasa dan teksturnya yang unik membuat orang ada yang menyukai atau menghindari makan natto.

Inibaru.id - Kedelai merupakan bahan makanan sekaligus sumber protein nabati yang sudah nggak asing buat masyarakat Indonesia. Seperti yang kita tahu, olahan makanan berbahan dasar kedelai beragam banget, mulai dari tahu, tempe, oncom, tauco, kecap, hingga susu kedelai.

Karena sering ada pada menu sarapan, makan siang dan makan malam, lidah kita terbiasa dengan rasa kedelai. Bersama dengan bahan makanan lain, kedelai dan semua makanan turunannya ini bisa menjadi sebuah sajian yang lezat dan menggugah selera.

Namun belakangan di banyak sosial media, beredar sebuah challenge atau tantangan untuk memakan kedelai fermentasi alias natto. Kenapa itu menjadi sebuah tantangan? Konon natto memiliki aroma yang nggak biasa dan tekstur yang lengket.

Karena aroma dan teksturnya beberapa orang menilai makanan dari Jepang itu menjijikkan.

Apa Itu Natto?

Yang khas dari natto adalah teksturnya yang lengket, berlendir, dan nampak berserabut. Selain itu, makanan ini mempunyai aroma yang menyengat. (Tokyotreat)

Dilansir dari Healthline, natto adalah makanan khas Jepang yang terbuat dari kedelai yang difermentasi. Tanda-tanda jika fermentasi itu berhasil adalah ketika teksturnya sudah berlendir, lengket, dan nampak berserabut. Seperti yang terlihat pada video-video challenge, makanan ini memiliki bau yang menyengat dan rasa kedelai yang unik.

Nggak cuma rasanya, cara pembuatan makanan ini juga cukup unik. Dilansir dari Live Japan, natto dibuat dengan cara membungkus kedelai rebus di dalam jerami padi yang mengandung bakteri bacillus subtilis di permukaannya.

Bakteri tersebut mampu memecah protein menjadi asam glutamate yang bisa membuat teksturnya menjadi berlendir serta menghasilkan bau menyengat. Meski begitu, rasa asam tersebut sebenarnya pemberi rasa umami alami, ya.

Dibuat Secara Tidak Sengaja

Tapi, tahukah kamu, natto dulunya dibuat secara nggak sengaja? Diceritakan pada 1500-an di masa Uesugi Kenshin, di Jepang sering terjadi peperangan. Setelah perang usai, barulah orang-orang menyadari bahwa kedelai yang mereka simpan sudah membusuk dan mengeluarkan lendir ketika diaduk.

Karena keterbatasan persediaan makanan, kedelai tersebut terpaksa dikonsumsi. Nggak disangka ternyata kedelai tersebut justru memiliki rasa yang enak dan akhirnya tetap dikonsumsi sampai sekarang.

Menu Sarapan

Di Jepang, natto dimakan bareng dengan nasi panas dan telur mentah. Natto kaya kandungan gizinya dan nggak mengandung lemak jenuh. (Fooddiversity)

Di negara asalnya, natto biasa dikonsumsi sebagai menu sarapan. Bersama dengan semangkuk nasi hangat, kecap asin, daun bawang, telur mentah, dan saus mustard, natto menjadi hidangan penuh energi di pagi hari.

Simak kandungan gizi saat kamu memakan natto ya, Millens! Dalam 100 gram natto mengandung 212 kalori, protein, kalsium, serta zat besi. Selain itu, makanan ini juga memiliki 0 lemak jenuh. So, natto pas banget kamu konsumsi pada saat menjalankan program diet.

Nggak cukup hanya itu, dalam natto terkandung suatu enzim yang bernama enzim nattokinase. Enzim ini berguna sebagai antioksidan dan bagus untuk pencernaan. Enzim nattokinase juga mampu melarutkan gumpalan-gumpalan darah.

Nah, rupanya natto memiliki banyak manfaat ya, Millens? Setelah tahu kandungan gizinya, bisakah kamu mencoba mencicipi makan natto setelah ini? (Idn,Kom/IB20/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024