BerandaKulinary
Senin, 4 Sep 2022 08:14

Mengenal Beras Analog, Sumber Karbohidrat Selain Padi

Beras analog terbuat dari sumber karbohidrat selain padi seperti dari jagung, ubi, singkong, pisang, sorgum, dan lainnya. Melalui proses khusus, bahan-bahan tersebut diolah menjadi butiran-butiran beras. (Antara/Jafkhairi)

Butiran beras nggak selalu berasal dari padi. Ada beras analog yang dibuat dari sumber karbohidrat lain seperti jagung, ubi, singkong, pisang, dan lainnya.

Inibaru.id - Sebagian besar masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi beras atau nasi untuk makanan sehari-hari. Bahkan, banyak yang beranggapan “belum makan jika belum makan nasi”. Iya, kan?

Tahukah jika anggapan tersebut keliru, Millens? Ketergantungan masyarakat Indonesia pada beras bisa menimbulkan kerentanan terhadap ketahanan pangan kita. Coba bayangkan jika tingkat kebutuhan dan permintaan beras nggak seimbang dengan produktivitas, maka yang terjadi adalah persoalan pangan yang serius.

Agar hal itu nggak terjadi, sudah sejak lama pemerintah menganjurkan kita mengombinasikan beras dengan bahan makanan lain yang mempunyai kandungan gizi sama dengan beras. Tapi, kita tahu sendiri anjuran itu masih sulit untuk dijalankan oleh banyak orang.

Beberapa riset telah dilakukan untuk membuat inovasi agar bahan karbohidrat lain bisa menggantikan beras. Salah satunya adalah membuat produk pangan dalam bentuk beras dari sumber karbohidrat nonpadi. Beras dari sumber karbohidrat lain ini disebut beras analog.

Pengertian Beras Analog

Umbi-umbian dan biji-bijian seperti ubi, singkong, jagung, pisang, sukun, kedelai, bekatul, sorgum bisa diolah menjadi beras analog. (Pixabay)

Seperti dituliskan oleh Kompas (8/6/2021), menurut dosen Teknologi Hasil Pertanian Universitas Slamet Riyadi Yannie Asrie Widanti, beras analog adalah beras yang bahannya dari umbi-umbian dan biji-bijian seperti ubi, singkong, jagung, pisang, sukun, kedelai, bekatul, sorgum, dan lainnya.

Bentuk fisik beras analog mirip butiran beras padi, Millens. Ini berguna membantu psikologis masyarakat Indonesia agar tetap merasa seperti makan nasi dari beras padi. Beras analog ini juga nggak kalah bergizi dan mudah dimasak, lo.

Memang warnanya nggak seputih beras padi. Namun, saat disimpan, beras analog lebih tahan lama dan nggak cepat kutuan.

Harga Masih Mahal

Dibanding beras padi, harga beras analog masih relatif mahal. (Kompas/Roderick Adrian Mozes)

Meski diharapkan menjadi salah satu alternatif pengganti beras padi, harga beras analog masih tergolong mahal. Cara membuatnya harus melalui proses khusus, ditambah konsumennya yang belum banyak, harga beras analog pun masih tinggi.

Kita mungkin jarang menemukan bahan makanan pokok ini dijual di warung-warung kelontong. Tapi, jika menilik ke lapak e-commerce, banyak yang menjual beras analog dari bahan jagung, ubi, singkong, dan lainnya.

Para toko daring itu menjual dengan berbagai ukuran dan harga. Sebagai gambaran, satu kilogram beras jagung dijual dengan harga Rp 40.000, beras ubi ungu Rp 50.000, dan beras singkong Rp 25.000. Hm, jauh lebih mahal ketimbang beras biasa, ya?

Menurut Yannie, walau harganya mahal, sudah ada masyarakat yang mengonsumsi beras analog. Kebanyakan mereka adalah yang sadar akan gaya hidup sehat atau mengidap penyakit tertentu yang menghindari beras padi.

Kalau kamu, apakah tertarik menjajal beras analog ini, Millens? Sebenarnya nggak harus buru-buru beralih dari beras padi ke beras analog, kok. Yang lebih penting dari itu adalah kesadaran kita untuk mau mengubah pola konsumsi nasi padi dari yang awalnya sebuah keharusnya menjadi makanan yang nggak mesti dikonsumsi setiap hari. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: