Inibaru.id - Pagi itu, udara Kabupaten Purworejo masih sejuk saat saya memutuskan menyusuri jalan kecil di tengah perkampungan Baledono, tepatnya di Jalan Singodranan. Tujuan saya satu, yaitu Warung Sup Pak Mamik.
Konon ini adalah salah satu hidden gem kuliner legendaris di Purworejo. Makanya, tempat ini direkomendasikan begitu banyak orang dari kabupaten yang berbatasan dengan Kulon Progo, DIY tersebut.
Awalnya, saya kira tempat makan ini hanya menyediakan sup ayam pada umumnya. Tapi, ternyata saya salah besar.
Warungnya memang sederhana, terletak di gang sempit yang hanya bisa diakses sepeda motor atau berjalan kaki dari sekitar Pasar Baledono. Tak ada papan nama mencolok, hanya kerumunan orang yang sabar mengantre sambil menghirup aroma kaldu yang menggoda.
Saya sempat ragu apakah datang kepagian, karena saat itu baru pukul 06.15 pagi. Tapi ternyata antrean sudah mengular! Pak Mamik yang sudah sepuh melayani sendiri para pelanggan dengan ketelatenan yang bikin saya salut.
Begitu sup ayam kampung tersaji di meja, lengkap dengan perkedel kentang dan sambal, saya langsung tahu kenapa banyak yang rela antre. Kuahnya ringan, tapi aroma rempahnya kuat. Rasa gurih dan sedikit manis dari kaldu yang dimasak dengan arang sejak subuh benar-benar menyatu sempurna.
Saat saya suapkan nasi hangat yang dicampur soun, kol, suwiran ayam kampung, daun seledri, dan bawang goreng, semuanya terasa "klik". Apalagi dengan adanya tambahan topping ayam semur yang mantap.
Ada satu hal yang bikin saya makin kagum. Di dapur belakang, saya melihat sendiri proses memasaknya masih memakai kuali besar yang dipanaskan dengan arang. Kata salah satu pengunjung lainnya, dulu kuali dan tungku arang ini bahkan dipikul setiap hari dari rumah Pak Mamik tatkala masih menjual dagangannya secara keliling sejak 1965. Sekarang, kuali tersebut tetap digunakan di warung sebagai bentuk kesetiaan pada rasa dan tradisi.
Harga makanannya? Ramah banget di kantong. Satu porsi sop ayam lengkap hanya Rp25.000-an. Kalau ingin tambahan topping semur ayam, ati ampela, atau uritan (telur muda), tinggal pilih. Saya dan tiga teman makan berempat, lengkap dengan segala topping, cuma habis sekitar Rp90 ribu. Rasanya seperti makan di rumah sendiri, tapi lebih istimewa.
Saran saya, kalau ingin datang ke Warung Sop Pak Mamik, usahakan datang pagi-pagi benar, apalagi kalau weekend. Soalnya pada saat itu, sekitar jam 07.00 saja, menu sudah banyak yang habis. FYI, aja nih, warungnya buka dari pukul 06.00 sampai sekitar jam 09.00 dan hanya tutup setiap hari Jumat.
Buat saya, pengalaman sarapan di Warung Sop Pak Mamik bukan sekadar makan enak. Ini seperti meneguk kehangatan masa lalu, lengkap dengan aroma arang, cita rasa otentik, dan keramahtamahan khas desa. Kalau ke Purworejo lagi, sudah pasti saya bakal balik lagi. Sop ayam kampung yang satu ini benar-benar bikin kangen, Gez! (Arie Widodo/E07)
