BerandaKulinary
Jumat, 16 Mar 2023 16:45

Dinikmati Tanpa Es, Dawet Beras Gula Jawa Khas Pasar Gerit Pati

Dawet beras gula jawa menjadi salah satu kuliner legendaris yang acap diburu pembeli di Pasar Gerit. (Radar Kudus/Achmad Ulil Albab)

Selain murah, dawet beras gula jawa di Pasar Gerit Pati ini juga rasanya nikmat dan segar. Penasaran sama minuman cendol khas Desa Gerit ini?

Inibaru.id - Selain terkenal sebagai tempat orang bernazar, Pasar "Pekaulan" Gerit juga populer akan jajanan legendaris yang hampir selalu dikerubuti pelanggan setianya. Salah satunya adalah dawet beras gula jawa, minuman zadul yang diyakini sudah di situ sejak lama.

Oya, sebagai informasi, Pasar Gerit hanya buka sekali dalam sebulan, yakni tiap Senin Pahing. Namun, biasanya aktivitas di pasar yang berlokasi di Desa Gerit, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, itu justru lebih ramai sehari sebelumnya atau pada Minggu Legi.

Hari itu, sebagian warga setempat menggelar dagangan di pasar, berupa jajanan zadul khas Desa Gerit. Inilah yang menjadi magnet wisatawan, yang sebagian besar berasal dari luar Gerit. Mereka kebanyakan sengaja datang untuk menikmati kuliner zadul di desa tersebut.

Salah satu kuliner zadul itu adalah dawet beras gula jawa Minuman manis bersantan kental dengan cendol putih ini menjadi favorit para pengunjung Pasar Gerit karena selain rasanya yang menggugah selera, harganya juga cukup terjangkau.

Selalu Ludes Terjual 

Suasana Pasar 'Pekaulan' Gerit di Desa Gerit, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati. (Cahyoaditiyo)

Supatmi, salah seorang penjual dawet Pasar Gerit mengatakan, seporsi dawet di tempatnya dibanderol antara Rp2.000 hingga Rp4.000.

“Harga (seporsi dawet) gelas kecil Rp2.000 saja. Kalau gelas besar harganya Rp4.000,” terang perempuan paruh baya yang biasa disapa Mbah Pat tersebut.

Mbah Pat adalah salah seorang penjual dawet beras gula jawa terlama di Pasar Gerit. Usianya sudah menginjak 70 tahun. Namun, dia mengaku nggak pernah absen berjualan di pasar tersebut saban Minggu Legi. Dia senang karena dawet beras buatannya selalu ludes diburu pelanggan.

“Para pembeli kebanyakan menikmati dawet beras ini dengan diminum langsung di tempat. Namun, bisa saja dibungkus untuk dibawa pulang,” tutur nenek murah senyum itu.

Dinikmati Tanpa Es

Cendol beras yang sudah jadi didiamkan terlebih dahulu agar cendol lebih kokoh. (Dok Supatmi)

Oiya, dawet beras khas Pasar Gerit ini biasa dinikmati tanpa tambahan es. Mbah Pat mengungkapkan, menambahkan es pada wedang dawet ini justru bakal membuatnya kehilangan rasa manis. Kalau mau diminum dalam keadaan dingin, kamu bisa memasukkannya ke kulkas terlebih dulu sebelum diminum.

Menurut Mbah Pat, harga dawet beras bisa sangat terjangkau karena cara membuatnya cepat dan gampang serta bahan-bahan yang dipakai sederhana, murah, dan mudah ditemukan; yakni hanya terdiri atas beras, gula jawa, santan kental, kapur sirih, dan air.

“Untuk membuat cendol (dawet), beras dibuat bubur terlebih dahulu, lalu diberi kapur sirih (gamping) agar kenyal. Setelah diaduk rata, adonan dicetak dengan sarangan panci, ” kata Mbah Pat.

Gula jawa yang sudah dicairkan akan digunakan sebagai pemanis pada dawet. (Dok Supatmi)

Sebelum mencetak adonan, pastikan untuk menyiapkan air dalam wadah penampung cendol. Setelah itu, letakkan sarangan panci di atas wadah, lalu tuangkan adonan ke sarangan untuk mencetaknya. Kemudian, tekan-tekan adonan memakai sendok sampai membentuk cendol dan jatuh sendiri ke air.

Sementara, untuk juruh alias gula jawa cair yang menjadi pemanis dawet, Mbah Pat mengatakan, cara membuatnya cukup dengan merebus gula jawa hingga mendidih, tanpa tambahan apa pun. Pun demikian dengan santannya.

“Untuk santan, harus dimasak dengan api kecil sambil terus diaduk biar nggak pecah," paparnya.

Gimana rasa dawet beras gula jawa buatan Mbah Pat? Silakan bertandang dan nikmati sendiri ya, Millens. Yang pasti, dijamin kamu bakal ketagihan! (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024