Inibaru.id - Jajanan tradisional bolang-baling sudah nggak asing lagi di telinga masyarakat Kota Semarang. Penjual kue berbentuk kubus dan berwarna cokelat ini mudah kamu temui di pinggir-pinggir jalan.
Khusus untuk Kota Semarang, ada satu penjual bolang-baling yang dianggap legendaris. Namanya adalah "Bolang-Baling Peterongan". Meski statusnya melegenda, bolang-baling ini masih dijual di sebuah gerobak sederhana yang berlokasi di Jalan Mataram, tepatnya di depan Rumah Makan Ngelaras Rasa Peterongan.
Pemilik gerobak bolang-baling tersebut adalah Oei Widyo Subono. Dia sudah berjualan camilan mengenyangkan tersebut sejak 1973, Millens.
"Rasa bolang-baling ini masih sama dari tahun 1973. Saya berusaha sebisa mungkin mempertahankan citra rasa agar anak dan cucu saya tau rasa bolang-baling original dari dulu seperti ini," kata lelaki yang akrab disapa Widyo tersebut saat dihubungi Inibaru.id beberapa saat lalu.
Kendati usianya sudah 73 tahun, ingatan Widyo masih tajam. Dia ingat betul awal perjalanannya membuka usaha bolang-baling karena keterpaksaan untuk menyambung hidup.
"Saya dulu bekerja di perusahaan farmasi, karena ada pengurangan pegawai. Saya terpaksa keluar," lanjutnya.
Tetap Pertahankan Resep
Meski sudah berkali-kali diberi saran untuk memodifikasi jajanan yang dia buat, Widyo mengaku nggak pernah mengubah resep bolang-baling andalannya sejak kali pertama berjualan setengah abad yang lalu.
"Banyak saran dari keluarga atau orang terdekat untuk diberi toping seperti wijen. Tapi menurut saya itu melenceng dari resep yang diberikan oleh guru," lanjut Widyo.
Menariknya, dia nggak ragu mengungkap bahan-bahan apa saja yang dipakai untuk membuat bolang-baling andalannya. Menurut lelaki kelahiran Yogyakarta tersebut, bahan-bahannya mudah didapat dan diolah, yaitu tepung terigu, gula, garam, vanili, dan babon. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur menjadi adonan sebelum dipotong-potong dan digoreng.
Soal takaran adonan, dia benar-benar masih mengandalkan cara tradisional. Alasannya, pengukuran takaran ini bergantung pada cuaca sehingga sulit untuk dipastikan patokannya.
"Karena menyesuaikan cuaca, kalau musim hujan gini kan lembab jadi kadar airnya bisa lebih tinggi," ujar Widyo. "Dulu saya sempat menggunakan takaran air. Tapi guru saya melarangnya. Dia menyarankan saya untuk memakai cara alamiah saja," tambahnya.
Dengan resep tradisional inilah, Bolang-Baling Peterongan yang dijual Widyo terus didatangi pelanggan. Rasanya enak dan bikin nagih. Apalagi harganya juga cukup terjangkau, yaitu Rp3.500 per buah.
Terdampak Pandemi
Sayangnya, gara-gara pandemi Covid-19 sempat menerjang Indonesia dari 2020 sampai 2022, usaha bolang-baling Widyo mengalami penurunan. Sebelum pandemi, dia mampu memproduksi 80 kilogram bolang-baling. Kini, dia hanya mampu memproduksi sekitar 30 kilogram.
Selain itu, Widyo kini juga punya pesaing lain, yaitu jajanan-jajanan kekinian yang digemari anak muda. Dia pun nggak bisa menampik jika pamor bolang-balingnya semakin menurun.
Meski begitu, dia bersyukur masih memiliki pelanggan setia. Berkat merekalah, Widyo tetap bertahan menggeluti usahanya. Apalagi, berkat jajanan tradisional ini pula, dia mampu memberikan nafkah bagi keluarganya.
"Dari usaha ini saya bisa menguliahkan anak-cucu," tutur Widyo penuh rasa bangga.
Tertarik mencicipi Bolang-Baling Peterongan, Millens? Ingat ya, jam bukanya dari pukul 13.00 WIB sampai 23.00 WIB. Cocok untuk dijadikan camilan saat sore atau malam hari, deh. (Fitroh Nurikhsan/E07)