BerandaKulinary
Rabu, 4 Okt 2022 14:45

Cerita Wingko Pak Lis Semarang; Dibuat dari Coba-Coba, Kini Jadi Oleh-Oleh Legenda

Wingko Babat Pak Lis. (Desainermales.com/Nasir Udin)

Salah satu jenama wingko babat paling populer di Kota Semarang adalah wingko Pak Lis. Seperti apa ya perjuangan Pak Lis sampai membuat jenama ini melegenda seperti sekarang?

Inibaru.id – Dari sekian banyak jenama oleh-oleh di Kota Semarang, Wingko Pak Lis jadi salah satu yang paling sering diburu oleh para wisatawan. Jenama ini nggak besar secara tiba-tiba, Millens. Puluhan tahun silam, Pak Lis harus mengawalinya dengan berjualan keliling dengan sepeda ontel ke seantero Kota Semarang.

Pada 1973, Pak Lis masih belum memproduksi wingkonya sendiri. Dia mengambil wingko-wingko tersebut dari sebuah rumah produksi yang ada di Jalan Cendrawasih, Kota Semarang. Namun, lambat laun dia merasa, harga wingko yang semakin mahal membuatnya sulit mendapatkan keuntungan.

Dia pun memutuskan untuk membuatnya sendiri secara otodidak. Pak Lis sama sekali nggak meminta tips atau resep dari rumah produksi wingko yang sebelumnya didatanginya. Dia hanya mengamati proses pembuatannya.

“Dulu hanya melihat saja, nggak tanya apa-apa lalu mencoba bikin sendiri di rumah,” ujar Lis di rumah produksi wingkonya yang ada di Jalan Satria Utara, Plombokan, Kota Semarang, dikutip dari Kompas (20/9/2022).

Meski sudah bisa membuat sendiri, bukan berarti Pak Lis langsung bisa memproduksi wingko dalam skala besar. Nyatanya, dia baru bisa membangun rumah produksinya pada 2002 lalu.

Punya Cara Sendiri untuk Membuat Wingko yang Khas

Berkat usahanya yang nggak kenal lelah untuk terus menciptakan resep wingko terbaik, dia pun sudah punya trik sendiri untuk membuat wingko yang khas. Intinya, dia nggak akan meninggalkan bahan-bahan utama wingko seperti kelapa, tepung ketan, gula, dan panili.

“Kelapanya harus yang masih baru, masih fresh. Biasanya saya memakai kelapa setengah tua agar rasanya manis tanpa perlu ditambahi obat gula,” ungkap Lis sebagaimana dikutip dari Tribunnews, Selasa (4/10/2022).

Proses pembuatan wingko babat Pak Lis. (Desainermales.com/Nasir Udin)

Menariknya, sejak kali pertama rumah produksinya berdiri, seluruh wingko yang dibuat di tempatnya nggak pernah dibuat dengan mesin. Semuanya dibuat secara handmade oleh para pekerjanya. Dia menyebut hal ini menjadi kunci terjaganya rasa dan tekstur wingkonya.

“Dulu sempat kita coba membuat dengan mesin. Tapi malah jadi terlalu empuk dan pelanggan pada protes. Akhirnya kita memutuskan untuk membuatnya kembali dengan cara manal agar terjaga kualitasnya,” katanya.

Total, lamanya proses pembuatan wingko Pak Lis dari pengolahan adonan, pencetakan wingko, sampai pemanggangannya membutuhkan waktu 2 jam. Tapi, proses pembungkusannya cukup lama, yaitu mencapai 3 jam.

“Adonan (butuh waktu) 30 menit, percetakan 30 menit, kalau membungkusnya sampai 3 jam. Bisa dapat 3.500 buah wingko babat,” ucap salah satu pekerja di rumah produksi wingko Pak Lis, Usman.

Tersedia Dalam Empat Varian Rasa

Wingko yang diproduksi Pak Lis punya jenama WIngko Babat Pak Lis Cap Bus Bisnis. Jenama ini punya empat varian rasa, yaitu kelapa, nangka, durian, dan cokelat. Biasanya, wingko-wingko ini dijual dalam wadah tas dengan harga yang bervariasi.

Khusus untuk varian rasa kelapa, per tasnya berisi 20 wingko dan dihargai Rp20 ribu. Sementara itu, untuk satu tas dengan kombinasi rasa, harganya Rp25 ribu.

O ya, wingko buatan Pak Lis bisa kamu dapatkan di pusat oleh-oleh Jalan Pandanaran, Semawis, hingga di Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP).

Sudah pernah nyoba Wingko Pak Lis, belum, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024