Inibaru.id – Kalau kamu berkunjung ke Wonogiri, Jawa Tengah, sempatkan berkunjung ke salah satu masjid yang dipercaya sebagai masjid tertua di sana ya, Millens. Itu Masjid Tiban di Dusun Wonokerso, Kelurahan Sendangrejo, Kecamatan Baturetno.
Konon, awal mula pembangunan masjid ini juga berkaitan dengan rencana pembangunan Masjid Demak yang sudah tersohor itu. Ditulis tabloidpamor.com (25/04/2018), menurut Warto, juru rawat masjid tersebut, Masjid Tiban didirikan oleh para Walisongo saat mereka singgah di Hutan Wonokerso.
Baca juga:
Kiai Musbihin, Sosok Pemersatu dari Majenang
Geliat Islam dalam Pendirian Kabupaten Kendal
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, sepeninggalan Walisongo, masjid itu ditemukan oleh Kiai Ageng Tuhu Wono (Tugu Wono), Kiai Ageng Serang, dan Kiai Ageng Gozali, beserta para pengikutnya. Mereka sedang membuka Hutan Wonorekso untuk dijadikan permukiman yang merupakan bagian dari syiar Islam.Saat itu, Walisongo hendak mencari kayu jati terbaik di Hutan Donoloyo, Wonogiri, untuk membangun Masjid Demak. Namun, sebelum sampai ke hutan tersebut, mereka justru menemukan Hutan Wonokerso. Akhirnya, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak dan membangun pondok untuk beribadah. Pondok inilah yang kemudian dikenal sebagai Masjid Tiban Wonokerso.
Di tengah hutan, mereka menemukan masjid model rumah panggung yang terbuat dari kayu jati yang menyerupai masjid. Kubahnya mirip sebuah mahkota dan terbuat dari tanah. Sementara itu, di dalamnya terdapat empat saka guru (tiang utama) sebagai penyangganya. Penemuan yang tiba-tiba inilah, menjadikan masjid itu dinamakan Masjid Tiban yang berarti “tiba-tiba ada”.
Kisah Ki Ageng Tuhu Wono dan Masjid Tiban tersebut sangat melekat di dalam hati masyarakat Wonokerso. Masjid itu diyakini sebagai pusat penyebaran Islam pertama kali di Wonogiri.
Kini, Masjid Tiban Wonokerso dibawah pengawasan Balai Pelestari Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, dan dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya yang diperkirakan didirikan tahun 1479 masehi.
Baca juga:
Jejak Akulturasi di Masjid Agung Demak
Sebelum Masjid Agung Demak, Berdirilah Masjid Sekayu
Oya, Warto menambahkan, ada beberapa bagian masjid yang sudah berubah. Atap masjid yang dulunya juga terbuat dari kayu, telah diganti jadi genting karena banyak yang hilang. Meski begitu, bagian masjid lain masih terlihat kokoh seperti mimbar dan tiang penyangganya.
"Demikian juga dengan lantainya, di mana posisi imam tetap lebih rendah dari lantai lainnya. Masjid ini juga hanya memiliki satu pintu dengan ukuran kecil dan pendek, sehingga siapa pun yang masuk harus menunduk atau menyembah," Kata Warto.
Semoga, masjid yang menjadi salah satu situs sejarah penting agama Islam di Jawa Tengah ini tetap terjaga keberadaannya ya, Millens. (IB06/E02)