Inibaru.id – Berada di pusat kota Sragen, berdekatan dengan Rumah Dinas Bupati Sragen, Masjid Kauman menjadi masjid tertua di Sragen. Memiliki nilai sejarah tinggi, masjid itu ramai dikunjungi umat Islam, terutama saat Ramadan. Entah itu untuk beribadah atau hanya sekadar melihat-lihat. Pengunjung juga berasal dari pelbagai daerah, bukan hanya warga Sragen saja.
Dari luar, Masjid Kauman nggak jauh berbeda dengan masjid-masjid kebanyakan di Sragen. Arsitekturnya khas Jawa dengan bentuk bujur sangkar dan atap bersusun dengan bahan material baru. Ya, bagian atapnya sebagaimana bagian lantainya memang sudah mengalami perubahan. Meski demikian, masjid yang sudah tiga kali direnovasi itu masih mempertahankan bentuk asli bangunannya.
Jika kamu masuk ke dalam bangunan masjid, maka kamu akan menemukan empat pilar berbahan kayu jati, dengan ukir-ukiran yang menambah cantik masjid tua itu. Bahkan, ukiran-ukiran yang ada pada pilar masjid tersebut masih terlihat jelas dan berkesan menyimbolkan eksistensi Masjid Kauman hingga saat ini. Selain itu, bagian mimbar khotbah juga masih asli dan masih digunakan sejak awal berdirinya masjid tersebut.
Baca juga:
Masjid Agung Keraton Surakarta dan Pusat Kegiatan Tradisi Keislaman
Melongok Penyebaran Islam di Solo dari Masjid-Masjid Bersejarah
Nggak hanya bagian utama masjid saja, gapura Masjid Kauman yang berada di bagian depan bangunan juga terlihat berdiri kokoh sejak dulu hingga sekarang. Dipertahankannya keaslian sejumlah bagian bangunan dilakukan sebagai upaya menjaga kelestarian masjid yang telah menjadi prasasti sejarah dan benda cagar budaya di Kabupaten Sragen.
Yup, asal kamu tahu, sejarah berdirinya Masjid Kauman itu masih berkaitan dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Didirikan pada 1825, masjid itu menjadi potret sejarah masa lalu kerajaan di Jawa Tengah yang berlokasi di lingkungan Kauman, Kelurahan Sragen Wetan.
Seperti apakah sejarahnya? Mengutip blog yunitaambarwati100.blogspot.co.id, semuanya bermula dengan adanya peristiwa Geger Pecinan yaitu pemberontakan orang-orang Tionghoa yang dihasut oleh VOC. Akibat dari peristiwa tersebut, Keraton Kartasura hancur. Sunan Pakubuwono II kemudian memindahkan ibukota Mataram dari Kartasura ke Desa Sala (Surakarta).
Lalu pada 1817 M, Kiai Zainal Mustopo diutus oleh Kasunanan Surakarta untuk menjadi pejabat landraad (semacam kadi atau hakim) di daerah Bumi Sukawati yang sekarang disebut Kota Sragen. Dia saat itu tinggal di daerah Kauman. Nah, atas prakarsa Kasunanan Surakarta itulah dibangun Masjid Kauman oleh Kiai Zainal Mustofa yang menjadi pemimpin agama pertama di masjid itu. Saat itu masjid tersebut dinamakan Jamik.
Baca juga:
Sunan Bonang dan Dakwah yang Akrab dengan Tradisi
Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi dari Masa Lampau
Menjadi salah satu bukti awal penyebaran agama Islam di Sragen, adanya sejumlah makam pendiri dan pemelihara Masjid Kauman juga menjadi bagian dari sejarah masjid. Keberadaan makam yang berada di titik lain di bagian kawasan masjid itulah yang menunjukkan bahwa pendirian masjid memiliki kaitan dengan Kasunanan Surakarta.
Well, berusia ratusan tahun Masjid Kauman ini menjadi bukti arkeologis hasil peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta. Karena itu, nggak mengherankan bahwa masjid tersebut dijadikan warisan budaya lokal maupun nasional. (ALE/SA)