BerandaInspirasi Indonesia
Kamis, 8 Jan 2025 11:57

Seni yang Hidup dan Menghidupi Seniman

Ellisa Fajar Adzani tengah menjelaskan makna dari lukisan yang dibuatnya. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Mengekspresikan diri dalam kesenian akan menjadikan seni lebih hidup; membuatnya lebih punya potensi untuk menghidupi seniman.


Inibaru.id - Saya sangat mengagumi karya seni, terutama lukisan. Maka, begitu mengetahui kabar bahwa Dewan Kesenian Pati menggelar sebuah ekshibisi nggak jauh dari rumah, saya pun bergegas menyambanginya, berharap ada cerita yang bisa saya dapatkan di sana.

Bertempat di Pendopo Kecamatan Tayu, ekhibisi yang dibuka selama dua hari pada akhir Desember lalu ini diberi tajuk Gelar Karya Metamorph. Saya datang pada hari pertama. Namun, karena saat itu pengunjung sedang nggak begitu banyak, saya pun bisa lebih leluasa menyusuri tiap karya yang dipajang.

Saya sedang mengamati sebuah lukisan ketika Ketua Dewan Kesenian Pati Putut Sulasmono menyapa. Dibuka dengan senyum hangat, lelaki bersahaja ini pun mulai bercerita panjang lebar berkaitan dengan pameran seni yang baru kali pertama digelar di Tayu tersebut.

"Metamorph itu metamorfosis; bertumbuh. Seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu," terangnya saat menjelaskan tentang tema yang sengaja dipilih dalam ekshibisi yang melibatkan para seniman lokal tersebut.

Putut kemudian bercerita tentang seniman yang bermetamorfosis, terus tumbuh bersama karya-karyanya hingga mencapai level bisa diterima masyarakat. Menurutnya, manusia yang dianugerahi rasa, cipta, dan karsa punya kemampuan untuk mengapresiasi keindahan yang luar biasa, bahkan saat sedang sedih.

"Manusia sejati adalah mereka yang bisa berdialog dengan diri sendiri untuk memahami jati dirinya. Ini ibarat kepompong," jelas Putut. "Dari situ, dia akan tumbuh, bermetamorfosis jadi kupu-kupu yang indah; yakni saat seniman mengekspresikan dirinya hingga karya mereka bisa dinikmati banyak orang."

Seniman yang Bertumbuh

Beberapa lukisan yang dipajang di Gelar Karya Metamorph 2024. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Menurut saya, apa yang dikatakan Putut seratus persen benar. Karya seni adalah ekspresi manusia yang termanifestasi menjadi "produk". Untuk menciptakan sebuah mahakarya, manusia terus bertumbuh. Hal tersebut juga dibenarkan Ellisa Fajar Adzani, seniman muda yang turut andil dalam ekshibisi ini.

"Iya, Mbak. Lukisan-lukisan ini (menunjuk kedua karyanya yang dipamerkan) adalah ekspresi dari sekumpulan ketakutan yang pernah aku rasakan," jelas Ellisa, sapaan akrabnya, saat saya membuka obrolan tentang karya seni yang berkaitan dengan ekspresi diri.

Ellisa adalah seniman asli Pati yang ikut memajang karyanya dalam pameran berskala besar tersebut. Sedari mula, sebelum kami mengobrol, saya sejatinya telah tertarik dengan kedua lukisan seniman jebolan Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini.

Yang paling menarik perhatian saya adalah lukisan tentang sosok perempuan yang seperti tengah berdiri di dunia entah-berentah, ditemani bayangan hitam seperti malaikat pencabut nyawa yang mengawasi dari belakang.

"Lukisan ini," kata Ellisa, menerangkan lukisan yang saya maksud, "adalah tentang ketakutan melahirkan dan punya anak. Meskipun aku belum mengalaminya secara langsung, itu (melahirkan) membuatku takut, (karena) proses melahirkan sangat dekat dengan kematian."

Hidup dan Menghidupi

Salah satu lukisan di pameran Metamorph karya Suwignyo yang dibuat hanya dalam waktu tiga jam. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Lukisan satunya, Ellisa menambahkan, berjudul Melarat Rat, yang menggambarkan kondisi ekonomi yang dialaminya; termasuk ketakutan pada kemiskinan, keinginan untuk memiliki sanggar sendiri, hingga benturan antara idealisme dengan kebutuhan ekonomi yang acap dia alami.

"Aku ada ketakutan, meski sepenuhnya tahu bahwa kemiskinan bukan hal yang harus ditakuti; karena sebetulnya selama mau bergerak, kita pasti bisa bertahan," tukas perempuan 24 tahun itu lalu tertawa kecil, meski mukannya masih tetap serius.

Kendati banyak orang menyangsikan kemampuan seniman menghidupi dirinya sendiri, Ellisa meyakini sebaliknya. Dia percaya, seni yang hidup akan mampu menghidupi seniman. Seni yang hidup itu, imbuhnya, adalah yang mampu mengekspresikan jiwa.

"Ekspresi jiwa adalah poin utama. Sayang rasanya kalau berkesenian hanya untuk kepentingan komersil tanpa benar-benar menikmati prosesnya. Percuma bisa bikin lukisan bagus tapi berujung stres!" kelakar Ellisa sebelum mengakhiri obrolan kami.

Setelah meninggalkan Ellisa, saya sempatkan sekali lagi berkeliling sebelum keluar pendopo. Hari itu, kepala saya penuh dijejali berbagai cerita inspiratif. Mendengar cerita mereka, saya merasa ikut bermetamorfosis juga, lo! Ha-ha. (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025