Inibaru.id – Di tengah gegap gempita program makan bergizi gratis (MBG) yang sudah dirasakan di berbagai sekolah di Tanah Air, masih banyak sekolah yang rupanya belum kebagian kesempatan. Para siswanya masih jajan seperti biasa, ke kantin atau membeli penganan di penjaja makanan di sekitar sekolah.
Sayangnya, belakangan ini kembali muncul kasus di mana anak-anak mengalami keracunan akibat makan jajan yang dibeli di sekitar lingkungan sekolah. Korbannya berjumlah 8 siswa, berasal dari sebuah SD di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Meski kasus keracunan makanan di lingkungan sekolah bisa dibilang jarang terjadi, hal itu nggak menyurutkan kekhawatiran sebagian orang tua. Inilah yang dirasakan Yani.
Perempuan asal Kecamatan Bandungan ini memilih menyekolahkan anak semata wayangnya di sekolah yang menyediakan makan siang dan snack sebagai bentuk antisipasi. Menurutnya, sekarang ini keamanan makanan dan minuman di lingkungan sekolah harus menjadi faktor penting untuk memilihkan sekolah.
Dalam setahun terakhir, buah hatinya yang kini duduk di sekolah dasar bersekolah di tempat yang sekaligus menyediakan snack dan makan siang. Di sekolahan tersebut, para siswa juga nggak boleh membawa uang saku.
“Sekolahnya memang swasta ya. Selain menyediakan makan siang dan snack, mereka juga punya aturan melarang anak sekolah bawa uang jajan. Mereka juga menjamin makanan dan minuman yang disediakan higienis dan aman,” ungkap Yani yang enggan menyebutkan besaran biaya SPP bulanan anaknya, Kamis (16/1/2025).
Beda dengan Yani yang concern banget dengan makanan dan minuman anaknya saat sekolah, pendapat berbeda dilontarkan Ranto, salah seorang pegawai lembaga pendidikan asing di Kota Semarang. Dia membebaskan kedua anaknya jajan apa pun yang mereka inginkan asalkan nggak melebihi uang jajan yang dia beri.
“Saya juga wanti-wanti untuk memilih yang bersih dan aman. Tapi yang namanya anak-anak kan kadang kalau lihat temennya beli apa jadi ikut pengin. Kalau sudah begitu ya gimana lagi. Yang pasti, kalau mereka sampai batuk setelah makan jajan apa, nggak perlu saya marahin mereka sudah paham sendiri dan nggak mau jajan itu lagi,” kata dia di kantornya pada Kamis (16/1).
Ranto juga nggak khawatir kalau anak-anaknya jajan sembarangan. Alasannya, pilihan jajanan anaknya biasanya cukup aman seperti roti bakar dan lekker. Menurutnya, sejauh ini anak-anaknya nggak pernah mengalami masalah serius akibat jajan di sekolahnya.
Mengingatkan anak agar nggak membeli jajanan nggak sehat di sekolah bukan hanya tugas orang tua. Guru di sekolah juga seharusnya memberi pemahaman serupa. Itulah yang dilakukan Dwi, seorang guru sekolah dasar di Bobotsari, Purbalingga, juga demikian. Dia kerap berpesan kepada siswa didiknya untuk cermat memilih jajanan di depan sekolah tempatnya mengajar.
“Saya nggak mau pukul rata semua penjual jajanan di sekolah nggak sehat ya. Tapi, saya minta murid-murid lebih cermat saja. Kalau dirasa minyaknya nggak bagus, sausnya nggak sehat, atau bahannya nggak bersih, jangan sembarangan dibeli. Kalau jajanan seperti biskuit yang sudah dikemas sih aman ya. Tapi ya jangan banyak-banyak,” terang Dwi melalui pesan WhatsApp, Kamis (16/1).
Yap, semua memang kembali pada pilihan orang tua dan anak dalam menanggapi keberadaan penjual jajanan di sekolah. Kalau kamu bakal tetap mengizinkan anak jajan di sekolah nggak, Millens? (Arie Widodo/E05)