BerandaHits
Jumat, 16 Jan 2025 15:54

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

Ilustrasi: Jajan di sekolah. (Klikdokter)

Adanya kasus keracunan yang menimpa siswa sekolah di Batang, Jawa Tengah bikin sejumlah orang tua berpendapat terkait dengan penjual jajanan di sekolah. Apa kata mereka?

Inibaru.id – Di tengah gegap gempita program makan bergizi gratis (MBG) yang sudah dirasakan di berbagai sekolah di Tanah Air, masih banyak sekolah yang rupanya belum kebagian kesempatan. Para siswanya masih jajan seperti biasa, ke kantin atau membeli penganan di penjaja makanan di sekitar sekolah.

Sayangnya, belakangan ini kembali muncul kasus di mana anak-anak mengalami keracunan akibat makan jajan yang dibeli di sekitar lingkungan sekolah. Korbannya berjumlah 8 siswa, berasal dari sebuah SD di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Meski kasus keracunan makanan di lingkungan sekolah bisa dibilang jarang terjadi, hal itu nggak menyurutkan kekhawatiran sebagian orang tua. Inilah yang dirasakan Yani.

Perempuan asal Kecamatan Bandungan ini memilih menyekolahkan anak semata wayangnya di sekolah yang menyediakan makan siang dan snack sebagai bentuk antisipasi. Menurutnya, sekarang ini keamanan makanan dan minuman di lingkungan sekolah harus menjadi faktor penting untuk memilihkan sekolah.

Dalam setahun terakhir, buah hatinya yang kini duduk di sekolah dasar bersekolah di tempat yang sekaligus menyediakan snack dan makan siang. Di sekolahan tersebut, para siswa juga nggak boleh membawa uang saku.

“Sekolahnya memang swasta ya. Selain menyediakan makan siang dan snack, mereka juga punya aturan melarang anak sekolah bawa uang jajan. Mereka juga menjamin makanan dan minuman yang disediakan higienis dan aman,” ungkap Yani yang enggan menyebutkan besaran biaya SPP bulanan anaknya, Kamis (16/1/2025).

Banyak orang tua yang khawatir, tapi ada juga yang membebaskan anaknya jajan di sekolah dengan sejumlah catatan. (aliansizerowaste)

Beda dengan Yani yang concern banget dengan makanan dan minuman anaknya saat sekolah, pendapat berbeda dilontarkan Ranto, salah seorang pegawai lembaga pendidikan asing di Kota Semarang. Dia membebaskan kedua anaknya jajan apa pun yang mereka inginkan asalkan nggak melebihi uang jajan yang dia beri.

“Saya juga wanti-wanti untuk memilih yang bersih dan aman. Tapi yang namanya anak-anak kan kadang kalau lihat temennya beli apa jadi ikut pengin. Kalau sudah begitu ya gimana lagi. Yang pasti, kalau mereka sampai batuk setelah makan jajan apa, nggak perlu saya marahin mereka sudah paham sendiri dan nggak mau jajan itu lagi,” kata dia di kantornya pada Kamis (16/1).

Ranto juga nggak khawatir kalau anak-anaknya jajan sembarangan. Alasannya, pilihan jajanan anaknya biasanya cukup aman seperti roti bakar dan lekker. Menurutnya, sejauh ini anak-anaknya nggak pernah mengalami masalah serius akibat jajan di sekolahnya.

Mengingatkan anak agar nggak membeli jajanan nggak sehat di sekolah bukan hanya tugas orang tua. Guru di sekolah juga seharusnya memberi pemahaman serupa. Itulah yang dilakukan Dwi, seorang guru sekolah dasar di Bobotsari, Purbalingga, juga demikian. Dia kerap berpesan kepada siswa didiknya untuk cermat memilih jajanan di depan sekolah tempatnya mengajar.

“Saya nggak mau pukul rata semua penjual jajanan di sekolah nggak sehat ya. Tapi, saya minta murid-murid lebih cermat saja. Kalau dirasa minyaknya nggak bagus, sausnya nggak sehat, atau bahannya nggak bersih, jangan sembarangan dibeli. Kalau jajanan seperti biskuit yang sudah dikemas sih aman ya. Tapi ya jangan banyak-banyak,” terang Dwi melalui pesan WhatsApp, Kamis (16/1).

Yap, semua memang kembali pada pilihan orang tua dan anak dalam menanggapi keberadaan penjual jajanan di sekolah. Kalau kamu bakal tetap mengizinkan anak jajan di sekolah nggak, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025