BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 10 Nov 2022 09:00

Mengolah Jelantah, Nurhidayat Bisa Lindungi Lingkungan dan Bersedekah

Mohamad Nurhidayat, pengelola jelantah di Cilacap. (Serayunews/Irfan)

Tahu sebagian besar warga nggak mengerti cara mengelola limbah minyak jelantah, Nurhidayat dan Komunitas Jejak Jelantah Cilacap pun melakukan program yang bisa membuat minyak jelantah dikumpulkan dan didaur ulang. Seperti apa ya cara kerja mereka?

Inibaru.id – Sebagian besar orang menganggap jelantah alias minyak goreng bekas sebagai limbah yang sudah nggak terpakai. Limbah ini dibuang begitu saja dan akhirnya mencemari lingkungan. Tapi, bagi Mohamad Nurhidayat, jelantah ternyata bisa dimanfaatkan menjadi hal yang positif.

Nurhidayat adalah koordinator dari Jejak Jelantah Cilacap, Jawa Tengah. Lewat komunitas ini, minyak jelantah dari masyarakat bisa dijual atau dibeli dengan harga Rp2 ribu sampai Rp3 ribu per liter.

“Program unggulan Jejak Jelantah Cilacap adalah sedekah jelantah, menabung jelantah, serta warung jelantah,” cerita Nurhidayat sebagaimana dilansir dari Serayunews, Rabu (9/11/2022).

Lantas, untuk apa nantinya minyak jelantah yang dikumpulkan oleh komunitas ini? Menurut ceritanya, minyak jelantah ternyata bisa diolah menjadi biodiesel.

“Dari jelantah, kita bisa bikin sabun, lilin, atau biodiesel,” ungkap Nurhidayat sebagaimana dilansir dari Bercahayafm, (28/10/2022).

Komunitas Jejak Jelantah Cilacap memang nggak secara langsung mendaur ulang minyak jelantah tersebut. Namun, mereka sudah menemukan sejumlah perusahaan yang mengepul jelantah di Cilacap. Di sanalah, minyak jelantah kembali diolah dan nggak dibuang begitu saja sebagai limbah yang mencemari lingkungan.

Bahaya Membuang Jelantah Sembarangan

Sebagian besar orang Indonesia nggak tahu cara mengolah limbah jelantah. (GNFI/Shutterstock/Fernando Avenando)

Omong-omong, GoodnewsfromIndonesia, (18/1/2022) lalu sempat mengungkap laporan dari TNP2K serta Tarction Energi Asia. Disebutkan bahwa 73,3 persen masyarakat Indonesia nggak tahu cara mengolah minyak jelantah. Mereka pun seringkali hanya membuangnya ke saluran pembuangan rumah tangga.

Masalahnya, minyak jelantah ini bisa membuat saluran pembuangan tersumbat. Jika sudah sampai tanah, maka akan membuat tanah jadi keras dan menurunkan tingkat kesuburannya. Minyak jelantah juga bisa menurunkan kualitas kadar air tanah yang kita konsumsi.

Yang lebih mengerikan, minyak jelantah jika sudah mencapai sungai atau laut, bakal membuat proses fotosintetis tumbuhan air terganggu. Dampaknya, hal ini akan membuat produksi oksigen pada air berkurang drastis, lo. Selain itu, keberadaan minyak jelantah juga mencemari air sungai, laut, dan lainnya.

Balik lagi ke Komunitas Jejak Jelantah Cilacap, ya, Millens. Ternyata, selain mencegah pencemaran lingkungan, mereka juga melakukan kegiatan sosial berkat aktivitasnya mengumpulkan jelantah.

“Alhamdulillah, hasil keuntungan dari pengelolaan jelantah bisa disalurkan untuk kegiatan sosial dan santunan. Kami juga sudah punya rencana mendirikan rumah inspirasi sebagai tempat untuk pendidikan lingkungan,” pungkas Nurhidayat.

Apa yang dilakukan Nurhidayat dan Komunitas Jejak Jelantah Cilacap ini patut ditiru ya, Millens. Semoga saja aksi mereka menginspirasi banyak orang di daerah lain untuk mengelola limbah rumah tangga dengan lebih bijak. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024