Inibaru.id - Seringkali penderita skizofrenia “dibuang” dari pergaulan sosial. Teman dan saudara menjauh sehingga dia merasa sendirian. Padahal kepedulian dari sesama merupakan hal yang paling mereka butuhkan.
Melihat realita itu, hati Triana Rahmawati tergerak untuk berbuat sesuatu kepada orang dengan gangguan jiwa skizofrenia. Perempuan kelahiran Palembang 30 tahun lalu akhirnya mendirikan wadah bagi mereka yang bernama Rumah Schizofren. Nama itu merupakan kependekan dari Social, Humanity, Zone, Friendly.
Rumah Schizofren merupakan komunitas yang peduli kepada orang dengan masalah kejiwaan. Di sana, mereka akan dirangkul dan diperhatikan layaknya sahabat.
“Mereka ini membutuhkan kita. Kita perlu untuk nggak membuat jarak. Di sini kita peduli dan memerhatikan bukan sebagai psikolog atau dokter, tetapi sebagai teman,” ujar lulusan terbaik tahun 2015 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) itu.
Komunitas ini sudah ada sejak 2013. Dulunya Tria, panggilan akrabnya, mendirikan Rumah Schizofren untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Gayung bersambut, gagasan baik itu disetujui dan didanai. Alhasil, komunitas ini tetap eksis sebagai tempat nyaman bagi para penyandang gangguan jiwa.
Bertinteraksi Lewat Kasih Sayang
Di Rumah Schizofren, Triana dan teman-teman seperjuangan bekerja sama dengan Griya PMI Solo. Mereka membangun interaksi sosial melalui kegiatan terapi menyanyi untuk membantu penyembuhan.
“Kegiatan kami ini bekerja sama dengan Griya PMI Solo. Kebetulan tempat itu menampung orang-orang dengan gangguan jiwa dan kami masuk ke sana untuk memberikan terapi sosial lewat kasih sayang dan melalui kegiatan terapi menyanyi,” cerita perempuan yang pernah diundang ke Kobe, Jepang untuk berbicara tentang Griya Schizofren itu.
Baca Juga:
Somniphobia Bikin Orang Takut TidurDengan pendekatan yang halus dan hangat itu, tentu saja para penderita gangguan jiwa itu merasa nyaman dan mau bersosialisasi.
“Mereka sebetulnya sama saja dengan manusia pada umumnya. Bahkan, bila sedang tenang, mereka juga bisa bercerita kenapa mengalami gangguan jiwa. Umumnya karena nggak kuat menghadapi tekanan ekonomi atau ditinggal pasangannya. Memang ada masanya mereka mengamuk. Tetapi sejauh ini kami nggak pernah mengalami hal-hal yang membahayakan,” jelas Tria yang dikutip dari Beritasatu (12/11/2014).
Mengubah Stigma Negatif
Nggak cuma menjadi tempat merangkul para penderita skizofrenia, di tempat ini ini Tria ingin mengajak anak muda untuk turut berkontribusi membantu mereka mencapai kesembuhan. Paling nggak, Tria ingin anak zaman sekarang nggak lagi menganggap gangguan mental sebagai sesuatu hal yang negatif.
“Saya ingin mengajak para pemuda untuk mengubah stigma negatif tentang ODMK (orang dengan masalah kejiwaan). Dan selanjutnya mengubahnya menjadi gerakan yang positif untuk ODMK,” kata perempuan berkacamata itu, dilansir dari Jawapos (21/4/2014).
Cerita tentang Triana Rahmawati dengan Rumah Schizofren-nya sungguh menarik dan patut mendapat apresiasi yang tinggi ya, Millens. Semoga upayanya kian mendapat banyak dukungan dari banyak anak muda lainnya. (Siti Khatijah/E07)