BerandaInspirasi Indonesia
Sabtu, 17 Des 2021 08:00

Dengan Free Fly, Memelihara Burung Nggak Harus Selalu Dikurung

Komunitas LPFS (Lovebird Parkit Free Flight Semarang) sedang berlatih menerbangkan burung peliharaan mereka. (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Dengan free fly, burung peliharaan nggak harus selalu dikurung, karena mereka bisa dilatih agar mengenali sang pemilik dan bisa pulang saat dilepas ke alam bebas.

Inibaru.id – Burung mungkin menjadi salah satu piaraan paling banyak dimiliki orang di Indonesia. Banyak alasan mereka memelihara binatang bersayap ini, mulai dari bentuknya yang menawan, harga jualnya yang menggiurkan, hingga suaranya yang merdu.

Sebagian besar burung biasa dipiara dengan ditaruh di dalam sangkar. Namun, rupanya ada pula pemilik burung yang memilih membiarkan mereka terbang bebas di alam terbuka atau acap disebut "free fly". Di Semarang, para pehobi free fly ini tergabung dalam komunitas Lovebird Parkit Free Flight Semarang (LPFS).

Oya, kendati disebut free fly, burung-burung ini sejatinya nggak terus-menerus dibiarkan di alam terbuka ya, Millens. Burung-burung yang sudah jinak dan mengenali pemiliknya ini hanya dibiarkan terbang pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat LPFS mengadakan gathering atau latihan.

Akhir November silam, kebetulan saya bertemu Muhammad Rinaldi Rafif Prayoga, anggota LPFS yang tengah menghadiri pertemuan rutin di Brown Canyon Semarang. Tiap Minggu, anggota LPFS memang biasa kumpul di kawasan wisata yang berlokasi di Rowosari, Kecamatan Tembalang, itu.

Menjajal Pengalaman Baru

Rinaldi salah seorang anggota LPFS, sedang memberi maka burung Free Fly miliknya. (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Memelihara burung bukanlah pengalaman baru bagi Rinaldi. Sedari kecil, lelaki berambut cepak ini sudah suka mengadopsi burung, khususnya jenis burung yang dinikmati suaranya. Namun, untuk free fly, dia terbilang anyar. Hobi tersebut baru digelutinya pada 2019 silam.

"Saya semula tertarik pada burung bunyi-bunyian. Baru dua tahun terakhir kepincut free fly, terus coba-coba beli," ujar pemuda yang mengaku mulai menggeluti free fly lantaran tertarik pada tantangan melatih burung agar jinak dan mengenali pemiliknya itu.

Laiknya burung bunyi-bunyian, free fly juga dijadikan Rinaldi sebagai bentuk refreshing. Namun begitu, belakangan dia mulai merasa burung-burung free fly tersebut juga bisa mendatangkan pemasukan, meski hanya bersifat tambahan uang saku.

"Saya punya beberapa (burung) saja, saya putarkan untuk upgrade burung (yang lebih mahal), lalu dijual lagi," terang Rinaldi. "Sistemnya, saya beli sejumlah burung, terus dilatih, kemudian dijual ke orang yang mau burung free fly secara instan. Lumayan!”

Memulai dari Dasar

Dua burung Free Fly jenis nuri kepala hitam (kanan) dan nuri bayan (kiri). (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Saat ini, kurang lebih sudah dua tahun Rinaldi bermain free fly. Awal menggeluti hobi ini, dia mengaku memulainya dari dasar dengan burung yang paling murah, karena risiko terbesar dari free fly adalah burung yang nggak kembali ke pemiliknya setelah dilepas. Burung free fly pertamanya adalah lovebird.

"Saya mulai dari melatih lovebird, terus upgrade ke falk (palek atau parkit Australia). Sekarang bisa jual burung free fly hingga jenis sun conure (parkit matahari) dan bayan," bebernya.

Perlu kamu tahu, harga burung jenis sun conure dan bayan saat ini bisa mencapai jutaan rupiah. Maka, Rinaldi menyarankan, untuk memulai free fly, pemula sebaiknya memilih burung yang murah dulu, misalnya lovebird. Di pasaran, lovebird dibanderol ratusan ribu rupiah, jadi kalau lepas nggak kecewa benget.

Rinaldi juga memberi masukan, burung juga sebaiknya dilatih satu jenis trik saja, yang terus dilakukan secara berulang. Misalnya, kalau burung sudah dilatih "bicara", jangan diajari free fly. Pun sebaliknya. Menurutnya, burung yang konsisten dilatih satu trik saja akan punya nilai jual yang tinggi.

“Istilah kami, burung nggak rusak (jika dilatih satu trik saja). Jadi, si burung bisa fokus dan konsisten dengan apa yang diajarkan,” saran Rinaldi.

Mengenali Karakter Burung 

Beragam jenis bubur dalam spet untuk pakan burung Free Fly. (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Ketua LPFS Aris Roso Setiadi mengungkapkan, diperlukan konsistensi dalam melatih burung free fly, terlebih kalau burung yang dimiliki dipelihara saat masih kecil. Burung harus diajari dengan tekun secara berkala dan intens.

Selain itu, pakan yang diberikan juga harus diperhitungkan dengan benar. Tiap burung memiliki karakter yang berbeda. Penanganannya juga lain-lain. Beberapa burung, lanjutnya, harus diberi makan dua kali sehari, tapi ada jenis yang nggak punya jam makan, jadi harus selalu tersedia makanan di sangkarnya.

"Penting untuk tahu karakter dan penanganan burung yang kita punya. Ya, bahkan, cara kasih makan dan memandikannya juga beda-beda, lo!" celetuk Aris, lalu tertawa.

Wah, wah, untuk kamu yang punya burung peliharaan dan pengin melatih free fly, silakan gabung dengan mereka ya, Millens. Datang saja ke Brown Canyon saban Minggu untuk dapat informasi lebih detail. (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024