Inibaru.id – Kalau bicara soal wabah penyakit, yang masih jadi pembahasan banyak orang tentu saja adalah virus Corona alias Covid-19 yang terus mengeluarkan mutasi dan menyebabkan banyak orang meninggal di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, lebih dari 148 ribu orang tercatat meninggal akibat penyakit ini. Hanya, ternyata ini bukan satu-satunya wabah penyakit yang pernah menyerang Indonesia. Pada abad ke-17, ada wabah penyakit yang bahkan membuat sebagian penduduk Jawa meninggal.
Lebih dari 100 tahun lalu, tepatnya pada 1918, Indonesia dilanda wabah flu Spanyol. Jangan kira flu ini adalah penyakit yang bikin kamu mengalami pilek atau hidung meler saja, ya. Wabah ini memakan korban 1,5 juta penduduk Indonesia. Namun, sejarah mencatat jumlah kematian yang jauh lebih besar saat ada wabah penyakit di Indonesia pada abad ke-17.
Pada abad ke-16, Sultan Agung dari Kerajaan Mataram melakukan ekspansi ke sejumlah wilayah. Hal ini menyebabkan terjadinya peperangan. Masalahnya, perang ini merembet ke krisis pangan dan munculnya wabah penyakit. Saking parahnya wabah penyakit di masa itu, sepertiga penduduk Banten meninggal. Wabah juga menyebar ke Tegal, Kendal, Jepara, hingga sampai Surabaya.
Hermanus Johannes de Graaf, ahli sejarah dan budaya Jawa Kuno menulis catatan tentang wabah penyakit yang mengerikan ini. Pada masa itu, Jawa seperti neraka di bumi. Perang membunuh banyak orang, lahan-lahan subur menjadi gersang, pertanian gagal total, dan di mana-mana ditemukan orang yang lemah karena sakit dan seperti tinggal menunggu ajal.
Pasar-pasar menjadi sepi, nelayan nggak melaut, dan akhirnya ekonomi pun hancur. Dampaknya, warga yang sudah sangat menderita pun jatuh miskin.
Wabah Pes di Tanah Jawa
Catatan De Graaf menyebut penyakit ini menyerang paru-paru dan menyebabkan sesak napas luar biasa. Saking parahnya efek dari penyakit ini, dalam hitungan jam, korban bisa langsung meregang nyawa.
Sejarawan lain, Claude Guillot membeberkan apa sebenarnya penyakit yang membunuh begitu banyak penduduk Jawa ini. Penyakit tersebut adalah pes yang dipicu oleh bakteri yersinia pestis.
Masalahnya bakteri ini bisa ditemukan pada hewan-hewan yang hidupnya nggak jauh dari manusia seperti tikus, kucing, anjing liar, atau tupai. Pada saat itu, hewan-hewan ini banyak yang memiliki kutu. Nah, kutu-kutu ini menggigit hewan tersebut dan membawa bakteri yersinia pestis. Jika kutu ini kemudian berpindah ke kulit manusia dan menggigit, maka bakteri ini pun kemudian menginfeksi manusia.
Sebetulnya, nggak hanya Nusantara yang terserang wabah ini pada abad ke-17. Negara-negara di Eropa, Afrika, dan pesisir Samudra Atlantik juga mengalami hal yang sama. Total di seluruh dunia, korban meninggal sampai 75-200 juta orang!
Kota-kota besar seperti London dan Amsterdam bahkan mengalami dampak paling mengerikan dari wabah Pes pada 1625. Isunya sih, wabah ini menyebar di sana gara-gara banyak kapal yang sempat singgah dari Banten.
Banyak orang yang menyebut pandemi Covid-19 ini seperti mengulang sejarah di mana di setiap 100 tahun, pasti ada wabah penyakit mengerikan yang membunuh banyak manusia. Nah, mengingat pandemi terbaru ini belum benar-benar berakhir, sebaiknya kita menjaga protokol kesehatan agar nggak ikut tertular, ya, Millens? (His/IB31/E07)