BerandaHits
Rabu, 1 Mar 2022 08:03

Wabah Penyakit yang Pernah Memusnahkan Sebagian Masyarakat Jawa

Ilustrasi: Wabah penyakit yang membunuh sebagian penduduk jawa. (Historia)

Indonesia ternyata pernah mengalami wabah penyakit yang cukup mengerikan. Bahkan, pandemi ini memusnahkan sebagian penduduk Jawa, lo. Apa sih penyakit yang bisa menyebabkan hal yang sangat mengerikan ini?

Inibaru.id – Kalau bicara soal wabah penyakit, yang masih jadi pembahasan banyak orang tentu saja adalah virus Corona alias Covid-19 yang terus mengeluarkan mutasi dan menyebabkan banyak orang meninggal di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, lebih dari 148 ribu orang tercatat meninggal akibat penyakit ini. Hanya, ternyata ini bukan satu-satunya wabah penyakit yang pernah menyerang Indonesia. Pada abad ke-17, ada wabah penyakit yang bahkan membuat sebagian penduduk Jawa meninggal.

Lebih dari 100 tahun lalu, tepatnya pada 1918, Indonesia dilanda wabah flu Spanyol. Jangan kira flu ini adalah penyakit yang bikin kamu mengalami pilek atau hidung meler saja, ya. Wabah ini memakan korban 1,5 juta penduduk Indonesia. Namun, sejarah mencatat jumlah kematian yang jauh lebih besar saat ada wabah penyakit di Indonesia pada abad ke-17.

Pada abad ke-16, Sultan Agung dari Kerajaan Mataram melakukan ekspansi ke sejumlah wilayah. Hal ini menyebabkan terjadinya peperangan. Masalahnya, perang ini merembet ke krisis pangan dan munculnya wabah penyakit. Saking parahnya wabah penyakit di masa itu, sepertiga penduduk Banten meninggal. Wabah juga menyebar ke Tegal, Kendal, Jepara, hingga sampai Surabaya.

Hermanus Johannes de Graaf, ahli sejarah dan budaya Jawa Kuno menulis catatan tentang wabah penyakit yang mengerikan ini. Pada masa itu, Jawa seperti neraka di bumi. Perang membunuh banyak orang, lahan-lahan subur menjadi gersang, pertanian gagal total, dan di mana-mana ditemukan orang yang lemah karena sakit dan seperti tinggal menunggu ajal.

Pasar-pasar menjadi sepi, nelayan nggak melaut, dan akhirnya ekonomi pun hancur. Dampaknya, warga yang sudah sangat menderita pun jatuh miskin.

Isolasi pasien yang terjangkit wabah pada pandemi flu Spanyol tahun 1918. (Universal History Archive)

Wabah Pes di Tanah Jawa

Catatan De Graaf menyebut penyakit ini menyerang paru-paru dan menyebabkan sesak napas luar biasa. Saking parahnya efek dari penyakit ini, dalam hitungan jam, korban bisa langsung meregang nyawa.

Sejarawan lain, Claude Guillot membeberkan apa sebenarnya penyakit yang membunuh begitu banyak penduduk Jawa ini. Penyakit tersebut adalah pes yang dipicu oleh bakteri yersinia pestis.

Masalahnya bakteri ini bisa ditemukan pada hewan-hewan yang hidupnya nggak jauh dari manusia seperti tikus, kucing, anjing liar, atau tupai. Pada saat itu, hewan-hewan ini banyak yang memiliki kutu. Nah, kutu-kutu ini menggigit hewan tersebut dan membawa bakteri yersinia pestis. Jika kutu ini kemudian berpindah ke kulit manusia dan menggigit, maka bakteri ini pun kemudian menginfeksi manusia.

Sebetulnya, nggak hanya Nusantara yang terserang wabah ini pada abad ke-17. Negara-negara di Eropa, Afrika, dan pesisir Samudra Atlantik juga mengalami hal yang sama. Total di seluruh dunia, korban meninggal sampai 75-200 juta orang!

Kota-kota besar seperti London dan Amsterdam bahkan mengalami dampak paling mengerikan dari wabah Pes pada 1625. Isunya sih, wabah ini menyebar di sana gara-gara banyak kapal yang sempat singgah dari Banten.

Banyak orang yang menyebut pandemi Covid-19 ini seperti mengulang sejarah di mana di setiap 100 tahun, pasti ada wabah penyakit mengerikan yang membunuh banyak manusia. Nah, mengingat pandemi terbaru ini belum benar-benar berakhir, sebaiknya kita menjaga protokol kesehatan agar nggak ikut tertular, ya, Millens? (His/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024