BerandaHits
Selasa, 24 Jan 2022 09:54

Sudah Eksis Sejak Abad ke-19, PKL Malioboro Direlokasi Bulan Depan

PKL Malioboro direlokasi bulan depan. (Flickr/ Jorge Franganillo)

Mulai bulan depan, pedagang kaki lima (PKL) Malioboro direlokasi ke tempat lain. Banyak pihak memprotes rencana ini karena para PKL ini sudah seperti roh, ikon, dan penarik para wisatawan yang datang ke Jalan Malioboro.

Inibaru.id – Jalan Malioboro adalah jalan paling ikonik di Yogyakarta. Nggak hanya soal nilai sejarah atau estetika, keberadaan PKL Malioboro juga jadi penyebab jalan ini pasti dikunjungi para wisatawan. Sayangnya, keunikan Malioboro dengan para PKL-nya bakal berkurang karena mulai bulan depan, Februari 2022, PKL Malioboro direlokasi.

Nantinya, para pedagang kaki lima ini nggak bakal kamu lihat lagi di Jalan Malioboro karena mereka bakal dipindah ke bangunan bekas Bioskop Indra serta bekas kantor Dinas Pemerintahan DIY. Para pedagang mengaku pasrah dengan hal ini.

Kalau menurut budayawan Yogyakarta Achmad Zubair, PKL Malioboro mulai dikenal pada 1970-an. Saat itu, para pedagang mulai menempati sisi jalanan tersebut. Hanya, kalau bicara soal sejarah, sebenarnya di sisi jalan ini, sudah banyak orang berdagang sejak akhir abad ke-19.

Pada zaman itu, Indonesia masih di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Jelas nggak ada mall atau pertokoan modern. Saat itu, pusat ekonomi Yogyakarta adalah Pasar Beringharjo yang masih eksis hingga sekarang.

Di depan Kepatihan yang ada di Jalan Malioboro, abdi dalem diperbolehkan berdagang atas izin Patih Danureja. Setelah itu, sejumlah orang dari kawasan Pecinan alias Kampung Ketandan juga membuka toko. Orang-orang dari daerah lain seperti Kotagede pun kemudian ikutan membuka lapak di Malioboro.

“Akhirnya ramai dan jadi pusat perekonomian, bukan hanya di ruas Malioboro, tapi juga dari Tugu sampai (perempatan) Nol Kilometer,” ujar Achmad, Jumat (21/1/2022).

Jalan Malioboro sudah dijadikan tempat berjualan sejak akhir abad ke-19. (Flickr/ César González Palomo)

Berkembangnya Malioboro jadi pusat ekonomi membuat kawasan ini dikenal jadi pusat kuliner, penjualan kain, dan lain-lain. Semakin banyak orang berjualan meski nggak punya toko. Mereka memanfaatkan lahan-lahan sempit di depan pertokoan demi mencari nafkah. Nah, PKL yang kamu kenal sekarang ini mulai benar-benar terbentuk pada 1970-an lalu, Millens.

Kalau menurut Achmad, meski banyak PKL berjualan di depan toko, pemilik toko sama sekali nggak merasa dirugikan. Asalkan, mereka nggak menghalangi pintu masuknya. Keberadaan para PKL ini juga menarik banyak wisatawan dan pembeli, yang pada akhirnya juga bakal tertarik masuk ke dalam toko. Hubungan mereka pun seperti simbiosis mutualisme.

Achmad termasuk dalam pihak orang-orang yang nggak setuju PKL Malioboro dihilangkan karena mereka sudah seperti menjadi ikon bagi lokasi ini.

“Seharusnya mereka juga tidak dihilangkan dari Malioboro,” saran Achmad.

Meski begitu, kebijakan Pemerintah Yogyakarta untuk merelokasi PKL ini juga nggak bisa disalahkan begitu saja. Realitanya, para PKL ini berjualan di lokasi para pejalan kaki.

Kalau kamu, setuju nggak nih dengan kebijakan PKL Malioboro direlokasi, atau malah merasa nanti Malioboro seperti kehilangan roh-nya karena nggak ada lagi PKL, Millens? (Kum/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: