Inibaru.id – Istilah SGIE menjadi viral di media sosial gara-gara ditanyakan calon wakil presiden 02 Gibran Rakabuming Raka saat Debat Calon Wakil Presiden yang digelar semalam, Jumat, (22/12/2023). Cawapres 01, Muhaimin Iskandar mengaku nggak tahu dengan istilah tersebut.
Usut punya usut, SGIE ternyata adalah State of the Global Islamic Economy, laporan yang menunjukkan kondisi ekonomi dari negara-negara Islam secara global. Pihak yang merilisnya adalah DinarStandard yang berkantor di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dalam laporan tersebut, setiap negara dicek kondisi keuangan islamnya serta kehalalan dalam berbagai sektor seperti makanan dan minuman, kosmetik, atau obat-obatan. Hal-hal lain seperti wisata halal, fesyen, hingga media dengan tema Islam juga dipertimbangkan di sini, Millens.
Karena yang ditanyakan Gibran kebetulan adalah bagaimana cara agar peringkat Indonesia di SGIE naik, sebenarnya, di peringkat mana sih negara kita dalam laporan terkininya?
Terkait dengan hal ini, kita bisa menilik SGIE Report 2022 yang dirilis pada Kamis (31/3/2022) lalu. Dalam laporan tersebut, sebenarnya peringkat Indonesia cukup baik karena secara keseluruhan ada di peringkat 4 di bawah Malaysia, Arab Saudi, serta Uni Emirat Arab. Bahkan terkait dengan sektor makanan halal, Indonesia ada di peringkat dua alias naik dua peringkat dari laporan sebelumnya.
“Indonesia masih ada di posisi keempat secara keseluruhan. Tapi, khusus untuk halal food, peringkatnya meningkat,” ucap CEO DinarStandard Rafi-uddin Shikoh sebagaimana dilansir dari situs resmi Kemenperin, Jumat (1/4/2022).
Peningkatan peringkat di sektor makanan halal ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor makanan halal ke negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) selama 2021, tepatnya mencapai 16 persen. Peningkatan ekspor produk-produk halal ini dipengaruhi oleh diluncurkannya sistem data kodifikasi produk halal di Tanah Air.
Selain di sektor makanan halal, sektor keuangan digital Islam juga dianggap mengalami perkembangan yang signifikan. Prospeknya juga menjanjikan setelah tiga bank melakukan merger untuk membentuk Bank Syariah Indonesia. Hal ini membuat sektor keuangan Indonesia berada di peringkat keenam.
Sayangnya, di sektor Muslim-Friendly Travel dan Media and Recreation, Indonesia sama sekali nggak masuk 10 besar terbaik. Sementara itu, di bidang Farmasi dan Kosmetik, kita hanya ada di peringkat ke-9. Di sektor-sektor itulah, pemerintah sebaiknya mulai menaruh perhatian, Millens.
Menarik juga ya, Millens. Gara-gara sebuah pertanyaan yang muncul di debat cawapres, kita jadi penasaran dan mencari tahu seperti apa keseriusan pemerintah Indonesia dalam mengurus kondisi ekonomi, khsusnya yang terkait dengan ekonomi syariah. (Arie Widodo/E10)