BerandaHits
Jumat, 9 Jan 2025 11:34

Sepekan Lebih Tahun Baru, Harga Cabai Tetap Melambung Tinggi, Kenapa?

Harga cabai kini sedang melambung tinggi. Di beberapa daerah harganya sampai setara dengan harga daging sapi. (Antara/Akmal Saputra)

Momentum Nataru sudah berlalu, tapi harga bahan pokok tetap tinggi, apalagi cabai. Apa penyebab harga cabai per kilogram di beberapa daerah bisa sampai Rp100 ribu ke atas?

Inibaru.id - Berapa harga cabai di daerahmu, Millens? Sekadar info, akhir-akhir ini, harga bahan makanan satu ini melambung tinggi. Bahkan, per kilogramnya hampir atau setara dengan harga daging sapi di beberapa daerah di Indonesia.

Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025, Senin (6/1/2025), Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, cabai rawit mengalami kenaikan harga di 70% wilayah di Indonesia. Amalia menuturkan, harga cabai di pulau Sumatra pada pekan pertama Januari 2025 rata-rata Rp54.060 per kg.

Namun, ada wilayah mengalami harga tertinggi mencapai Rp110.000 per kg, di Kabupaten Kepulauan Anambas. Sedangkan harga terendah Rp26.000 per kg terjadi di Kabupaten Sorolangun.

Di Pulau Jawa, harga rata-rata cabai rawit merah ada di Rp62.420 per kg. Harga tertinggi mencapai Rp94.583 di Kota Tangerang Selatan. Sedangkan harga terendah Rp24.667 per kg di Kabupaten Bangkalan.

Di luar pulau Jawa dan Sumatra, harga cabai rawit merah rata-rata di Rp62.905 per kg. Harga tertinggi mencapai Rp180.000 per kg di Kabupaten Nduga. Sedangkan harga terendah ada di Kabupaten Luwu Utara, Rp21.500 per kg.

Meski naik turunnya harga cabai sudah menjadi "makanan" sehari-hari, tetap saja kita selalu pengin tahu penyebabnya. Nah, kalau kata Badan Pangan Nasional (Bapenas) lonjakan harga cabai rawit merah hingga setinggi sekarang ini disebabkan penurunan produksi akibat lahan kebanjiran.

Upaya Menekan Harga

Cuaca yang buruk membuat hasil panen cabai nggak berlimpah. (MI/Jamaah)

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan bencana itu membuat petani gagal panen. Akibatnya, pasokan cabai rawit merah menurun drastis.

"Di sentra-sentra produksi kita, ada beberapa yang terkena banjir, misalkan di daerah Wajo, Kabupaten Sidrap, Sukabumi, Temanggung itu kena banjir. Ini juga dampaknya lumayan besar terkait dengan produksi kita, hampir 60-70 persen itu terganggu di sana," kata Astawa, dikutip dari CNNIndonesia, Rabu (8/1).

Astawa juga mengungkap ada sebagian daerah yang produksinya terganggu karena hujan lebat. Di Bali, produksi cabai rawit merah terganggu karena hama. Gangguan-gangguan itu membuat cabai-cabai rentan busuk. Dia menyebut produksi menurun sekitar 20-30 persen di daerah-daerah itu.

Faktor cuaca yang menjadi penyebab kenaikan harga cabai dibenarkan oleh salah seorang pedagang cabai, Arinal. Dikutip dari Tribunnews (9/1/2025), dia menjelaskan bahwa cuaca buruk menyebabkan kerusakan pada tanaman, termasuk bunga yang rontok dan sayuran yang cepat membusuk.

"Kenaikan harga cabai dikarenakan musim hujan dan cuaca buruk yang terjadi sehingga menyebabkan kerusakan pada tanaman seperti bunga yang rontok hingga menyebabkan cabai dan sayuran cepat busuk, khususnya di daerah Magelang dan Wonosobo," ujarnya.

Lalu, kapan harga cabai bakal stabil lagi, ya? Meski belum bisa memastikan, pihak Bapenas langsung turun tangan untuk menekan harga cabai.

"Kami ingin melihat, mengidentifikasi secara detail daerah mana yang masih surplus. Kemudian kami akan coba dorong membantu mendistribusikan ke daerah-daerah yang harga relatif tinggi, termasuk yang utamanya Jakarta yang hampir Rp130 ribu," ujarnya.

Astawa mengatakan harga cabai rawit merah kemungkinan akan turun bertahap dalam waktu dekat. Dia menyebut petani sedang mendapat kompensasi atas harga rendahnya cabai beberapa waktu lalu.

"Dari Rp130 ribu kami harap mungkin Rp125 ribu, Rp120 ribu. Karena kalau ujug-ujug langsung ke Rp90 ribu, kasihan juga petani kita, intinya berproses penurunan itu," kata Astawa.

Hm, kita nantikan saja kapan kestabilan harga cabai akan terjadi ya, Millens! Semoga saja kali ini petani cabai nggak lagi mengalami kerugian yang besar! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025