BerandaHits
Sabtu, 8 Des 2023 19:01

Semakin Tinggi, Keseriusan Semua Pihak Tangani Bullying di Sekolah Dinanti

Kasus bullying di sekolah di Indonesia terus meningkat dalam beberapa waktu belakanga. (iStockphoto/Tomwang112)

Kasus bullying di sekolah-sekolah di Indonesia makin bikin miris. Sejumlah korban alami cedera berat serta meninggal dunia. Sejumlah pihak pun menyerukan aksi serius untuk mengatasi hal ini.

Inibaru.id – Dalam beberapa waktu belakangan, kasus perundungan alias bullying di sekolah cenderung terus bermunculan. Meski kasus-kasus ini viral dan terus mendapatkan kecaman, nyatanya hal ini seperti nggak membuat pelaku ciut nyalinya.

Jika menilik data yang diungkap Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), dari Januari sampai September 2023, 50 persen kasus perundungan di sekolah terjadi di tingkat SMP. Sementara itu, 23 persen terjadi di Tingkat SD, 13,5 persen terjadi di Tingkat SMA, serta 13,5 persen sisanya terjadi di SMK. Khusus untuk Tingkat SMP, pelaku bullying bisa berstatus siswa lainnya atau dari pihak pendidik.

Nggak hanya mengungkap keprihatinannya atas semakin meningkatnya kasus bullying di sekolah, FSGI juga meminta semua pihak untuk mencermati hal ini dan menerapkan sejumlah hal yang bisa mencegah berulangnya kasus perundungan. Apalagi, sudah ada korban yang sampai mengalami cedera berat dan meninggal dunia.

“Kami harap Dinas Pendidikan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia mulai menerapkan Permendikbudristek Nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Satuan Pendidikan. Caranya adalah dengan membentuk satuan tugas anti kekerasan. Selain itu, ada baiknya kanal-kanal pengaduan secara daring dibuka agar korban bullying bisa segera mencari bantuan,” ujar Sekjen FSGI Heru Purnomo sebagaimana dilansir dari Katadata, (7/8/2023).

Sementara itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aries Adi Leksono menyebut dunia pendidikan di Tanah Air sedang mengalami darurat kekerasan.

“Kalau menurut data KPAI sampai Agustus 2023 saja, sudah ada 810 kasus kekerasan di lingkungan sekolah dan lingkungan sekolah. Datanya cenderung semakin naik. Ini darurat kekerasan,” jelas Aries sebagaimana dikutip dari Kompas, Jumat (6/10/2023).

Kalau menurut FSGI, ada tiga hal yang jadi pemicu anak sampai melakukan bullying. Pemicunya adalah faktor internal, eksternal, dan situasional.

Sekolah seharusnya jadi tempat yang aman dan nyaman untuk belajar, bukannya jadi tempat yang bikin anak khawatir dengan perundungan. (KKNUndip)

Khusus untuk faktor internal, hal ini sangat dipengaruhi oleh cara orang tuanya mengasuhnya. Kalau diasuh dengan kekerasan, maka anaknya pun akan bisa meniru cara tersebut terhadap teman-temannya. Sementara itu, untuk faktor eksternal, anak bisa saja mendapatkan pengaruh dari lingkungannya, pergaulannya, hingga konten-konten di internet yang mereka lihat.

Ada juga faktor situasional seperti siswa-siswa junior dipaksa kakak kelasnya untuk ikut tawuran. Kalau sudah begitu, pada akhirnya mereka pun bisa menjadi pembully.

Di sisi lain, pengamat pendidikan Itje Chodidjah meminta semua pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan untuk lebih memperhatikan sisi anak-anak yang masih membutuhkan pengasuhan. Baginya, jika anak nggak mendapatkan pengasuhan yang tepat, memang bisa menjadi penyebab mereka menjadi pelaku perundungan.

“Kan mereka masih di usia sekolah. Artinya masih diasuh, diawasi orang tua dan guru. Biasanya mereka jadi pembully karena anak nggak mendapatkan yang dia butuhkan. Misalnya, dia nggak pernah diajak dialog. Mereka jadi merasa nggak berharga, nggak didengar. Nah, rasa nggak puas ini kemudian membuat mereka mencari ‘mangsa’ untuk melampiaskan kegundahan dan kesedihannya,” ungkap Itje sebagaimana dilansir dari Okezone, Kamis (6/10).

Dia pun meminta orang tua, guru, dan pihak-pihak yang berperan sebagai pengasuh untuk pendidik untuk introspeksi dan lebih memperketat pengawasan saat anak-anaknya melakukan aktivitas di sekolah atau saat berada di lingkungan sosialnya.

“Keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, hingga pemerintah pusat dan daerah harus turun tangan mengatasi darurat kekerasan ini agar lingkungan pendidikan jadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak, bukannya menjadi tempat yang mengancam mereka,” saran Aries.

Yap, semoga saja semua pihak yang berkepentingan lebih serius menangani kasus bullying di sekolah yang belakangan ini makin mengkhawatirkan ini ya, Millens? (Arie Widodo/E05)`

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024