BerandaHits
Kamis, 15 Mei 2024 11:00

Peneliti Menemukan Plastik yang Bisa Terurai 100 Persen!

Ada penemuan yang diyakini bisa jadi solusi masalah sampah plastik di dunia. (OSC Medcom)

Peneliti dari University of California, San Diego, menemukan plastik yang bisa terurai 100 persen. Terbuat dari bahan apa, ya?

Inibaru.id – Salah satu masalah lingkungan yang masih kerap disepelekan banyak orang di Indonesia adalah plastik. Meski fungsinya banyak, khususnya sebagai wadah, nyatanya plastik nggak bisa terurai di alam. Jika dibuang, plastik berakhir menjadi polusi yang bisa memberikan dampak sangat buruk bagi alam.

Di Indonesia, per data yang diungkap Indonesia Solid Waste Association (Inswa), pada 5 Desember 2023, sampah plastik jadi penyumbang sampah terbesar kedua di Tanah Air dengan jumlah 5,4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total sampah yang dibuang masyarakat per tahun. Kalau merunut data secara internasional, 57 persen sampah di dunia adalah sampah plastik. Banyak banget, bukan?

Sudah banyak penelitian dilakukan untuk mengatasi masalah sampah plastik yang kali pertama ditemukan pada 1862 ini. Namun, baru sekarang alias lebih dari 150 tahun kemudian, ditemukan plastik yang bisa terurai 100 persen, bukannya pecah menjadi microplastik yang jauh lebih berbahaya.

Peneliti yang menemukan plastik jenis ramah lingkungan ini berasal dari University of California, San Diego, Amerika Serikat yang bekerja sama dengan perusahaan bernama Algenesis. Menurut para peneliti, mereka telah berhasil membuat plastik dengan bahan polimer polyurethane dari bahan alami alga yang diklaim bisa terurai dengan mudah oleh alam.

“Kali pertama kami melakukan percobaan ini adalah dengan mengajukan pertanyaan ‘bagaimana kita bisa memastikan kalau plastik ini nggak akan berubah jadi mikroplastik saja nantinya',” ungkap Profesor Skip Pomeroy dari Departemen Kimia dan Biokimia kampus tersebut sebagaimana dinukil dari ABCNews, (11/5/2024).

Proses pembuatan plastik ramah lingkungan dari bahan alga. (Abcnews/Erik Jepsen/Board of Regents of the University of California)

Pada akhirnya, para peneliti menemukan bahwa ada bakteri penghancur yang bisa hidup dengan baik di plastik yang terbuat dari bahan polyurethane. Dengan berbekal pengetahuan inilah, mereka kemudian mengembangkan plastik tersebut.

“Dulu kami kira bakal membutuhkan sejumlah jenis mikroba untuk menghancurkan bahan-bahan plastik. Tapi ternyata ada satu jenis bakteri yang bisa hidup dan menghancurkan bahan plastik yang satu ini. Akhirnya kami yakin, plastik yang kami buat bisa terurai hingga habis di alam,” lanjut peneliti lainnya, Michael Burkatt.

Jadi, bakteri ini mengira material plastik yang dibuat para peneliti nggak jauh beda dengan kayu atau dedaunan yang ada di alam. Oleh karena itulah, plastik dari bahan alga ini bakal dengan mudah diurai dalam waktu cepat.

“Dalam 200 hari saja, 97 persen dari plastik sudah terurai,” klaim Burkatt.

Sayangnya, masih ada satu masalah yang belum terselesaikan dalam hal produksi plastik ramah lingkungan ini, yaitu biaya untuk memproduksinya secara massal. Soalnya, jumlah alga untuk memroduksi plastik ini nggak banyak.

Tapi, para peneliti yakin jika di masa depan, produksi alga bisa saja ditingkatkan di banyak tempat. Peneliti juga masih mencari kemungkinan ada bahan dari tanaman lain yang bisa dipakai untuk membuat plastik yang bisa terurai 100 persen lainnya.

Semoga saja plastik ramah lingkungan ini bisa benar-benar segera diproduksi secara massal ya, Millens! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024