BerandaHits
Rabu, 23 Jan 2018 10:38

Pemkab Klaten Siapkan Strategi Basmi Tawon dengan OTT

Operasi Tangkap Tawon (OTT) yang dilakukan anggota Damkar Klaten. (Pemkab Klaten)

Dua anak meregang nyawa akibat sengatan tawon mematikan di Klaten. 10 KK bahkan sampai mengungsi saat tahu ada sarang tawon ini di rumahnya. Gimana mengatasi "invasi" ini?

Inibaru.id – Pemerintah Kabupaten Klaten belakangan ini dibuat repot dengan kasus sengatan tawon yang menimpa sejumlah warganya. Pada 2017 lalu, sengatan tawon jenis Vespa affinis itu bahkan membuat dua warganya meregang nyawa. Hm, separah itukah?

Vespa affinis memang dikenal mematikan, Millens. Tawon ini memiliki sengatan beracun yang bisa sangat berbahaya jika korban nggak segera ditangani. Nggak cuma memicu bengkak di kulit seperti sengatan tawon pada umumnya, sengatan Affinis bersifat hemolisis.

Kondisi ini bisa mengakibatkan pusing kepala, nyeri perut, mual dan muntah, gagal ginjal akut, hingga kerusakan sel jantung lantaran banyaknya peradangan pada tubuh. Jika sampai hal ini terjadi, korban sengatan harus segera melakukan cuci darah.

Jika sampai terkena sengatan tawon ini, sungut yang menempel pada kulit harus dicabut, dikompres dengan es, dan segera dilarikan ke dokter untuk mendapatkan obat dan penanganan medis lainnya.

Baca juga:
Pulau Indonesia Dijual via Daring, KKP Bertindak
Minimarket Tanpa Kasir Resmi Beroperasi

Di Klaten, setidaknya ada 217 kasus serangan tawon selama 2017 lalu. Nah, untuk menanggulangi kian meluasnya dampak "invasi" tawon ini, Pemkab Klaten pun bertindak. Seperti ditulis Klatensorot.com, Senin (22/1/2018), tenaga kesehatan dari puskesmas dan rumah sakit di seluruh Klaten pun dikumpulkan.

Mereka dikumpulkan untuk mendiskusikan sistem rujukan penanganan tawon yang tepat dan cepat agar warga nggak lagi jadi korban. Pemkab juga melibatkan Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) setempat untuk menggelar OTT alias operasi tangkap tawon. berdasarkan laporan warga.

“Sejak awal tahun, sudah ada 50 laporan masuk. Kini, daftar tunggu OTT sudah mencapai 79 lokasi. Kami sudah siapkan dua tim untuk menangani sarang tawon, yakni tim rumah dan tim pohon dengan masing-masing 8-9 personel,” ucap Endang HS, Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat Satpol PP Klaten.

Salah seorang petugas OTT dari satuan damkar, Eddy Setiawan, mengatakan, tawon dengan ciri cincin berwarna kuning di bagian ekor ini mulai meresahkan masyarakat sejak Desember 2016. Kala itu Andita, anak berusia sembilan tahun dari Karangnongko, meninggal dunia setelah disengat tawon ini. Setahun berselang, seorang bocah lain bernama Azzam juga meninggal dengan sebab yang sama persis.

Karena sangat ganas, 10 KK yang tersebar di berbagai lokasi bahkan sampai mengungsi saat tahu ada sarang tawon berjenis hornet ini ada di dalam rumahnya.

Sebagai informasi, sarang tawon vespa affinis berukuran cukup besar dengan diameter paling kecil sekitar 1 meter. Sarang ini bisa dihuni seribu tawon. Di Klaten, daerah yang memiliki populasi tawon vespa affinis paling tinggi ada di Cawas, Ceper, dan Karangdowo.

Baca juga:
Keren dan Gagah, Moge Baru Polantas yang Disuplai BMW
Mahasiswa Geologi Undip Akhirnya Ditemukan

OTT yang dilakukan Damkar Klaten biasanya dilakukan setelah magrib hingga dini hari karena tawon ini cenderung agresif pada siang hari. Selain membakar sarang, anggota tim OTT juga memakai blower yang difungsikan untuk mengisap asap pembakaran.

Kendati terbilang meresahkan, pihak Damkar mengaku nggak mau sembarangan membasmi tawon ini, terlebih sampai merusak ekosistemnya, lantaran tawon-tawon tersebut juga berperan dalam memangsa pelbagai hama pertanian.

Nah, nah, salut buat Tim Damkar nih. Biar bagaimanapun, tawon-tawon itu nggak salah. Barangkali kita yang telah mengusik habitat alami mereka sehingga mereka marah. Ya nggak? (AW/GIL)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024