BerandaHits
Selasa, 2 Des 2024 16:43

Mengapa Korban Kekerasan Seksual Sering Kali Nggak Melawan atau Berteriak?

Korban diam saat dilecehkan bukan berarti setuju. (via Kompas)

Beberapa korban mungkin bisa berteriak melawan, atau melarikan diri. Namun, kebanyakan nggak mampu melakukannya. Tapi mengapa?

Inibaru.id - Pertanyaan mengapa korban kekerasan seksual sering kali nggak mampu melawan atau berteriak saat dilecehkan menjadi topik yang sering dipertanyakan.

Sayangnya, pertanyaan ini kerap digunakan untuk meragukan kredibilitas korban, seolah-olah ketidakmampuan untuk bereaksi dianggap sebagai tanda persetujuan. Bahkan, jika pelaku memiliki keterbatasan fisik, masyarakat cenderung meragukan kebenaran cerita korban dengan alasan "nggak masuk akal."

Pemahaman ini sangat disayangkan dan menunjukkan kurangnya empati serta pengetahuan masyarakat tentang respons psikologis manusia dalam situasi kekerasan. Pada kenyataannya, ketidakmampuan korban untuk melawan atau berteriak bukanlah hal yang aneh.

Hal ini bisa dijelaskan melalui konsep respons trauma, yang terdiri dari tiga reaksi utama: fight (melawan), flight (melarikan diri), dan freeze (membeku).

Respons "Freeze" pada Trauma

Kebanyakan korban pelecehan seksual mengalami kondisi 'freeze' alias beku ketika peristiwa itu terjadi. (Shutterstock)

Ketika seseorang berada dalam situasi yang mengancam, otak secara otomatis memutuskan bagaimana merespons bahaya tersebut. Respons "freeze" sering kali terjadi pada korban kekerasan seksual, terutama jika mereka merasa melawan atau melarikan diri nggak mungkin dilakukan.

Dalam kondisi ini, korban merasa tubuhnya seolah-olah lumpuh, nggak mampu bergerak, atau mengeluarkan suara, meskipun mereka sadar sepenuhnya akan apa yang sedang terjadi.

Respons ini adalah mekanisme biologis yang dirancang untuk melindungi tubuh dari ancaman lebih lanjut. Namun, masyarakat yang kurang memahami fenomena ini cenderung melihat diamnya korban sebagai tanda penerimaan, bukan sebagai bentuk respons trauma.

Ketika pelaku memiliki keterbatasan fisik, masyarakat sering kali menggunakan hal ini untuk meragukan kesaksian korban. Padahal, kekerasan seksual nggak selalu bergantung pada kekuatan fisik semata. Pelaku dapat menggunakan intimidasi, manipulasi, atau bahkan kondisi lingkungan untuk membuat korban merasa nggak berdaya. Selain itu, kekerasan seksual adalah kejahatan yang didorong oleh keinginan untuk mendominasi, bukan sekadar masalah fisik.

Berhenti Menyalahkan Korban

Stigma yang meragukan korban justru membuat mereka enggan melaporkan kasus yang dialami. Bukannya mendapat dukungan, korban sering kali menghadapi tekanan sosial yang membuat trauma mereka semakin mendalam. Padahal, tugas masyarakat adalah berpihak pada korban dengan memberikan dukungan moral dan memperjuangkan keadilan.

Ketimbang fokus pada kondisi pelaku, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa tindakan kekerasan seksual adalah kejahatan yang nggak bisa dibenarkan dalam kondisi apa pun. Dengan memberikan empati kepada korban dan mengedukasi diri mengenai trauma, kita bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan adil bagi semua orang.

Mari berhenti mempertanyakan mengapa korban nggak melawan. Sebaliknya, mulailah bertanya: apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung mereka dan mencegah hal ini terjadi lagi? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: