BerandaHits
Sabtu, 29 Nov 2024 15:36

Mengapa Hari AIDS Sedunia Identik dengan Pita Merah?

Mengapa pita merah menjadi simbol untuk AIDS? (via CNN)

Pita merah menjadi simbol ikonik Hari AIDS Sedunia, melambangkan cinta, solidaritas, dan harapan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHIV). Diperkenalkan pada 1991, simbol ini mengajak dunia untuk bersatu melawan stigma, meningkatkan kesadaran, dan mendukung perjuangan menuju akhir epidemi HIV/AIDS.

Inibaru.id - Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember memiliki simbol kuat berupa pita merah. Simbol ini tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga menyampaikan pesan solidaritas kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) di seluruh dunia.

Lalu, bagaimana pita merah ini menjadi ikon yang begitu melekat pada peringatan Hari AIDS Sedunia?

Asal-Usul Pita Merah

Pita merah pertama kali diperkenalkan pada tahun 1991 oleh Visual AIDS, sebuah organisasi seniman di New York, Amerika Serikat, yang peduli terhadap isu HIV/AIDS. Pada masa itu, stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV sangat tinggi. Para seniman ini ingin menciptakan simbol yang sederhana namun bermakna mendalam untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS sekaligus memberikan dukungan kepada mereka yang terdampak.

Warna merah dipilih karena melambangkan cinta, semangat, dan kekuatan, tetapi juga mengingatkan pada darah, sebagai cara utama penularan HIV. Bentuk pita yang dilipat menggambarkan solidaritas dan perhatian kepada ODHIV, sekaligus menyampaikan pesan harapan bahwa bersama-sama, HIV/AIDS dapat ditanggulangi.

Makna Simbol Pita Merah

1. Kesadaran dan Dukungan

Pita merah bermakna kesadaran dan dukungan terhadap ODHIV. (Alodokter)

Pita merah mengingatkan masyarakat akan pentingnya kesadaran terhadap HIV/AIDS. Memakainya menunjukkan dukungan kepada ODHIV dan komitmen untuk melawan stigma yang sering mereka alami.

2. Solidaritas Global

Pita merah adalah simbol persatuan di seluruh dunia dalam menghadapi HIV/AIDS. Dengan mengenakan pita ini, orang-orang menunjukkan bahwa mereka bersama dalam perjuangan melawan penyakit ini, tanpa memandang latar belakang atau status sosial.

3. Harapan untuk Masa Depan

Simbol ini juga membawa pesan harapan bahwa HIV/AIDS bukanlah akhir. Dengan edukasi, pengobatan, dan dukungan sosial, ODHIV dapat hidup sehat dan produktif.

Pita Merah dan Hari AIDS Sedunia

Setiap Hari AIDS Sedunia, pita merah menjadi aksesori utama yang dipakai oleh berbagai kalangan, mulai dari individu, organisasi, hingga pemimpin dunia. Kementerian kesehatan, aktivis, dan masyarakat umum menggunakan simbol ini dalam kampanye, acara, dan media untuk meningkatkan kesadaran dan membangkitkan semangat kolektif dalam mengakhiri epidemi HIV/AIDS.

Meski pita merah adalah simbol yang kuat, penting bagi kita untuk melangkah lebih jauh. Mendukung ODHIV bukan hanya tentang mengenakan pita, tetapi juga memberikan dukungan nyata, seperti memperjuangkan layanan kesehatan yang inklusif, melawan diskriminasi, dan menyebarkan edukasi yang benar tentang HIV/AIDS.

Pita merah mengajarkan kita bahwa di balik angka statistik dan laporan medis, ada manusia yang membutuhkan cinta, dukungan, dan harapan. Mari kita jadikan simbol ini sebagai pengingat untuk terus berkontribusi dalam upaya global melawan HIV/AIDS. Ingat ya, yang perlu dilawan adalah penyakitnya, bukan orangnya. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024

Bagaimana Sebaiknya Dunia Pariwisata Menghadapi Kebijakan PPN 12 Persen?

23 Nov 2024

Asal Mula Penamaan Cepogo di Boyolali, Terkait Peralatan Dapur

23 Nov 2024

Mengapa Warna Bangunan di Santorini Dominan Putih dan Biru?

23 Nov 2024

Kekerasan pada Perempuan; Siapa yang Salah?

23 Nov 2024

Wejangan Raden Alas: Warga Blangu, Sragen Dilarang Beristri Dua

23 Nov 2024

Alokasi Ditambah, Serapan Pupuk Bersubsidi di Jawa Tengah Capai 60,23 Persen

23 Nov 2024

Menguak Sejarah dan Alasan Penamaan Tulungagung

24 Nov 2024