BerandaHits
Jumat, 12 Agu 2021 16:30

Ketimbang Meruntuk, Mari Berbagi untuk Mereka yang Sedang Isoman!

Ilustrasi: Berbagi selama pandemi. (Inibaru.id/Bayu N)

Pandemi Covid-19 telah berimbas pada banyak hal, mulai dari mental, fisik, hingga finansial. Kita jadi mudah marah dan meruntuk. Nah, biar nggak berlarut-larut, kembali ketuk hati dengan berbagi, yuk, seperti orang-orang ini!

Inibaru.id - Hampir tiap hari pelantang masjid melantunkan innalillahi. Sembari menghela napas, hampir tiap hari saya bertanya: Nama siapa lagi yang bakal disebut kali ini? Nggak hanya saya, situasi semacam ini agaknya juga dirasakan hampir sebagian besar orang.

Pandemi Covid-19 memang telah merenggut banyak hal. Kalau bukan nyawa, bisnis yang tumbang. Jika fisik kuat, mental yang nggak lagi bisa stabil menghadapi wabah yang telah berlangsung lebih dari setahun ini. Saya yakin, siapa pun mengalaminya, terlebih masyarakat kecil.

Filsuf Yunani Aristoteles mengatakan, kodrat manusia adalah menjadi makhluk sosial . Namun, di saat-saat seperti ini, siapa yang mau jadi makhluk yang dikenal dengan istilah zoon politikon ini? Orang-orang tentu memilih "menyelamatkan diri", baik secara harfiah ataupun kiasan.

Semula, saya juga berpikir serupa. Namun, ternyata keliru. Di tengah karut-marut penanganan pandemi yang entah bakal dibawa ke mana ini, sebagian orang yang saya temui rupanya tetap memilih menempuh jalan kemanusiaan. Tanpa pamrih, mereka membuat berbagai gerakan sosial.

Bantuan Vitamin dan Sembako

Semarang Seduluran bagikan bantuan berupa kebutuhan sehari-hari kepada keluarga positif covid-19. (Inibaru.id/Bayu N)

Salah satu gerakan sosial yang belakangan banyak dibagikan teman-teman saya adalah "Semarang Seduluran". Gerakan ini diinisiasi enam orang yang merupakan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Tujuannya, menjulurkan tangan bagi orang-orang selama pandemi berlangsung.

Iis, salah seorang sukarelawan yang mengawali gerakan sosial ini mengatakan, fokus mereka saat ini adalah memberikan bantuan untuk orang-orang yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman) lantaran terpapar Covid-19. Bantuannya bermacam-macam, mulai dari sembako, vitamin, dan lain-lain.

“Kami juga sedang mencari sukarelawan yang mau mengantar korban Covid-19 ke rumah sakit,” tutur Iis yang saya temui sewaktu sedang melakoni "tugas"-nya di Semarang, belum lama ini.

Selain bantuan berupa barang, Semarang Seduluran juga berikan edukasi terkait Covid-19 kepada keluarga pasien isoman. (Inibaru.id/Bayu N)

Selain bantuan fisik, dengan latar belakang pendidikan mereka, para anggota Semarang Seduluran juga nggak berhenti memberi edukasi dan informasi seputar Covid-19 kepada "klien" mereka.

Oya, Semarang Seduluran dibentuk setahun silam, tepatnya pada Juli 2020. Hingga saat ini, Iis mengatakan, baru empat keluarga yang mendaftar sebagai korban pandemi dan membutuhkan bantuan. Padahal, informasi sudah disebar melalui berbagai media sosial, donasi yang terkumpul juga sudah cukup banyak.

“Entah karena malu atau apa, orang-orang enggan mengajukan diri, padahal saya yakin banyak orang di luar sana yang sedang isoman dan kesulitan, misalnya, untuk mencari makanan dan sebagainya,” ujar perempuan ramah tersebut.

Bubur Ayam Gratis

Cukup tunjukan hasil Swab melalui <i>WhatsApp, </i>pasien isoman bisa mendapatkan bubur gratis di warung bubur ayam Legenda. (Inibaru.id/Bayu N)

Terkadang seseorang enggan mengulurkan tangan untuk orang lain lantaran merasa dia nggak cukup mampu. Padahal, bantuan bisa berupa banyak hal. Kalau nggak punya uang, menawarkan apa yang kita jual untuk membantu mereka yang tengah isoman juga bisa dilakukan.

Kalau bingung gimana caranya, silakan tanya Romeo. Dialah pemilik kedai bubur ayam "Legenda" yang berlokasi di Jalan Brigjen Sudiarto, Pedurungan, Kota Semarang. Selama pandemi, dia turut melakukan aksi sosial dengan membagikan bubur gratis bagi orang-orang yang positif Covid-19.

“Sempat lihat berita, banyak yang meninggal waktu isoman, terus kepikiran, bubur kan lembut, pasti enak kalau buat makan mereka,” terang lelaki yang memulai aksinya pada 9 Juli 2021 tersebut.

Kini, hampir tiap hari dia mengaku membagikan sekitar 200-an porsi bubur kepada mereka yang tengah isoman. Syarat mendapatkan bubur memang nggak ribet. Cukup memesan via pesan singkat dengan melampirkan foto hasil tes positif PCR atau antigen, pasien isoman sudah bisa memesan melalui ojol.

Kendati nggak menuntungkan dari segi bisnis, Romeo mengaku nggak keberatan melakukan aksi tersebut tiap hari. Dia senang karena bisa berguna bagi orang lain.

"Kondisi genting seperti ini merupakan saat yang tepat bagi masyarakat untuk saling membantu," ujarnya ringan, menutup obrolan kami yang berlangsung di rumahnya baru-baru ini.

Mendengar cerita Romeo, saya jadi ingat Aristoteles yang mengatakan bahwa manusia berbeda dengan hewan karena kita bermasyarakat, yang berarti saling membantu, mendukung, dan memanusiakan. Ketimbang terus-menerus meruntuk, berbagi untuk mereka yang sedang isoman saja, yuk! (Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024