BerandaHits
Kamis, 2 Jul 2025 19:18

Ketika Sukses Membutakan Hati; Mengulik Fenomena 'From Zero to Hero Syndrome'

Banyak perempuan yang menemani pasangan dari nol justru ditinggalkan setelah sukses. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Menemani pasangan dari nol nggak selalu berujung bahagia. From Zero to Hero Syndrome menjadi fenomena ketika pasangan yang dulu setia mendukung justru dilupakan setelah sukses. Tapi hubungan seperti ini sebenarnya bisa dicegah dengan komunikasi jujur, kemandirian finansial, dan saling menghargai.

Inibaru.id - Menemani pasangan dari titik nol terdengar seperti cerita manis yang bikin hati hangat. Banyak perempuan rela berdiri di belakang laki-laki yang sedang merintis karier, membangun usaha, atau berjuang meraih mimpinya. Mereka nggak cuma hadir sebagai penyemangat, tapi juga jadi sandaran emosional, bahkan penopang finansial.

Kalimat "di balik lelaki sukses ada perempuan di belakangnya", tentu familiar di telinga. Namun, nggak sedikit kisah yang justru berakhir pahit. Saat pasangan sudah “naik level”, justru perempuan yang dulu setia mendampingi ditinggalkan begitu saja. Fenomena ini dikenal sebagai From Zero to Hero Syndrome.

Pertanyaannya, kenapa seseorang bisa begitu gampang melupakan orang yang setia menemani dari awal?

Salah satu penyebabnya adalah perubahan identitas diri setelah sukses. Rasa percaya diri yang tiba-tiba melonjak sering membuat seseorang merasa berhak menjajal pengalaman baru, termasuk hubungan baru yang lebih sesuai dengan “status barunya”. Lingkungan pergaulan juga berubah ketika lingkaran sosial lebih luas dan lebih mapan, godaan pun makin banyak.

Selain itu, ada perbedaan ekspektasi yang sering nggak disadari. Pihak yang mendampingi merasa pengorbanan itu akan berbuah komitmen jangka panjang. Sementara pasangannya hanya menganggap dukungan tersebut sebagai bagian dari dinamika relasi yang nggak harus dibayar dengan ikatan permanen. Pengorbanan mereka hanya dianggap batu loncatan.

Psikolog Klinis Adelia Octavia Siswoyo dan Melisa, M.Psi. menyebut, narasi budaya patriarki juga turut menyumbang tekanan. Stereotip laki-laki harus “lebih” dari pasangan dan perempuan baik harus mau berkorban demi pasangannya membuat banyak perempuan rela menomorsatukan orang lain, kadang tanpa memastikan dirinya dihargai.

Bisakah Dicegah?

Fenomena ini muncul akibat cinta yang nggak seimbang. (Freepik)

Fenomena ini nggak cuma menyebalkan, tapi juga merugikan perempuan. Tapi apakah fenomena ini bisa dicegah? Jawabannya: bisa, meski tentu nggak ada jaminan seratus persen.

Meski begitu, berikut beberapa cara agar kamu nggak terjebak dalam pola relasi yang merugikan:

1.       Komunikasi terbuka sejak awal

Diskusikan ekspektasi dan arah hubungan. Jangan takut bertanya, “Setelah sukses nanti, hubungan ini mau dibawa ke mana?”

2.       Tetap mandiri secara finansial

Perempuan yang punya penghasilan sendiri biasanya lebih kokoh jika relasi berakhir. Mereka nggak tergantung secara ekonomi, sehingga lebih leluasa mengambil keputusan.

3.       Bangun harga diri yang sehat

Penting untuk tahu nilai dirimu nggak diukur dari seberapa banyak kamu berkorban. Kamu berhak dicintai bukan hanya sebagai “pendukung”, tapi sebagai individu yang setara.

4.       Jaga kemandirian emosional

Punya support system di luar pasangan seperti keluarga, teman, atau komunitas sehingga membuatmu nggak merasa dunia runtuh jika hubungan kandas.

5.       Apresiasi dan pengakuan

Kalau kamu yang berada di posisi “dibantu”, jangan lupa memberi penghargaan tulus atas peran pasangan. Pengakuan bukan sekadar formalitas, tapi cara menjaga kepercayaan.

Fenomena From Zero to Hero Syndrome menjadi pengingat bahwa hubungan nggak bisa hanya berdiri di atas pengorbanan sebelah pihak. Hubungan yang sehat tumbuh dari komunikasi jujur, penghargaan setara, dan kemandirian yang membuat kedua pihak merasa utuh.

Kalau kamu sedang mendampingi seseorang merintis mimpi, yuk pastikan relasimu dibangun dengan kesepakatan dan saling menghormati, Millens. Karena kamu pantas jadi pasangan, bukan sekadar penonton dalam cerita sukses orang lain. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: