Inibaru.id – Harga minyak goreng memang sudah diputuskan untuk turun oleh pemerintah. Namun, realitanya kini minyak goreng semakin sulit didapatkan. Hal ini sangatlah ironis mengingat Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Logikanya, kalau kita bisa memproduksi minyak sawit, yang merupakan bahan utama dari minyak goreng, terbanyak di seluruh dunia sejak 2006, seharusnya kita nggak perlu pusing memikirkan soal harga minyak goreng atau stok ketersediannya. Realitanya, Indonesia malah mengalaminya dalam beberapa minggu belakangan.
Masalahnya, meski Indonesia memproduksi sawit sampai 43,5 juta ton per tahun dan menyumbang devisa ekspor paling tinggi di Tanah Air, kebanyakan perkebunan kelapa sawit berskala besar dimiliki oleh orang-orang dari negara lain, tepatnya Malaysia dan Singapura.
Menurut data dari Kementerian Investasi/Badan koordinasi Penanaman Modal (BPKM), disebutkan kalau investasi dari Malaysia di perkebunan sawit Indonesia mencapai 15,8 persen. Singapura malah lebih banyak lagi, yakni mencapai 53,7 persen, Millens.
Lantas, apakah itu alasan yang membuat Indonesia nggak bisa mengatur harga sawit sendiri? Kalau yang ini, penyebabnya adalah harga sawit dikendalikan oleh Bursa Malaysia Derivatives (BMD). Dari namanya saja, kita bisa tahu kan di mana lokasinya?
Selain di BMD, harga sawit yang dijual di Tanah Air juga berdasarkan bursa komoditas yang ada di negara yang sebelumnya selama ratusan tahun menduduki Nusantara, yakni Belanda, tepatnya di Kota Rotterdam.
Kok bisa begitu? Jadi penyebabnya adalah adanya kontrak berjangka CPO yang ada di BMD untuk menghargai hasil panen kelapa sawit di Indonesia. Kontrak ini berlaku di sana karena sebelum digusur oleh Indonesia pada 2006, Malaysia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Menariknya, meski kini status produsen nomor 1 sudah pindah, BMD tetap jadi penentu harga sawit global. Maklum, bursa ini sudah ada sejak Oktober 1980 dan jadi acuan banyak negara soal harga sawit. Alhasil, sampai sekarang, sawit diperjual-belikan dengan mata uang Dollar AS serta Ringgit Malaysia.
Omong-omong, Indonesia dan Malaysia adalah duo produsen sawit terbesar di dunia yang mampu memenuhi 90 persen kebutuhan sawit sejagat. Seharusnya, fakta ini bisa membuat kita lebih baik dalam mengendalikan harga atau ketersediaan minyak goreng ya. Nyatanya, kita malah sedang mengalami masalah tersebut hingga cukup parah.
Hm, kalau di tempatmu, apakah sudah bisa dengan mudah mencari minyak goreng dengan harga lebih terjangkau, Millens? (Kom/IB09/E05)