BerandaHits
Kamis, 8 Jan 2025 11:03

Hari Ketiga Program Makan Bergizi Gratis: Evaluasi dan Masukan agar Lebih Baik

Banyak anak yang mengeluh makanan bergizi gratis yang diberikan rasanya nggak enak. (Okezone)

Sudah berjalan tiga hari, Program Makan Bergizi Gratis di beberapa daerah mendapatkan banyak evaluasi dan masukan. Apa saja yang sebaiknya diperbaiki oleh pemerintah untuk menjalankan program ini?

Inibaru.id - Hari ini, Rabu, 8 Januari 2025 merupakan hari ketiga berjalannya program makan bergizi gratis (MBG) di beberapa wilayah di Indonesia. Meski masih tergolong singkat, program yang diperuntukkan kepada anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui ini sudah menuai banyak kritik yang tentu saja bisa dijadikan bahan evaluasi.

Kritik yang paling banyak adalah tentang jenis makanan dan kualitas rasa. Banyak anak sekolah yang mengeluh jenis lauk yang disajikan bukanlah lauk yang mereka suka sehingga makanan nggak dihabiskan. Di samping itu, kualitas makanan yang disajikan disebut sudah nggak fresh lagi.

"Sayur bayam seperti sudah basi, agak asam rasanya. Terus, semangkanya juga sudah agak asam," terang Faris, salah seorang siswa kelas 5 SDN Susukan 01, Ciracas saat menceritakan pengalaman hari pertama program MGB, dinukil dari Kompas, Rabu (8/1).

Cerita-cerita seperti yang diungkapkan Fariz tersebut nggak bisa diabaikan. Nyatanya, program MBG yang dilaksanakan di daerah lain juga diwarnai dengan keluhan akan rasa makanan. Selain itu, ada pula keluhan mengenai waktu pengantaran makanan yang mepet dengan jam sarapan di rumah atau pulang sekolah, bahkan mengurangi waktu belajar.

Masih Banyak Evaluasi

Makanan yang diberikan harus memenuhi standar gizi yang dibutuhkan anak-anak. (Istimewa)

Jumlah penerima program makanan bergizi gratis sangatlah banyak. Maka dari itu, elemen terpenting dalam program ini adalah standar kualitas makanan yang diterima. Jika ada standardisasi, nutrisi bakal tetap terjaga meski dibagikan di berbagai wilayah.

Selain itu, juru masak yang terlibat juga harus memiliki kualifikasi yang terstandardisasi sehingga dapat menghasilkan masakan yang memenuhi standar gizi dan juga K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Ketua Asosiasi Juru Masak Indonesia (AJMI), Chef Erick A Riadh menjelaskan bahwa keinginan pemerintah untuk memberikan makanan bergizi gratis harus diimbangi dengan kesiapan juru masak yang memenuhi standar dan memahami proses pengolahan pangan agar program pemerintah tersebut dapat memberikan manfaat yang sesuai dalam meningkatkan gizi anak-anak Indonesia dan mengurangi angka stunting.

“Gizi seimbang harus diberikan kepada anak sejak dini, dan juru masak punya peran penting dalam menyediakan menu makan bergizi yang memenuhi standar higienis,” ucap Erick.

Sementara itu, pengamat kebijakan publik, Trubus Rahadiansyah menilai program MBG perlu dievaluasi secara menyeluruh, terutama dalam hal tata kelola dan pelaksanaannya. Dia mengusulkan agar penyediaan makanan nggak lagi dilakukan oleh katering, tetapi melibatkan komunitas lokal, seperti ibu-ibu PKK atau pengelola kantin sekolah.

"Tapi kalau misalnya yang masak itu orang sekitar sekolah atau di daerah itu sendiri saya rasa ini kan sudah bisa terukur. Itu sesuai yang penting standar gizinya memenuhi. Jadi tidak pakai katering lagi," jelas Trubus.

Dengan melibatkan orang-orang sekitar sekolah, menurutnya, menu dapat lebih menyesuaikan dengan selera anak-anak. Jika menunya sehat, kondisi masih segar saat dibagikan, dan jenis olahan sesuai dengan selera anak, maka kemungkinan makanan akan dihabiskan jadi lebih besar.

Nah, mumpung masih berjalan beberapa hari, pemerintah hendaknya terus melakukan evaluasi untuk memperbaiki jalannya program andalan Presiden Prabowo Subianto ini. Agenda besar ini memang perlu upaya perbaikan secara bertahap. Jika program MBG ini berjalan sesuai target, bukan nggak mungkin gizi anak-anak Indonesia akan berangsur-angsur membaik. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025