Inibaru.id - Kalau kamu pernah jatuh, keseleo, atau sekadar pegal-pegal, besar kemungkinan kamu pernah dibaluri minyak gosok legendaris ini. Yap, Minyak Tawon. Tapi, tahukah kamu kalau minyak ini ternyata nggak mengandung tawon sama sekali?
Meski bernama “Minyak Tawon”, produk yang satu ini sama sekali nggak berasal dari serangga penyengat itu. Justru, nama tersebut baru muncul belakangan, jauh setelah minyaknya diracik pertama kali pada 6 Desember 1912 oleh seorang perantau Tionghoa bernama Lie A Liat di Makassar.
Makassar pada awal abad ke-20 adalah kota dagang yang ramai. Di tengah hiruk pikuk perdagangan, Lie A Liat yang ahli meramu minyak gosok mencoba peruntungannya dengan membuat minyak herbal dari bahan-bahan alami seperti minyak kelapa, kayu putih, cengkeh, jahe, kunyit, hingga bawang.
Awalnya, minyak ini dinamai To Boo Loeng, bukan Minyak Tawon. Lie A Liat memasarkan produknya ke pedalaman Sulawesi, lalu menembus pasar Batavia dan Surabaya, dua kota pelabuhan penting pada masa Hindia Belanda. Popularitasnya pun melejit dari mulut ke mulut, dari satu keluarga ke keluarga lainnya.
Baru pada 1984, setelah diwariskan ke anak dan cucunya, nama Cap Tawon resmi digunakan. Ikon botol kaca bening dengan tutup merah pun makin dikenal sebagai “penyelamat” saat badan terasa nyeri atau digigit serangga. Tapi kenapa tawon? Nggak dijelaskan pasti, tapi bisa jadi karena tawon dianggap tangguh dan ‘menyengat’ seperti sensasi hangat dari minyak ini saat dioleskan.
Kini, Minyak Tawon diproduksi oleh PT Tawon Jaya Makassar dan masih dijalankan oleh keluarga pendirinya. Eddy Mattualy, cucu dari Lie A Liat, adalah generasi ketiga yang terus menjaga kualitas racikan keluarga. Dia bahkan sudah menyiapkan generasi penerus yaitu anaknya, Yupic. Sejak kecil dia sudah dikenalkan dengan aroma khas minyak ini.
Baca Juga:
Mengapa Disebut Sebagai Minyak TelonYang menarik, filosofi kekeluargaan terasa kental dalam bisnis ini. Karyawan dianggap bagian dari keluarga, bahkan mereka yang sudah lanjut usia tetap diberi ruang untuk bekerja meski hanya paruh waktu. “Mereka menolak pensiun karena merasa usaha ini seperti rumah kedua,” ujar Eddy.
Minyak Tawon bukan sekadar produk herbal, tapi juga simbol konsistensi, ketekunan, dan nilai-nilai kekeluargaan yang ditanam kuat selama lebih dari satu abad.
Menarik ya? Apa kamu juga menyediakan minyak legend ini di rumah, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)
