BerandaHits
Senin, 20 Mar 2022 13:00

Efek Samping Penggunaan Lensa Kontak yang Perlu Diwaspadai

Ada risiko yang nggak bisa dianggap remeh dari penggunaan lensa kontak. (Health Care via Okezone)

Di balik keindahan lensa kontak, ada juga beberapa risiko dan efek samping yang harus kita waspadai. Lensa kontak tetap saja “benda asing” yang ditempelkan pada kornea. Bagian ini berada di depan mata dan sangat penting untuk penglihatan. Ketika lensa kontak secara konstan berada di mata, sederet dampak mungkin saja dialami.

Inibaru.id - Dibanding mengenakan kacamata, beberapa orang memilih memakai lensa kontak. Bukan cuma untuk membantu penglihatan agar lebih baik, lensa kontak juga dapat menunjang penampilan. Jadi, wajar saja seseorang menjadi lebih percaya diri ketika memakainya.

Apalagi, mengenakan kacamata nggak senyaman yang terlihat. Pegal di hidung dan telinga menjadi "makanan" sehari-hari orang-orang berkacamata. Tapi, kelemahan pemakaian kacamata nggak serta merta membuat lensa kontak nihil efek samping ya.

Bagaimanapun, lensa kontak tetaplah benda asing yang menempel pada mata. Kornea, tempat lapisan tipis bulat ini ditempelkan bakal terkena dampaknya cepat atau lambat. Secara keseluruhan, mata juga terkena efek sampingnya.

Informasi berikut barangkali bakal berguna buat kamu yang sehari-hari menggunakan lensa kontak baik itu sebagai ganti kacamata atau sekadar gaya-gayaan. Yuk, simak apa saja efek samping penggunaan lensa kontak di bawah ini!

1. Mata kering

Gangguan yang mungkin muncul ketika menggunakan lensa kontak adalah mata kering. Keberadaan lensa kontak dapat mempengaruhi produksi air mata sehingga mata terasa kering. Selain sebagai pelumas, air mata juga berfungsi untuk membersihkan mata dari debu dan kotoran.

FYI, lensa kontak bakal menyerap air mata yang seharusnya menjadi pelumas. Bahkan, semakin tinggi kadar air dalam lensa kontak, semakin banyak pula air mata yang diserap. Nah, beberapa gejala mata kering adalah merah, sepat, atau seperti ada sesuatu yang mengganjal.

Jangan abaikan ya kalau kamu sudah merasakan gejala-gejala di atas karena dapat menyebabkan infeksi.

2. Infeksi kornea

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, infeksi kornea bisa terjadi karena mata kering yang parah. Yap, kondisi ini serius karena daya pertahanan mata sudah sangat menurun. Infeksi ini umumnya disebabkan kuman Pseudomonas, jamur, atau Acanthamoeba. Jangan salah, kamu butuh pengobatan yang lama buat sembuh.

3. Reaksi alergi

Mata merah bisa jadi menjadi indikasi gejala infeksi karena penggunaan lensa kontak. (Sharp via Kompas)

Reaksi ini diakibatkan oleh bahan-bahan kimia yang banyak terkandung pada cairan lensa kontak. Jika mata kita terpapar zat asing tersebut, akan menyebabkan mata menjadi merah, bengkak, gatal, berair, dan terasa perih.

4. Refleks kornea berkurang

Dilansir dari Insight Vision Center, sering menggunakan lensa kontak bisa menyebabkan refleks kornea mata berkurang. Sebab, ketika lensa kontak dipakai secara konstan, tubuh seolah diajari untuk mengabaikan refleks kornea alami. Ini juga dapat menumpulkan respons mata terhadap refleks kornea yang bisa menyebabkan kerusakan mata.

Dampaknya, mata kurang mampu menutup mata dengan cepat jika terjadi suatu bahaya. Karena itu, gunakanlah lensa kontak seminimal mungkin.

5. Gangguan terhadap otot kelopak mata

Penggunaan lensa kontak juga berisiko terhadap kondisi kelopak mata. Salah satunya, yaitu gangguan terhadap otot kelopak mata. Jika dilihat, orang yang terlalu sering menggunakan lensa kontak tampak memiliki kelopak atas terkesan lebih rendah dan mata tampak mengecil.

6. Kekurangan oksigen (Hypoxia)

Lensa kontak yang berada langsung di mata dan menutupi seluruh kornea membuat jumlah oksigen yang mencapai mata akan berkurang. Padahal pasokan oksigen sangat penting untuk menjaga kesehatan mata.

Menggunakan lensa kontak untuk berbagai keperluan memang nggak dilarang, tapi perlu bersikap bijak. Ada baiknya kamu berkonsultasi ke dokter mata jika pengin memakainya. Ini semua demi kesehatanmu sendiri kok, Millens. (Kom/MG44/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024