BerandaHits
Minggu, 14 Jun 2025 14:26

Diwarnai Penolakan dan Deportasi, Global March to Gaza Akan Digelar Besok!

Para aktivis dari Tunisia tengah bersiap mengikuti Global March to Gaza. (Tunisia Land Convoy)

Meski diwarnai penolakan dan deportasi, Global March to Gaza diperkirakan akan tetap digelar besok, Minggu (15/6/2025). Dalam aksi internasional tersebut, turut hadir sekurangnya 10 WNI yang diinisiasi aktor dan pengusaha hijab Zaskia Adya Mecca.

Inibaru.id - Heri Susanto merinding menyaksikan orang-orang yang saat ini mulai berdatangan ke Mesir untuk mengikuti Global March to Gaza yang sejatinya akan digelar besok, Minggu (15/6/2025) waktu setempat. Jika memungkinkan, dia sejatinya ingin mengikutinya juga.

"Iya, pengin ikut. Setahu saya, dari Indonesia, ada sekitar 10 orang yang memastikan untuk ikut aksi kemanusiaan itu. Mereka sudah berangkat 12 Juni lalu, tapi sepertinya kena masalah administrasi atau gimana gitu. Belum ada kejelasan," terangnya, Sabtu (14/6).

Sebagai seorang Muslim, Heri mengaku sedih melihat para saudara seimannya mengalami kelaparan dan kesulitan untuk hidup layak. Terlepas adanya konflik yang tengah berkecamuk di Palestina, dia menilai nggak seharusnya ruang untuk kemanusiaan juga ditutup.

"Kemarin saya sempat baca Greta Thunberg (aktivis kemanusiaan asal Swedia) juga dideportasi ke Prancis saat melakukan aksi solidaritas dan membawa bantuan kemanusiaan dengan berlayar menuju Gaza. Geregetan rasanya!" geram lelaki 40 tahun yang beberapa kali menggelar aksi donasi untuk Palestina ini.

Peserta dari Indonesia

Lebih dari 7.000 aktivis dari 54 negara diperkirakan telah berkumpul di Kairo, Mesir, sejak 12 Juni 2025 untuk menempuh long march sejauh 50 kilometer menuju Gerbang Rafah, pintu masuk Gaza.

Di antara mereka, ada sekitar 10 orang WNI yang rencananya akan turut serta dalam aksi solidaritas sebagai bentuk dukungan kemanusiaan terhadap penduduk Palestina, termasuk di dalamnya adalah aktor dan pengusaha hijab Zaskia Adya Mecca.

"Kita mayoritas Muslim, tapi belum ada yang hadir dalam gerakan ini. Saat tahu itu, aku merasa malu. Kalau bisa berbuat sesuatu, kenapa harus diam?" ujar Zaskia yang diyakini sebagai inisiator dari Indonesia, pada Jumat (15/6).

Selain perempuan berhijab tersebut, turut serta dalam aksi ini adalah para selebritas dan aktivis seperti Ratna Galih, Wanda Hamidah, Hamidah Rachmayanti, Indadari Mindrayanti, Irfan Farhad, Hemy Sution, Nur Aminah, Tandya Rachmat Sampurna, dan Muhammad Hibatur Rahman.

Paspor Disita dan Dideportasi

Global March to Gaza adalah sebuah gerakan damai yang digagas oleh koalisi internasional yang berasal dari sedikitnya 32 negara, yang terdiri atas serikat pekerja, kelompok aktivis HAM, dan LSM. Tujuannya adalah menuntut dibukanya kembali perbatasan Rafah oleh Mesir dan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Mereka akan berjalan dari Al-Arish, Mesir, ke Gerbang Rafah mulai 15 Juni 2025. Bukan untuk menerobos, tapi memberikan tekanan moral dan diplomatik agar akses bantuan kembali dibuka. Namun, aksi ini sepertinya akan menghadapi kendala serius.

Para peserta aksi Global March to Gaza dari Indonesia. (Kitabisa via Inilah)

Sejumlah aktivis dilaporkan ditahan dan paspor mereka disita saat berada di titik check point Ismailia, Mesir, kendati pihak penyelenggara mengklaim telah berkoordinasi dengan otoritas Mesir. Selain itu, lebih dari 200 aktivis ditahan dari bandara hingga hotel di Kairo.

Setidaknya 88 orang telah dideportasi ke berbagai negara termasuk Turki. Otoritas Mesir membenarkan tindakan ini dengan alasan keamanan nasional dan menegaskan bahwa pelaksanaan long march perlu izin resmi di wilayah sensitif seperti Sinai, dikutip dari AP, Sabtu (14/6).

Mengapa Aksi Dilakukan?

Para aktivis yang hadir dalam Global March to Gaza menilai, penolakan dan deportasi ini semakin menunjukkan betapa pentingnya aksi ini. Mereka menyoroti kondisi darurat kemanusiaan yang tengah terjadi di Gaza.

Sejak Israel memberlakukan blokade total pada 2 Maret, Gaza telah masuk dalam masalah serius. Krisis pangan, air, dan pasokan medis semakin parah dan meluas. Berbagai badan kemanusiaan melaporkan bahwa lebih dari 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi krisis pangan parah dan kelaparan akut.

Sistem kesehatan telah runtuh dan jumlah korban tewas sejak perang Israel dimulai pada Oktober 2023 telah melampaui 54.000.

"Kita tengah menjalani momen bersejarah. Apa yang terjadi di Gaza adalah ujian kemanusiaan kita," kata Saif Abukeshek, aktivis International Coalition Against the Israeli Occupation, organisasi yang mengoordinasi Global March to Gaza pada Sabtu (7/6), dikutip dari kantor berita Al-Ahram.

Apakah Akan Dihentikan?

Menurut situs resmi Global March to Gaza, aksi tetap dijadwalkan mulai 15 Juni, dengan titik kumpul awal di Al-Arish, Sinai, dan long march selama beberapa hari menuju Rafah. Diperkirakan akan ada lebih dari 4.000 orang yang ikut serta, dengan fokus utama aksi damai menuntut akses kemanusiaan permanen ke Gaza.

Selain dari Mesir, di sisi barat, pada 9 Juni telah diberangkatkan Soumoud Convoy, iring-iringan kemanusiaan dari Tunisia melalui Libya menuju Rafah untuk mendukung gelombang aksi long march. Sekitar 1.000–1.500 peserta telah bergabung dan akan bergerak ke Mesir untuk bertemu delegasi lainnya.

Global March to Gaza menghidupkan kembali obrolan global yang acap dicibir dunia dan dianggap sebagai "aktivisme media sosial" semata. Lantas, bisakah warga sipil mendorong perubahan terhadap kebijakan kemanusiaan dunia? Jika berhasil, tentu saja bukan mereka yang menang, tapi kemanusiaan!

Kalau punya kesempatan, maukah kamu mengikuti aksi semacam ini, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: