BerandaHits
Sabtu, 20 Sep 2024 17:58

Beras Lebih Mahal 20 Persen dari Harga di Pasar Global, tapi Petani Nggak Menikmati

Harga beras di Indonesia lebih mahal dari harga beras di pasar global. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Produksi beras nasional yang mencapai lebih dari 31 juta ton pada 2023 lalu masih nggak cukup bikin harga beras di Indonesia turun. Bahkan, dibanding harga beras di pasar global, beras kita 20 persen lebih mahal. Apa penyebabnya?

Inibaru.id – Dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan mampu memroduksi berbagai sumber pangannya, nyatanya nggak semua warga Indonesia bisa dengan mudah mendapatkan makanan bergizi. Bahkan, untuk mendapatkan beras murah saja sulit. Hal ini dibuktikan dengan data yang dikuak Bank Dunia, yaitu harga beras di Indonesia lebih mahal 20 persen dari harga di pasar global.

Menurut data dari BPS pada 2023 lalu, luas panen padi di Indonesia mencapai 10,21 juta hektare dengan total produksi beras mencapai 31,10 juta ton. Tapi, dengan jumlah produksi beras yang melimpah ini, ternyata nggak cukup untuk membuat harga beras di Indonesia jadi lebih murah. Bahkan, kalau menurut Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Carolyn Turk, harga beras di sini paling mahal se-Asia Tenggara!

“Faktor tingginya harga beras bisa karena beberapa hal, termasuk kebijakan pemerintah yang berimbas pada naiknya harga beras dan mengurangi daya saing pertanian,” ungkap Turk saat menghadiri Indonesia International Ricce Conference (IIRC) 2024 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Jumat (20/9/2024).

Nggak Dinikmati Petani

Sayangnya, meski harga beras mahal, nyatanya petani di Indonesia nggak bisa mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Inilah yang dikuak dalam Survei Pertanian Terpadu yang dibuat Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut mengungkap bahwa pendapatan per tahun petani hanyalah 341 Dolar AS atau sekitar Rp 5,2 juta alias nggak sampai Rp15 ribu per hari!

“Petani nggak mendapatkan keuntungan, tapi konsumen justru harus membayar mahal untuk beras,” keluh Turk.

Meski harga bears mahal, petani nggak mendapatkan keuntungan. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Artinya, baik itu dari sisi petani maupun masyarakat yang membeli beras, nggak ada yang diuntungkan dari hal ini. Petani nggak mendapatkan uang yang cukup untuk mendapatkan sumber makanan bergizi sehari-hari. Begitu pula dengan masyarakat yang nggak selalu bisa mendapatkan bahan makanan sehat seperti telur, sayuran, ikan, dan daging setiap hari karena harganya yang cukup tinggi.

Nggak percaya? Bank Dunia bahkan menyebut hanya 31 persen dari total populasi Indonesia yang mampu memenuhi bahan makanan-makanan bergizi tersebut, Millens. Ironis banget, ya?

Padahal, andai harga beras lebih murah atau setidaknya setara dengan harga di pasar global, masyarakat jadi punya opsi lebih baik untuk membeli makanan bergizi lainnya sehingga mampu membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Memangnya, apa sih yang bikin harga beras mahal di Indonesia? Kalau menurut Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional Rachmi Widriani, biaya produksi beras alias pertanian padi ternyata cukup tinggi. Artinya, untuk menurunkan harganya, pemerintah harus menerapkan kebijakan yang tepat agar biaya produksinya rendah, tapi petani bisa mendapatkan keuntungan, dan harga bears bisa tetap terjangkau.

“Semoga saja perbaikan dalam hal efisiensi produksi bisa dilakukan dan membuat produktivitas petani naik,” harap Rachmi.

Yap, nggak disangka ya ternyata harga beras di Indonesia jauh lebih mahal dari harga di pasar global. Kalau menurutmu, mungkin nggak ya harga beras bisa diturunkan? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT