BerandaHits
Minggu, 14 Sep 2024 16:34

Cara Mempraktikkan 'Gentle Parenting' Tanpa Membuat Anak Menjadi Lembek

Gentle parenting bukan berarti tanpa ketegasan. (Alodokter)

'Gentle parenting' nggak berarti membesarkan anak yang lembek atau nggak mandiri. Untuk itu, orang tua perlu menerapkan batasan yang jelas, mengajarkan tanggung jawab, membangun ketahanan emosional, mendorong kemandirian, dan menggunakan konsekuensi alami serta disiplin positif.

Inibaru.id - Gentle parenting adalah metode pengasuhan yang berfokus pada pendekatan penuh kasih sayang, komunikasi, dan rasa hormat terhadap anak. Metode ini menghindari hukuman fisik atau tekanan emosional.

Namun, banyak orang tua khawatir bahwa dengan mempraktikkan gentle parenting, anak mereka akan tumbuh menjadi lembek atau nggak mandiri. Untuk mengatasi kekhawatiran ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk tetap membesarkan anak yang tangguh, tanpa mengorbankan nilai-nilai kelembutan dan kasih sayang.

1. Tetap Tegas dengan Aturan

Gentle parenting bukan berarti nggak ada aturan. Orang tua harus tetap menetapkan batasan yang jelas dan tegas. Anak-anak membutuhkan struktur dan panduan dalam menjalani kehidupan. Namun, yang membedakan gentle parenting adalah cara menyampaikan aturan tersebut. Alih-alih menggunakan hukuman, kamu bisa menggunakan penjelasan dan diskusi untuk membantu anak memahami mengapa aturan itu penting.

Misalnya, ketika anak ingin bermain di luar batas waktu yang diizinkan, kamu bisa berkata, "Kita harus pulang sekarang karena sudah malam, dan istirahat itu penting agar tubuhmu tetap sehat dan bisa bermain lagi besok." Pendekatan ini mengajarkan anak pentingnya disiplin tanpa membuat mereka merasa dikontrol secara berlebihan.

2. Mengajarkan Tanggung Jawab

Ajari anak untuk mengerjakan tanggung jawabnya. (Alodokter)

Anak-anak perlu diajari tentang tanggung jawab sejak dini. Hal ini bisa dimulai dengan hal-hal kecil, seperti membereskan mainan mereka sendiri atau membantu tugas rumah tangga sesuai usia. Dengan begitu, mereka akan belajar arti tanggung jawab dan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka.

Gentle parenting mendukung proses ini dengan cara memotivasi anak untuk berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab tanpa paksaan atau ancaman. Ketika anak merasa didukung dan dihargai atas usahanya, mereka akan lebih termotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan baik.

3. Mengajarkan Ketahanan Emosional

Gentle parenting berfokus pada membangun kecerdasan emosional. Daripada meredam emosi anak atau memarahinya saat mereka marah atau sedih, bantu anak untuk mengenali dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sehat. Misalnya, ajari anak untuk berkata, "Aku merasa marah karena..." daripada mereka menangis atau mengamuk tanpa sebab yang jelas.

Ketika anak-anak diajarkan untuk memahami dan mengelola emosi mereka, mereka akan tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh secara emosional. Mereka belajar menghadapi tantangan tanpa melarikan diri atau menyerah dengan mudah, sebuah kualitas penting dalam kehidupan dewasa nanti.

4. Dorong Kemandirian

Salah satu kekhawatiran terbesar orang tua dalam gentle parenting adalah anak menjadi terlalu bergantung pada mereka. Untuk mencegah hal ini, dorong kemandirian anak dengan memberikan kebebasan yang sesuai dengan usianya. Misalnya, biarkan mereka memilih pakaian mereka sendiri, mengatur waktu belajar, atau memutuskan aktivitas yang mereka sukai. Beri mereka kesempatan untuk membuat keputusan dan belajar dari pengalaman.

Dengan memberikan anak-anak kesempatan untuk mandiri, mereka belajar bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri. Ini membangun rasa percaya diri yang kuat dan membuat mereka lebih siap menghadapi kehidupan secara mandiri.

5. Berikan Konsekuensi Alami

Alih-alih menggunakan hukuman keras, gentle parenting mengajarkan anak melalui konsekuensi alami dari tindakan mereka. Misalnya, jika anak nggak membereskan mainannya, mainan tersebut mungkin hilang atau rusak. Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa tindakan mereka memiliki akibat tanpa perlu dihukum secara berlebihan.

Konsekuensi alami ini nggak membuat anak merasa takut, melainkan memahami bahwa ada tanggung jawab dalam setiap tindakan yang mereka ambil.

6. Menanamkan Disiplin Positif

Disiplin nggak selalu berarti hukuman. Disiplin positif adalah cara untuk mengajarkan anak perilaku yang baik melalui pujian, penghargaan, dan penguatan positif. Ketika anak melakukan sesuatu yang benar atau menunjukkan perilaku yang baik, berikan pujian yang spesifik. Ini akan memperkuat perilaku positif mereka dan mendorong mereka untuk terus melakukannya.

Misalnya, jika anak berbagi mainan dengan teman, kamu bisa berkata, "Kamu sangat baik mau berbagi mainan. Mama/Papa bangga padamu." Anak akan merasa dihargai dan lebih cenderung mengulangi perilaku tersebut.

Intinya adalah memberikan dukungan dan kasih sayang sambil tetap mendorong anak untuk tumbuh menjadi individu yang tangguh dan bertanggung jawab. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT