Inibaru.id – Kenaikan harga sejumlah bahan bakar minyak (BBM) seperti Pertalite, Pertamax, dan Solar, bikin masyarakat semakin kesulitan. Bagaimana nggak, mereka kini semakin sulit memperhitungkan pengeluaran bahan bakar untuk perjalanan sehari-hari. Masalahnya, kesulitan mereka seperti nggak ada solusi karena realitanya, angkutan umum di Tanah Air masih belum memadai.
Di kota-kota besar di Indonesia, memang sudah tersedia sejumlah angkutan umum. Seperti yang kita tahu, di Jakarta ada jaringan transportasi yang lengkap seperti bus Trans Jakarta dan kereta rel listrik (KRL). Di kota lain seperti Semarang dan Yogyakarta, juga sudah ada jaringan bus yang menjangkau sampai ke kawasan pinggiran.
Tapi, belum semua tempat di wilayah-wilayah tersebut bisa dijangkau dengan transportasi umum ini, lo. Warga Semarang yang tinggal jauh dari pusat kecamatan misalnya, tetap kesulitan untuk mencapai halte terdekat yang melayani bus tersebut. Pada akhirnya, banyak dari mereka yang tetap memilih kendaraan pribadi untuk mencapai Kota Semarang yang berjarak sekitar 20-35 km.
Selain kesulitan menjangkau halte bus terdekat karena jarak rumah terlalu jauh, alasan lain mereka memilih tetap menggunakan kendaraan pribadi adalah waktu perjalanan. Masyarakat menilai menggunakan transportasi umum bakal memakan waktu lebih lama ketimbang menggunakan kendaraan pribadi.
Padahal jika dikalkulasi, biaya BBM yang dibutuhkan oleh kendaraan pribadi itu lebih besar ketimbang biaya tiket naik kendaraan umum. Hm, seandainya kendaraan umum mampu menjawab persoalan mereka ya.
Terjadi Juga di Ibu Kota
Rupanya, permasalahan seperti ini nggak cuma terjadi di Semarang. Hal yang sama terjadi di kawasan DKI Jakarta. Dilansir dari Kompas (3/2/2022), meski di sana opsi angkutan umumnya cukup banyak, 8,8 juta warga dari kawasan tersebut kesulitan mengakses transportasi umum gara-gara masih kurang efektifnya sistem angkutan umum di sana.
Banyak yang nggak menyadari kalau hanya 26,2 persen warga dari kawasan pinggiran Jakarta alias Bodetabek yang mampu menjangkau angkutan umum dengan mudah. Sisanya, mereka harus berjibaku hanya demi mendapatkan angkutan umum terdekat.
“Sudah lama sekali nggak pakai angkot,” keluh Jumini, warga Pondok Ungu Bekasi yang kini harus berjalan kaki sekitar 1 km hanya demi mencapai lokasi trayek angkot terdekat.
Tarif Angkot Naik
Kesulitan yang dialami Jumini dan orang-orang lain di kawasan sekitar Jakarta bisa jadi akan semakin bertambah karena Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan memprediksi tarif angkutan umum untuk orang dan barang bakal naik 10 sampai 12 persen akibat kenaikan harga BBM.
“Kami perlu melakukan adjustment tarif, terutama itu ada di mikrolet, taksi, bus kota, dan AKAP yang menggunakakan solar, serta bus pariwisata. Kenaikannya kurang lebih segitu,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Liputan6, Minggu (4/9).
Kenaikan harga BBM belakangan ini makin menambah buruknya kondisi ekonomi yang belum benar-benar pulih pasca-pandemi ya, Millens. Bantuan dari pemerintah pun belum tentu bisa jadi solusi karena sifatnya hanya sementara.
Padahal, yang paling dibutuhkan sekarang adalah sarana transportasi umum yang murah dan menjangkau lebih banyak tempat. Tapi, entah sampai kapan mimpi tentang sarana transportasi umum yang ideal ini bakal terwujud.
Kalau kamu bakal tetap memilih kendaraan pribadi atau mulai berpindah ke transportasi umum setelah kenaikan harga BBM ini, Millens? (Arie Widodo/E10)